Selamat membaca!
Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, yaitu hari pernikahan Choon-Hee dan calon suaminya yang dilaksanakan di salah satu ballroom hotel di Jakarta. Choon-Hee terlihat sangat anggun memakai gaun pernikahan yang dibuat oleh Violet, dan anggota keluarganya juga terlihat sangat menawan dengan baju seragam yang mereka kenakan.
Semuanya terlihat bahagia, saling bersenda gurau dan melemparkan pujian.
Oh, atau apakah Agus harus meralat bahwa semua orang terlihat bahagia, saling bersenda gurau, dan melemparkan pujian kecuali dirinya? Karena saat ini dia hanya berdiam diri sementara di hadapannya ada Vian yang tengah dikerubungi oleh orang-orang.
Ya, seperti biasa, adiknya adalah the center of attention sementara dia adalah kebalikannya.
He is invisible.
Agus merasa sepi di tengah keramaian, dan itu menyesakkan.
Vian masuk kedalam mobil Toyota Alphard milik Agus bersama dengan om-tante beserta sepupu-sepupunya, sementara Agus mengendarai mobil milik ibunya yang sudah dihias seperti mobil pengantin pada umumnya bersama dengan wanita itu.
"Eomma, selamat" ucapnya dalam Bahasa Korea. "aku mungkin keliatan biasa aja, tapi sebenarnya aku senang melihat eomma senang. Hidup belasan tahun tanpa teman berbagi pasti sulit kan?"
"Hidup belasan tahun tanpa pendamping memang sulit, tapi kalau itu demi kamu dan Vian, anak-anak eomma, rasanya sangat pantas." Choon-Hee memegang tangan Agus yang tidak berada di setir mobil, "terima kasih mas udah mau merestui pernikahan mama dan om Harry. Tolong terima dia dengan baik ya, mas? Mama tau kamu kurang suka sama dia, entah apa alasannya. Tapi setelah nanti dia udah jadi ayah kamu, perlakukan dia dengan baik, ya?"
Agus mengangguk dan tersenyum tulus. Iya, dia akan mencoba untuk menerima Harry sebagai ayah sambungnya.
💜💜💜
Agus, Vian dan Harry--calon ayahnya--berdiri berdampingan menyambut para tamu yang datang memberi selamat kepada mereka, ibunya sedang berada di ruang tunggu, memeriksa penampilan jika masih ada yang kurang sebelum pemberkatan dimulai.
Acara pemberkatan sudah dilalui dengan khidmat. Mereka kini sudah sampai di tengah acara, sedang menikmati makanan sambil bercengkrama dengan kerabat dan teman dekat.
Pernikahan kedua Choon-Hee memang dirayakan, tapi tidak megah. Hanya orang-orang terdekatnya saja yang diundang.
"Eomma, aku mau ke belakang dulu ya" ucap Vian buru-buru kepada ibunya.
"Mau ngapain?" Choon-Hee merasa aneh melihat ekspresi putranya yang panik.
"Ke toilet" jawabnya singkat. Pria itu kemudian berlalu setelah mendapat anggukan dari sang ibu.
"Tante!"
"Ah! Vi, kenapa baru datang?" Choon-Hee memeluk Violet yang membungkukkan badan disampingnya untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Maaf tante, tadi ada urusan jadi ngga bisa hadir dari awal."
Choon-Hee lalu meminta Vio untuk duduk di sebelahnya. Violet memperhatikan tempat dimana dia duduk, meja bundar dan kursi yang dilapisi kain putih. Bukankah ini meja untuk ditempati pengantin dan keluarganya? Sepertinya iya, karena jika dilihat-lihat hanya dia dan suami Choon-Hee yang mukanya tidak oriental. Lalu kemana Agus? Seharusnya dia ada disini.
"Mas Agus dan adiknya mana, tante?"
"Oh! Iya, mas Agus kemana, ya? Tante ngga perhatiin, tapi kalau si bontot tadi pergi ke toilet" setelah mengatakan itu, Choon-Hee kemudian memperkenalkan Violet sebagai seorang designer yang telah membuatkan baju pengantin untuk dia dan keluarganya kepada teman-temannya. Vio bertukar sapa dan dengan ramah menjabat tangan mereka satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
RomanceBagaimana rasanya menjadi wanita dengan paras cantik, otak cerdas, karir bagus, dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Pasti akan ada banyak pria yang rela mengantre untuk menjadi kekasihmu, bukan? Tetapi trauma yang dirasakan oleh Violet C...