Healer 13

436 56 7
                                    

Selamat membaca!

Vio masih saja memikirkan perkataan Vian semalam, lelaki itu walaupun tidak secara langsung mengakui, tetapi Vio menyadari dari kalimat dan sikapnya bahwa dia cemburu melihat Vio dekat dengan pria lain. Dan itu membuatnya frustasi.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau bagaimana harus menanggapi sikap Vian yang seperti itu, karena jujur saja, walaupun Vian selama ini selalu baik kepadanya, dia masih belum bisa menerima lelaki itu lebih dari sekedar teman. Alasannya selain karena masih banyak hal yang belum dia ketahui tentang Vian, Vio juga tidak pernah memiliki perasaan khusus terhadap lelaki itu selama satu tahun lebih mereka dekat.

Hal lainnya karena umur mereka yang berbeda dua tahun, dan dirinyalah yang lebih tua dari lelaki itu, jadi secara otomatis alam bawah sadarnya langsung menangkap sinyal bahwa Vian tidak lebih dari sekedar teman yang sudah dianggap adik olehnya. Sejak dulu dia memang tidak pernah tertarik dengan lelaki yang lebih muda.

Pikiran Vio buyar ketika ia mendengar suara ketukan pintu yang kemudian disusul oleh munculnya kepala Sasha dari celah pintu yang terbuka. "Bu bos, ada yang nyariin"

Vio mengernyitkan alisnya "Vian?"

"Cieee!" Goda Sasha berjalan masuk ke ruangan Vio sambil menggerak-gerakan jari telunjuknya yang diacungkan ke arah wanita itu. "Udah mulai mikirin Vian oppa nih sekarang"

Vio memutar bola matanya gemas, dia tahu itu perbuatan yang tidak sopan, tapi Sasha benar-benar membuatnya kesal "Apa sih, Sha?!" Dia berpikir itu Vian, kan karena semalam lelaki itu bilang 'see you tomorrow'.

"Bukan. Bukan Vian oppa, tapi dia orang Korea juga"

Orang Korea, mungkinkah? Vio langsung mengenyahkan pikiran itu dari otaknya. Tidak. Tidak mungkin pria itu datang ke sini.

"Bu bos emang seleranya sama yang orang-orang Korea gitu ya?"

"Hah? Engga"

"Tapi kenapa yang deketin bu bos yang matanya sipit semua?" Tanya Sasha penasaran.

"Tapi Vian belo, Sha" ujarnya membantah opini Sasha.

"Lagian, bukannya Vian orang Indonesia asli?" Sambung wanita itu.

"Mana ada orang Indonesia asli mukanya kaya begitu bos?"

"Kaya gitu gimana?"

"Ganteng"

"Kamu jangan salah Sha, cowok Indonesia juga banyak yang ganteng-ganteng" peringat Vio tajam, karena Sasha seperti meremehkan rasnya sendiri. Padahal di negara ini memang banyak kan cowok-cowok ganteng.

"Iya banyak, tapi sayang sukanya sama terong!" Suara wanita itu naik satu oktaf.

Vio langsung menyemburkan tawanya mendengar ocehan asistennya itu. "Pasti masih ada yang lurus, kok, Sha." Lanjutnya menenangkan Sasha.

"Mudah-mudahan ya, bu. Soalnya saya takut ngga laku karena kalah saing sama terongers."

Astaga istilah apa lagi itu? Vio semakin kencang tertawa karena bahasa aneh yang Sasha gunakan.

Mendengar atasannya yang tertawa semakin terbahak-bahak, wajah Sasha jadi cemberut, padahal dia serius loh! "Ih, bu bos! Serius loh saya ini, saya takut ngga kedapetan cowok gara-gara cowok. Padahal kan saya juga pengen tau gimana, sih, rasanya dimasukin penis"

"Hush! Mulutnya!" Tegur Vio, entah kenapa dia tidak pernah suka membicarakan hal-hal yang terlalu vulgar, terlebih mengenai seks. Rasanya canggung. "Dia ada dimana?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Diruang tunggu lah, bos" ucap Sasha dengan nada yang selengean.

"Yaudah, saya kesana dulu"

Vio berjalan keluar dari ruangannya yang diikuti oleh Sasha. Bedanya kalau Vio menuju ruang tunggu, Sasha kembali menggeluti pekerjaannya.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang