Short Story Stela - Ezra

115 12 27
                                    

sebenarnya aku bingung mau publish ini atau engga hehe, soalnya udh ku publish di Instagram.

tapi dipikir-pikir, aku udah lama bgt gak main ke lapak ini karena sibuk dengan cerita sebelah😗

okee, selamat membacaaaaaaa!!!

.

.

.

Stela berlari kecil sambil melihat jam tangannya. Stela melotot kecil ketika melihat sekarang sudah jam 4 sore. Padahal ia ingin ketemuan jam setengah 4.

Stela mengacungkan jari jempolnya ke alat deteksi sidik jari. Stela masuk ke dalam kapsul terbang. Setelah memasukkan alamat yang sesuai, kendaraan itu terbang ke alamat yang sudah dikerahkan oleh Stela.

Zaman sudah berbeda. Zaman ini sangat praktis. Kamu hanya butuh sidik jari, dan semuanya selesai.

Kapsul terbang mendarat sempurna di pintu gerbang sebuah Cafe megah. Pintu kapsul terbang terbuka, Stela keluar dari kapsul terbang itu.

Dengan terburu-buru, Stela masuk ke dalam Cafe itu. Kepalanya menengadah ke kanan dan kiri untuk mencari seseorang yang akan ditemuinya.

Saat melihat seseorang itu, Stela langsung mendekat. Tanpa aba-aba, Stela langsung berbicara kepada seseorang itu.

"Maaf, aku telat. Nunggu nya lama banget ya?" ringis Stela meminta maaf kepada pemuda itu.

Pemuda itu terlonjak kaget sebentar. Menetralkan ekspresi kagetnya.

"Iya, lama banget. Hampir 9 tahun." jawab pemuda itu sambil terkekeh.

Dia adalah Farrel Ezra. Masih ingat dengan pemuda ini?

Pemuda yang membantu Stela mencari tahu tentang Nayara. Ah, jika kalian ingin tahu kisah tentang Stela dan Ezra, coba saja baca Sound Gaze di wattpad.

"Mau makan apa?" tanya Ezra sambil menatap menu yang ada di layar meja.

Stela memencet gambar yang makanan yang bertuliskan chocoladetaart. Ezra mengangguk.

"Minumnya?" tanya Ezra lagi.

"Sama'in aja," jawab Stela.

Ezra mengangguk lagi. Setelah memilih makanan dan minuman, Ezra mendeteksi sidik jarinya untuk melakukan pembayaran.

Stela menatap Ezra. "Ada apa?" tanya nya yang terlalu to the point.

"Mau ketemu doang. Kangen soalnya." jawab Ezra disertai tatapan mata jahil.

Stela berdecak. Ia sudah kebal mendengar ribuan gombalan Ezra.

Ezra terkekeh. "Lo terlambat tadi. Emang abis ngapain?" tanya Ezra yang memulai basa-basi.

"Aku punya pasien yang mental psikis nya bener-bener lemah. Dia cerita sambil nangis-nangis ke aku. Dia tinggal bukan sama orang tuanya lagi, tapi sama Kakaknya." ucap Stela bercerita.

"Orang tuanya emang kemana?"

Stela menggeleng. "Kepo banget. Aku gak boleh kasih tau secara jelas. Ini masalah pasien aku."

Ezra berdecak. "Tadi mah lo gak usah kasih tau gue."

Stela tersenyum tipis.

Robot berlalu lalang mengantarkan pesanan. Pesanan Stela dan Ezra sudah disediakan.

Saat selesai makan, Ezra mencoba untuk berbicara serius dengan Stela.

"Ada yang mau gue bicarain sebenernya." ucap Ezra sambil menatap Stela.

Stela diam, tidak menjawab. Menunggu Ezra melanjutkan kalimatnya.

"Langsung to the point aja kali, ya?" tanya Ezra.

Stela mengangguk, tidak masalah.

"Lo anggap gue sebagai apa?"

Stela mematung mendengar pertanyaan Ezra.

-the end-





Ezra be like:

// deg-degan anjir, ya tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

// deg-degan anjir, ya tuhan...








Stela be like:

// serangan apa ini?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

// serangan apa ini?!








Nara be like:

// emang enak digantungin!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

// emang enak digantungin!
















papaayyyy🌻

SOUND GAZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang