Pergi Ke Mall

171 51 25
                                    

Melinda-Ibu Ezra itu pun mematung sebentar, lalu berdeham untuk memecah keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melinda-Ibu Ezra itu pun mematung sebentar, lalu berdeham untuk memecah keheningan. Jantungku berdetak cepat, gugup, karena aku takut gara-gara hal ini Ibu Ezra tidak mau bertatap muka denganku. Melinda tersenyum kecil.

"Ada." Jawabnya pendek.

Aku bertatapan dengan Melinda selama 15 detik. Aku membaca suara pikirannya, tetapi, cerita itu sangat terbengkalai. Melinda memutuskan kontak mata denganku. Ia berdiri.

"Mamah ke dapur sebentar ya, sayang. Ezra lama banget buatin minumannya." Pamitnya dengan seulas senyum.

Saat ingin beranjak ke dapur, Ezra datang dengan pakaian casualnya dan membawa nampan yang berisi minuman dan makanan ringan. Ezra yang tau kalo Mamah nya sudah tidak mau membuka percakapan tentang kakak nya itu, langsung menaruh nampan di meja dan duduk di sofa. Mamah Ezra yang hendak ke dapur, kini berbelok ke arah kamar-yang mempunyai pintu berwarna hijau toska-dengan pintu yang unik.

Ezra menghela nafas. Dia menenggak minumannya kandas, sebelum akhirnya dia berbicara.

"Pasti Lo baru tau dikit, ya? Atau gak sama sekali?" Tanyanya to the point, seakan mengerti pembicaraan ku tadi dengan Mamahnya.

"Dikit, itu pun cerita nya terbengkalai." Sahutku meringis.

Bagaimana aku bisa membaca suara pikirannya, kalo dia tidak mau bertatapan kepadaku, dan juga Melinda-Mamahnya Ezra tidak mengeluarkan suara batin apapun di pikirannya. Hanya 15 detik aku bisa membaca pikirannya itu, dan itupun terbengkalai.

"Mamah emang suka gitu. Sama gue aja gak mau terbuka, apalagi sama orang baru." Keluh Ezra. "Tapi mungkin kalo Mamah udah biasa sama Lo, dia jadi terbuka." Lanjutnya.

Aku mengangguk, lalu meminum sedikit teh hangat yang disediakan Ezra.

"Lo sering-sering aja kesini, biar Mamah makin terbuka sama Lo." Celetuk Ezra.

"Hah?" Bengong ku.

Aku menatap Ezra heran dalam artian, kalo aku sering-sering mampir kesini, pasti akan selalu bertemu dengannya. Aku akuin, kalo bertemu dengan Ezra adalah moment paling menyebalkan. Dimana Ezra yang suka menjahili Stela dengan hal hal lelucon.

"Ya Lo kesini gitu. Pulang sekolah bareng gue, minimal 2 hari kesini gitu." Jelasnya.

"Gak ada namanya kerja kelompok 2 hari seminggu, Zra." Tukas ku.

"Iya juga ya." Sahutnya cepat.

Ezra memutar otak, berpikir bagaimana dia membawa alasan kalo Stela tiap hari datang ke rumahnya.

"Aku mau pulang," celetukku.

"Oke, gue siap-siap dulu," jawab Ezra, kemudian dia melangkahkan kaki nya ke kamar untuk mengambil kunci motor, sedangkan aku melangkah ke luar rumah Ezra.

Ezra menstater motor nya terlebih dahulu, seperti biasa, dia menyodorkan helm nya kepadaku. Aku menerimanya, lantas menduduk jok belakang motor Ezra. Motor pun melesat keluar rumah Ezra dengan kecepatan rata-rata.

SOUND GAZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang