Murid murid berlalu lalang di koridor kelas. Ada yang baru masuk sekolah, ada yang baru saja ke kantin untuk mengisi perut nya. Aku heran, mengapa aku tidak mengenali wajah wajah yang ada di sini. Aku berjalan di tengah tengah koridor.
Tiba tiba ada seseorang yang menabrak ku. Aku terkejut. Bukan, bukan karena aku jatuh ataupun ada yang luka sebab di tabrak. Tetapi, aku terkejut, karena seseorang murid itu menembus ku. Aku mengangkat tangan ku. Lalu memandang nya. Aku tidak percaya dengan hal ini.
Aku mencoba membuktikan nya. Menepuk salah satu pundak seorang siswi. Nihil. Aku tidak bisa merasakan apa apa. Aku menembus pundak nya. Aku menarik tangan kanan ku. Wajah ku sangat terkejut. Aku sedang berada di dimensi mana?
Sekolah ini. Sama seperti sekolah ku yang sekarang aku tempati. Tapi, mengapa aku bisa di tembus oleh orang orang? Aku melihat ada segerombolan perempuan. Ada 2 orang yang menyeret nyeret siswi itu. Dan yang satu nya lagi berjalan di depan. Mereka menuju ke arah perpustakaan.
Seketika aku langsung teringat, kalau itu adalah kasus pembully'an. Aku mengikuti mereka berjalan. Ternyata, mereka menuju ke perpustakaan. Mereka memasuki perpustakaan itu, aku berjalan mengikuti arah nya. Aku melebarkan bola mata ku. Mereka berjalan ke arah lorong 3.
Aku terus mengikuti gerombolan pembully itu. Wajah murid yang di bully sudah pucat pasi. Dia memberontak melepaskan gengaman kasar, oleh sang pembully.
"Welcome to hell, dear..." ucap perempuan pembully itu yang memakai bandana hijau polkadot di kepala nya. Dia menyeringai seram. Menampilkan wajah jahat nya.
Aku melihat name tag yang di bully itu. Nayara Pratista. Begitulah nama orang yang di bully tersebut. Naya mulai menangis pelan. Pembully itu mengeluarkan pisau kecil dari kantong seragam nya. Naya semakin berontak.
"Tania! Keli! Lo iket tangan dia yang kenceng!" suruh ketua pembully tersebut.
Naya semakin berontak karena tangan nya di ikat sangat kencang, oleh Tania dan Keli.
"Yerry, tugas gue udah selesai. Dan sekarang, ini adalah tugas lo, buat ngebunuh kuman ini." ujar Tania, sambil menunjuk Naya.
"Kerja bagus! Thanks, kalian berdua selalu bisa di andalkan." sahut Yerry, si ketua pembully sambil tersenyum smirk.
"Kata kata terakhir sebelum lo gak ada dunia, ada gak?" tanya Yerry sambil tersenyum jahat ke arah Naya. Yerry melepaskan penutup mulut yang ada di mulut Naya, secara kasar.
"Cepet ngomong!" bentak Yerry.
"A-aku mo-mohon, Y-yerr ja-jangan bu-nuh a-aku..." ucap Naya terbata bata. Wajah nya pias. Tubuhnya tidak berdaya.
"BITCH!" seru Yerry. Dia menutup mulut Naya, lalu menggoreskan luka dimana mana oleh pisau kecil nya yang sangat tajam itu.
Wajah Naya sudah tidak terbentuk lagi. Penuh dengan luka yang di sertai keluar nya darah segar. Rambut nya acak acakan. Di perpustakaan ini, lebih tepat nya di lorong 3 ini, telah terjadi kasus pembunuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUND GAZE [END]
Mystery / ThrillerStela, seorang remaja yang memiliki kemampuan abstrak nya. Stela mampu membaca pikiran orang lain, dan juga Stela mampu membaca tatapan mata. Tatapan dan Suara-suara itu terngiang ngiang di gendang kepala Stela. Stela dikira gila oleh orang orang te...