28 - Anak Melati

519 52 14
                                    

FOLLOW UNTUK INFO UPDATE!!

Absen dulu di sini sesuai askot kalian!!

Jam berapa baca chapter ini??

gimana puasanya? lancar?

jangan lupa tinggalkan jejak pembaca!!

bantu tandain kalo ada typo yaa!!

Selamat Membaca ⭐

(22.00 WIB)

Terlalu sesak untuk ditahan, dan terlalu sakit untuk disembunyikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlalu sesak untuk ditahan, dan terlalu sakit untuk disembunyikan.
Satu Garis Dua Arah

28 - Anak Melati

BEL istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Semua anak di kelas sudah pada keluar, kecuali Athaya. Kali ini, perempuan itu tidak ke kantin seperti biasanya. Dia hanya menitip jajanan pada teman-temannya, itu juga karena Kayla sewot sebab Athaya tidak mau menitip makanan apa-apa sebelumnya.

Dari tadi pagi Athaya lebih banyak diam. Tidak mengomel di saat Kayla sempat menukar bangku mereka berdua karena iseng. Biasanya Athaya akan marah dan sebal, tapi untuk kali ini Kayla rasa Athaya bahkan tidak sadar sama sekali atas perbuatan dia.

Tadi awalnya Mauren ingin tinggal di kelas untuk menemani Athaya, karena benar-benar tak ada manusia lain yang diam di kelas selain Athaya. Namun, Athaya melarang dengan alasan sedang ingin sendiri karena tiba-tiba kepalanya pening.

Athaya menyenderkan tubuhnya ke tembok kelas. Kakinya dia naikkan ke atas dan berselonjor pada kursi di sebelahnya. Athaya melipat kedua lengannya di atas meja dengan posisi tubuh yang miring. Dia lalu meletakkan dagunya di sana. Suasana kelas saat ini benar-benar hening. Di depan kelasnya juga sudah tidak terlalu banyak yang lewat karena sebagian besar sudah mengumpul di kantin.

'Gue benci sama kehadiran dan perhatian lo.'

Kedua kelopak mata Athaya tertutup dengan perlahan dan hal itu berlangsung sekitar satu menit. Kepalanya benar-benar terasa berdenyut, membuat suasana hati Athaya ikut memburuk. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi, selain menyendiri di dalam kelas.

"Elang udah nggak ada."

"Dapet nilai bagus biar Bunda bangga. Kalo nggak bagus-bagus banget juga nggak papa."

"Kita nggak abadi, Aya. Satu-persatu manusia yang ada di dunia ini pasti akan pergi."

Athaya mengangkat wajah dan menegakkan tubuhnya. Kepalanya menunduk menatap lutut, kemudian perempuan itu menghembuskan nafas panjang saat dadanya tiba-tiba sesak.

"Kak Elang sakit apa?"

"Nggak enak badan doang."

"Gara-gara jatoh kemaren, ya?"

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang