31 - Dia Beruntung

591 53 15
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK PEMBACA!!

KLIK BINTANG DI POJOK KIRI DAN RAMEIN CHAPTER INI ⭐

FOLLOW WATTPAD AKU JUGA YAA

kalian asal kota mana aja ni??

tandai kalo ada typo!!

Selamat Membaca 💗

(23.10 WIB)

31 - Dia Beruntung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31 - Dia Beruntung

"Udah dibilang?" tanya Nadya pada Athaya. Kedua cewek itu kini tengah duduk di bangku depan minimarket.

Tadinya ada Mauren dan Kayla juga. Namun, mereka sudah pulang lebih dulu, karena rumah Mauren dan Kayla searah. Mereka berempat sudah cukup lama berada di sini. Sampai sekarang sudah mau sore.

Athaya mengangguk singkat, lalu mengambil minuman yang disodorkan Nadya padanya. "Menurut lo, Dita bakal berhenti ganggu Mauren atau jadi lebih parah?" tanya Nadya pada Athaya.

Pertanyaan itu dibalas gelengan oleh Athaya. "Nggak tau," jawabnya.

"Dita maunya apa, sih? Gue lama-lama jadi pengen nyisir rata mukanya," gerutu Nadya.

"Emang lo berani?" Athaya meledek sekaligus tertawa kecil. "Nanti dia kebakaran jenggot terus nyerang lo."

Nadya ikutan tertawa membayangkan wajah Dita saat sedang sangat marah. "Parah lo, Ay."

Keduanya masih tertawa sampai beberapa detik ke depan. Entahlah, membayangkan raut wajah Dita yang memerah menahan emosi memang selucu itu. Sampai akhirnya, Athaya meredakan tawanya begitujuga dengan Nadya yang menyusul. Kini, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sambil memandang ke arah jalanan-melihat pengendara yang berlalu-lalang.

Kejadian hari ini sangat menyenangkan, sekaligus melelahkan. Mereka tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Kemungkinan besarnya, Dita dan Amel pasti akan membalas. Atau mungkin juga mengikutsertakan Lannie. Tapi tidak apa, yang penting apa yang dirasakan Mauren sudah terbalaskan.

"Kok lama ya Kak Dafa?" tanya Nadya.

Athaya tidak menjawab sama sekali dan itu membuat Nadya mempertanyakan hal yang sama sekali lagi. "Ay, Kak Dafa kok lama? Lo beneran udah bilang ke dia, kan?"

Athaya menghela nafas kasar. Nadya benar-benar membuat dia menjadi jengkel. Padahal Athaya sengaja mengabaikan Nadya agar cewek itu berhenti bertanya. "Kalo dia nggak jemput, gue juga bisa pulang sendiri kali," balas Athaya.

"Kabarin dulu sana. Lo jangan kayak gitu, Ay. Kak Dafa pasti khawatirin lo," ujar Nadya lagi, memaksa.

Athaya berdecak kesal. "Udah gue kabarin! Bawel banget lo!" Athaya memutar bola matanya. Nadya benar-benar berisik!

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang