30 - Balasan

496 50 15
                                    

FOLLOW UNTUK INFO UPDATE DAN LAINNYA!!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK PEMBACA!

KLIK BINTANG DI POJOK KIRI DAN RAMEIN CHAPTER INI ⭐

absen dulu coba di sini nama kaliann!!

chapter ini panjang. bacanya pelan-pelan ya biar paham dan jangan diskip-skip ☃❄

sebenarnya masih ada satu adegan lagi, cuma karena ini aja udah 3,5k kata jadi bakal disambung di next chapter 💘

Selamat Membaca 🖤

(23.00 WIB)

30 - Balasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30 - Balasan

ATHAYA dengan langkah pelan berjalan menuju tempat duduknya—dengan mata menatap Kayla yang sedang marah-marah di bangkunya. Di sebelah cewek itu ada Nadya yang menenangkan.

"Lo marah-marah juga nggak ada gunanya," ujar Nadya pada Kayla yang tengah meledak-ledak. "Mending langsung bales aja."

Athaya meletakkan tasnya di bangku lain karena kursinya ditempati oleh Nadya. Dia duduk di sebelah Mauren dengan pandangan yang masih tertuju pada Kayla dan Nadya. Merasa bingung dengan situasi ini, Athaya menolehkan kepalanya ke samping untuk meminta penjelasan dari Mauren yang duduk di sebelahnya.

Mengerti dengan maksud Athaya, Mauren menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan. "Dita nyiram gue pakai air es pas pulang sekolah," kata Mauren dengan suara yang sengaja dipelankan, yang penting Athaya mendengarnya.

Athaya terkejut. Dia sama sekali tidak tahu mengenai hal ini. "Kok bisa? Lo pulang sendiri kemaren?" tanya Athaya dengan raut wajah yang langsung berubah detik itu juga.

Mauren mengangguk. "Gue nggak tau kalo ternyata Dita sama temen-temennya di depan gerbang sekolah juga. Pas gue sampe sana udah dijegat aja."

"Tau gitu gue pulang bareng lo!" Kayla benar-benar menyesal karena pulang lebih dulu. Tampaknya cewek itu benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan Dita pada Mauren.

"Nggak papa kali. Lagian gue juga baik-baik aja, kok," balas Mauren. Namun dari sorot matanya, Mauren tidak benar-benar dengan ucapannya barusan.

Baik-baik saja? Mauren langsung mematung saat air es itu mengguyur tubuhnya. Tidak ada lagi yang dia pikirkan saat itu selain ingin pergi dari sana secepatnya. Pakaiannya basah kuyup, begitu juga dengan rambutnya yang ikut terkena.

Selain itu, Mauren juga harus memikirkan apa alasan yang akan dia berikan pada orang tuanya jika pulang dengan keadaan begitu. Hari itu adalah hari yang jika boleh diputar balik, Mauren tidak mau melaluinya.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang