04 - Godaan Setan

1.7K 156 633
                                    

Entah kenapa suka up malam-malam 😩

absen dulu yuks! sebut askot

selamat membaca 😾

21.21 WIB

Kecewa, marah, tidak terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecewa, marah, tidak terima. Tapi tetap tidak bisa merubah apa-apa.
- Satu Garis Dua Arah

04 - Godaan Setan

BEL pergantian jam pelajaran baru saja berbunyi. Masih ada dua les lagi sebelum jam istirahat. Athaya baru saja dari ruang guru, mengumpulkan buku tulis Ekonomi mereka karena akan dinilai.

Athaya berjalan menuju kelasnya melalui tepi lapangan. Karena sekarang jam pelajaran, jadi jika melewati koridor pasti banyak dilihatin oleh siswa-siswi di kelas mereka masing-masing.

Athaya mengeluarkan ponselnya. Menatap benda pipih itu sambil berjalan dengan tatapan yang bergantian melihat ke depan kemudian ke ponselnya lagi.

Belum ada pesan dari Bundanya lagi. Sudah seminggu ini mereka tidak berkomunikasi. Athaya pun tak mengirim pesan seperti biasanya. Dia mempertahankan egonya. Tidak mau mengalah seperti biasa.

Kali ini, Athaya berlagak seolah tak peduli. Dulu, dia pasti akan sangat kecewa dan marah jika Bundanya tidak pulang. Tapi sekarang, ada rasa lelah di hatinya. Seolah, hanya dia yang mengharapkan itu. Tidak dengan Bundanya.

Athaya menatap beberapa detik layar ponselnya lagi, kemudian menutupnya dan kembali berjalan dengan normal karena tadi langkah kakinya memelan.

Athaya menoleh saat ujung matanya tak sengaja melihat seseorang berdiri di seberangnya, seperti memperhatikan dia. Saat melihat siapa orang yang memperhatikannya, Athaya kembali mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju kelas dengan cepat.

Orang itu Dafa. Cowok itu berdiri di depan Perpustakaan dan melihat ke arah dia yang berjalan di tepi lapangan.

Sebelum sampai kelas, Athaya berhenti sejenak di depan toilet perempuan. Dia merasakan kepalanya terasa pusing. Sejak tadi memang sudah berdenyut. Tapi lama-kelamaan, denyutnya semakin menjadi-jadi. Apalagi saat berjalan.

Melihat ke belakang sejenak, dan menghembuskan nafas. Syukurnya, Dafa tidak mengikutinya. Kadang cowok itu suka mengikutinya dari belakang dan bilang bahwa dia hanya lewat dan kebetulan searah.

Athaya malas jika cowok itu ikut campur. Apalagi belakangan hari ini, dia sering minum air es di pagi hari. Cowok itu sering melarangnya. Tapi, Athaya tidak peduli. Athaya tahu ini demi kesehatannya. Tapi dia tidak suka jika orang yang melarangnya adalah Dafa.

Merasakan kepalanya terus berdenyut, Athaya memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di depan toilet di sana. Kemudian menghubungi Mauren agar menghampirinya di sini.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang