hi!
JAM BERAPA KALIAN BACA CHAPTER INI??
ABSEN DULU DI SINI KALIAN DARI ASKOT MANA AJA!
SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAF BIAR AKU CEPET UPDATE LAGIII, OKE?? ❤
Selamat Membaca 💌
21.21 WIB
36 - Supermarket
SUARA dering dari ponsel Athaya terus terdengar. Layar ponsel perempuan itu menyala—menampilkan satu kontak yang sejak tadi dia hubungi. Nama itu masih tertera di sana, karena orang yang Athaya hubungi belum menerima panggilan. Walau sudah berulang kali, Athaya masih belum menyerah dan tetap terus nenghubungi orang itu sampai mengangkat.
Athaya kembali menempelkan benda pipih itu ke telinga. Sorot mata perempuan berwajah cantik itu tampak sendu. Athaya tidak berhenti menekan layar ponselnya sampai orang yang dia hubungi mau mengangkat panggilannya. Berulang kali Athaya melakukan itu sampai akhirnya tangan Athaya bergetar karena merasakan sakit di hatinya. Tatapan perempuan itu meredup, bersamaan dengan rasa sesak di dada.
"Bunda...," panggil Athaya dengan suara yang terdengar begitu pilu.
Pundak Athaya lemas, dan perlahan tangan yang tadinya memegang ponsel di dekat telinga—turun ke bawah. Genggaman Athaya pada ponselnya menguat sampai jadi meremat. Athaya mengatup bibirnya rapat-rapat untuk menahan isakan yang ingin keluar.
Sesulit ini untuk berbicara pada Bundanya. Athaya benar-benar sedang butuh tempat untuk mengadu. Tempat untuk mengeluarkan segala permasalahan yang dia alami. Athaya ingin menumpahkan semuanya, tapi dia tidak diberikan kesempatan untuk itu.
Athaya mendongak—menatap langit biru yang masih terlihat cerah. Kicauan burung terdengar, membuat tatapan Athaya teralihkan ke situ. Ke atas langit, di mana sekelompok burung terbang dengan begitu rapi. Mereka berkerumun dan terbang ke arah yang sama.
Kelopak mata Athaya tertutup perlahan, bersamaan dengan angin yang menerpa wajahnya. Athaya berdiri di dekat kolam kecil yang berada di belakang sekolah. Tempat ini setidaknya bisa membuat pikiran dan hati Athaya sedikit tenang. Semoga.
Athaya melepaskan tas sekolah dari pundaknya, lalu perempuan itu duduk di dekat atas rerumputan di sana sambil memangku tasnya. Athaya duduk bersila dengan pandangan lurus—menatap ke arah kolam yang tampak tenang.
Sebenarnya bel pulang belum berbunyi. Hanya saja, Athaya lebih dulu keluar dari kelas karena tidak ada guru yang mengajar di kelas mereka—di jam terakhir. Maka itu, Athaya berada di sana. Perpustakaan yang Athaya lewati tadi sebelum ke sini memang sepi. Tapi Athaya tidak mau ke sana—karena Kayla, Mauren ataupun Nadya pasti akan menyusulnya.
Athaya sedang ingin sendiri. Teman-temannya hanya akan membuat keadaan Athaya menjadi semakin kacau. Mereka pasti ribut dan menanyainya banyak hal. Hal yang Athaya benci. Hal yang akan semakin menambah pikirannya dan membuat semuanya bertambah buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Garis Dua Arah
Fiksi Remaja-Ketika arah garis yang dilalui, kini sudah tidak sama lagi- Ketika satu pihak memutuskan berbalik arah dan tak mau berjalan searah lagi, maka pertentangan dan perbedaan akan terjadi. "Gue benci sama lo." "Kamu nggak jago bohong, Aya." "Lo nanti kul...