12 - Dia yang Rapuh

845 89 336
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak pembaca

kalo banyak yg sider, jd mls up g si 👍🏻

Selamat membaca 💫

21. 30 WIB

Dia tidak baik-baik saja, maka itu aku selalu bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia tidak baik-baik saja, maka itu aku selalu bersamanya.
- Satu Garis Dua Arah

12 - Dia yang Rapuh

PARKIRAN SMA Jepara sangat ramai. Para siswa-siswi berbondong-bondong ingin pulang. Akibat keramaian ini, tubuh perempuan bersurai hitam itu terdorong-dorong. Ditambah beberapa cowok berbadan tegap yang menyenggol bahunya, membuat tubuh Athaya hampir terjatuh.

Di saat dirinya terhimpit-himpit, sebuah tangan menggenggam telapak tangannya dan menariknya hingga dia keluar dari kerumunan itu. Untung saja! Jika lebih lama lagi berada di sana, mungkin dia akan berakhir tersungkur mengenaskan.

"Kenapa bisa ke situ? Kan motor aku di sana," kata Dafa menunjuk motornya yang terparkir di sebelah kanan, dari tempat mereka berdiri.

Athaya tidak tahu kenapa dia malah berjalan ke parkiran sekolah. Harusnya dia langsung ke gerbang untuk pulang, tetapi kakinya malah melangkah ke sini.

Athaya menarik tangannya dari genggaman Dafa. "Terserah gue, lah. Kaki-kaki gue. Nyawa juga nyawa gue," ketus Athaya sambil menepis beberapa helai anak rambut yang menghalangi penglihatannya.

Dia bahkan sama sekali tidak mengucapkan terimakasih pada Dafa yang sudah menyelamatkannya dari kerumunan itu.

"Kamu jalan duluan aja." Dafa berkata.

Athaya sempat melihat ke arah gerbang sekolah yang sangat ramai. Saat-saat begini, pasti kendaraan umum sudah pada penuh penumpang. Athaya menghembuskan nafas, lalu melirik ke arah Dafa sekilas, kemudian berjalan duluan menuju motor Dafa terparkir dengan malas.

Semakin malas lagi ketika melihat Amel berjalan ke arahnya seorang diri. Oh, ralat! Lebih tepatnya, berjalan ke arah Dafa.

"Hay, Dafa!" sapa Amel menghampiri mereka. Senyum cewek itu begitu manis.

Athaya melirik ke belakang Amel. Memastikan jika Amel memang datang seorang diri. Ternyata benar! Kakak Kelasnya itu memang hanya sendiri, menyadari jika tidak ada teman-temannya yang mengikuti dari belakang.

Dafa tersenyum tipis membalas sapaan Amel. Sayangnya Amel bukan Athaya. Jika Athaya yang tersenyum lebar seperti itu, mungkin senyumnya akan menular ke Dafa.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang