06 - Stubborn

1.2K 128 519
                                    

awalnya emg mau up sore, tp ketiduran

jangan lupa vote. g vote g keren

Selamat Membaca 😻

19.15 WIB

(cerita ini up setiap hari)

Ketika ego sudah mengambil alih diri seseorang, rasa kasihan dan iba rasanya seakan menghilang dari diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika ego sudah mengambil alih diri seseorang, rasa kasihan dan iba rasanya seakan menghilang dari diri. Digantikan dengan amarah yang sewaktu-waktu dan dengan seenaknya menguasai hati.
- Satu Garis Dua Arah

06 - Stubborn

TERKADANG sahabat yang dekat dengan kita belum tentu selalu memihak kepada kita. Contohnya, Mauren. Athaya sudah bilang kepada cewek itu untuk tidak usah menghubungi atau memberitahu Dafa. Tapi nyatanya, Mauren tidak bisa dipercaya.

Athaya kadang merasa heran kepada ketiga sahabatnya—Mauren, Nadya dan Kayla. Sebenarnya teman mereka itu dia atau Dafa, sih?

"Aya."

Athaya tersentak dari lamunannya ketika Dafa memanggil namanya. Saat ini mereka tengah berada di atas motor. Lampu merah membuat motor mereka harus berhenti.

"Mau makan dulu, nggak?" tanya Dafa, melirik Athaya dari kaca spion motor sekaligus membuka kaca helm full face yang dikenakannya.

Athaya menggeleng tak minat. Jangankan makan, bersama dengan cowok ini saja sebenarnya dia enggan.

Dafa kembali melajukan motornya ketika lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Motor itu melaju pelan ketika Dafa melihat sebuah rumah makan di pinggir jalan.

Tanpa persetujuan perempuan yang diboncengnya, Dafa memberhentikan motornya di halaman rumah makan itu.

Begitu motor berhenti, Athaya cepat-cepat berkata, "Gue, kan, bilang gue nggak mau!"

"Kalo kamu nggak mau nggak pa-pa. Aku aja yang makan," kata Dafa.

"Gue mau pulang," ujar Athaya kesal.

"Kamu tadi pagi, kan, nggak mau sarapan, jadi sekarang kita makan dulu, oke?" Dafa mengulurkan tangannya ke arah Athaya agar perempuan itu turun dari atas motor.

Athaya menolak dan tetap keras kepala. Dia menekan tiap kata yang diucapkannya. "Gue mau pulang."

"Setelah makan kita pulang. Aku janji."

<----->

Athaya menatap ayam bakar di hadapannya yang belum ia sentuh sama sekali. Perutnya memang terasa lapar, tapi menyadari siapa orang yang duduk di sebelahnya ini, membuat dia mengurungkan niat dan menahan rasa laparnya.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang