15 - Si Pembuat Onar

687 76 424
                                    

Yang belum follow wattpad aku, ayo follow dulu ❣

jangan sider ya 😀

⚠⚠⚠

jangan ada yg diskip-skip, biar engga ketinggalan penjelasan yang ngebuat kalian bingung di chapter-chapter selanjutnya!!!

Selamat Membaca 💛

(19.15 WIB)

15 - Si Pembuat Onar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15 - Si Pembuat Onar

KALIMAT 'ayo pulang' yang diucapkan Dafa, nyatanya hanya bualan saja. Laki-laki itu malah mengajaknya keliling kota. Harusnya dia menolak seperti biasa, tetapi entah mengapa saat ini dirinya juga menginginkan hal yang sama.

Angin yang menerpa wajahnya, entah kenapa membuat hatinya menjadi tenang. Dan Athaya menyukainya. Dia sampai menutup matanya sejenak untuk menikmati itu.

Athaya memperhatikan sekelilingnya. Banyak pengendara yang berlalu-lalang. Suara deruman motor saling bersahutan dengan kendaraan lainnya.

"Mau mampir ke mana dulu?" tanya Dafa sedikit berteriak dari balik helm.

Athaya melirik dari kaca spion kemudian menggeleng. "Jalan-jalan aja," balas gadis itu.

Dafa mengangguk lalu tersenyum tipis. Ada rasa senang di hatinya ketika Athaya tidak mengabaikannya seperti biasa. Walau tidak sehangat dulu, tapi itu sudah cukup baik daripada tidak sama sekali.

Dafa tau, Athaya sangat suka jalan-jalan keliling kota. Dari kecil, perempuan itu suka seperti ini. Athaya suka melihat gedung-gedung kota dan bangunan-bangunan yang ada di sana.

Dafa berhenti saat melihat penjual telur gulung di pinggir jalan. Athaya sangat suka dengan jajanan itu, maka itu Dafa menepikan motornya membuat perempuan yang ia bonceng bertanya, "Mau ngapain?"

Dafa tak membalas. Dia turun dari motor setelah mematikan mesin. Dafa lalu menjawab setelah melepaskan helm. "Ada telur gulung. Mau, kan?" tanya Dafa.

Athaya menatap ke arah penjual telur gulung yang tak jauh dari tempat mereka berhenti. Athaya meneguk ludah saat baunya sampai ke hidungnya. Sebenarnya, dia agak gengsi jika meng-iyakan. Tapi, dia juga tidak bisa menahan seleranya, dan akhirnya Athaya menjawab, "Terserah," kata Athaya akhirnya.

"Mau ikut atau tunggu di sini aja?"

"Tunggu di sini," balas Athaya mengalihkan pandangannya, karena Dafa terus menatapnya dengan lekat.

Dafa mengangguk. "Sebentar, ya. Aku nggak lama," ujar Dafa, kemudian berjalan menghampiri si Bapak penjual telur gulung.

Athaya memperhatikan Dafa yang tengah berbicara dengan si penjual telur gulung itu, kemudian mundur beberapa langkah ke belakang untuk mengantre. Antreannya memang tidak panjang, hanya empat orang. Tapi tetap saja Dafa harus menunggu.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang