35 - Sulit Berdamai

643 51 40
                                    

FOLLOW UNTUK INFO UPDATE!!

absen dulu, jam berapa baca chapter ini??

jangan lupa tinggalkan jejak pembaca!! 💌

(sebenarnya aku udah up dari 2 hari lalu, cuma ada masalah dan udah aku jelasin di igs : coretanovii)

selamat membaca 💗

21.00 WIB

Memori itu terlalu menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memori itu terlalu menyakitkan. Karena dia begitu berarti di hidupku. Maka saat dia hilang, duniaku seolah berhenti berputar.
Satu Garis Dua Arah

35 - Sulit Berdamai

SETELAH jam pelajaran Olahraga selesai, mereka semua mulai bubar dari lapangan. Sebenarnya masih ada sekitar 15 menit lagi, namun Pak Iwan menyuruh mereka menggunakan waktu itu untuk beristirahat sejenak.

Hari ini sangat menyenangkan bagi siswi di kelas 11 IPS 2. Jam Olahraga yang gabung dengan kelas 12 IPA 1 bukanlah hal yang bisa diulang kembali. Jadi mereka menggunakan waktu itu untuk sebanyak mungkin berinteraksi dengan Abang Kelas mereka. Terlalu rugi jika melewatkan momen-momen di mana mendengar suara tawa dan senyum manis yang membuat jantung berdebar.

Sebaliknya, kelas 12-nya juga ikut senang berbicara banyak pada Adik Kelas mereka—11 IPS 2. Kelas itu termasuk tempat yang dihuni banyak cewek-cewek cantik. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia bagi Kean. Sejak tadi, Kean sudah tebar pesona sana-sini. Sampai-sampai Erthan geleng-geleng kepala melihatnya.

"Kantin nggak?" tanya Erthan pada Dafa yang berjalan mendekat, mendatangi mereka setelah selesai berbicara sedikit pada Pak Iwan.

Tadi, kepergian Athaya yang secara tiba-tiba sempat membuat recok lapangan. Banyak yang bertanya-tanya sampai mereka semua jadi bubar dari posisi yang seharusnya melakukan sit up. Kebisingan itu membuat Pak Iwan marah.

Pak Iwan sempat mau memanggil Athaya dan berbicara dengan siswinya itu karena pergi dari lapangan tanpa izin. Namun, Dafa lebih dulu menemui Pak Iwan. Sampai akhirnya anarah Pak Iwan sedikit demi sedikit memudar. Dafa itu murid yang sangat sering dimintai tolong dan murid yang selalu menurut, jadi Pak Iwan sulit menolak ketika muridnya itu meminta keringanan.

Dafa mengangguk pelan, menjawab ajakan Erthan.

"Leon mana?" Kini Erthan bertanya pada Kean yang sedang meluruskan kakinya di tepi lapangan. Cowok itu habis berlari mengelilingi lapangan karena dihukum oleh Pak Iwan akibat terlalu berisik.

Kean mengedikkan bahunya setelah menyugar rambut yang basah karena keringat. "Biasa, kebakaran jenggot ngeliat Mauren sama Fardi," ujarnya dengan napas yang terdengar tidak beraturan.

Satu Garis Dua Arah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang