(2-2-22, 22.22)
17 - Case Sialan!
"INDAH mau video call Bang Dafa aja. Mau buktiin kalo Abang gak bohong."
Kean tersedak ludahnya sendiri. Perkataan Indah itu, spontan membuat kinerja jantungnya menjadi lebih cepat. Musibah apa lagi ini?
Sebelum terjadi suatu hal yang lebih buruk, yang nantinya akan menjerumuskan dirinya lebih dalam lagi, Kean menolehkan kepala menatap Oky, Leon, Zidan dan Erthan bergantian dengan tatapan tajam, penuh peringatan. Kode agar mereka tidak melontarkan perkataan yang tidak-tidak.
Kean benar-benar tidak tenang. Hatinya sangat resah melihat raut wajah setan teman-temannya itu. Di sini yang bisa dipercaya itu hanyalah Dafa. Karena menurut cowok itu, tidak ada gunanya juga meledeki orang.
Mendapati peringatan dari Kean, tak membuat mereka takut sama sekali. Mereka malah meledeki Kean. Tertawa, juga ditambah dengan alis yang berulang kali dinaik-turunkan, membuat Kean ingin sekali menampol wajah teman lakhnatnya itu. Sial!
Ternyata, Indah benar-benar melakukan apa yang dikatakannya tadi. Ucapan bocil itu tidak main-main rupanya. Terbukti, sekarang ponsel Dafa berbunyi dan sambungan teleponnya dengan Kean mati.
Dengan jantung yang berdetak tak karuan, Kean cepat-cepat berdiri dan berpindah posisi duduk di sebelah Dafa. Menggeser badan Erthan yang duduk di sebelah Dafa dengan mendorong kedua bahu cowok itu. Kemudian, langsung duduk di sana dengan degup jantung yang masih sama.
Erthan terkekeh geli sambil beranjak dari duduknya, mempersilahkan Kean duduk di tempatnya. Bisa dilihat bagaimana wajah khawatirnya seorang Kean? Raut wajah Kean benar-benar memancing tawa mereka.
Bahkan, sekarang mereka yang berada di sana sudah tertawa terpingkal-pingkal. Serius, deh, wajah Kean saat ini seperti orang yang kelimpungan, panik dan tolol. Kerutan di dahi dengan wajah yang agak terlihat pucat membuat tawa mereka meledak saat itu juga. Kasian ya...
Dafa mengambil handphonenya yang berdering dari saku celana cowok itu. Ia menggeser duduknya agar sedikit lebih jauh dari Kean. Melihat wajah Kean yang sangat dekat dengan wajahnya, membuat Dafa merasa risih.
Dafa mengangkat panggilan itu. Terlihat jelas wajah seorang anak perempuan yang memenuhi layar ponsel Dafa, sedang tersenyum begitu lebar. Dafa menghidupkan loudspeaker sekaligus sedikit mengangkat ponselnya ke atas agar Kean dan yang lainnya bisa melihat juga.
"BANG DAFAAA!"
Dafa dan yang lainnya meringis saat Indah berteriak kencang memanggil nama Dafa. Indah itu adik perempuan satu-satunya Kean. Saat ini, dia masih kelas 4 SD. Walau kecil-kecil begitu, tapi tetap saja Kean selalu kalah dalam hal apapun. Apalagi dalam kegiatan adu bacot. Jangan ditanya lagi, yang pasti Kean tak akan bisa menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Garis Dua Arah
Teen Fiction-Ketika arah garis yang dilalui, kini sudah tidak sama lagi- Ketika satu pihak memutuskan berbalik arah dan tak mau berjalan searah lagi, maka pertentangan dan perbedaan akan terjadi. "Gue benci sama lo." "Kamu nggak jago bohong, Aya." "Lo nanti kul...