Part 5

165 12 5
                                    

Hari - hari Zera dia jalani dengan baik selama di sekolah. Ya meskipun dia masih menghindari Kak Farrel yang suka curi-curi pandang kepadanya.

Setiap melihat Kak Farrel dia selalu berusaha bersembunyi, ya seharusnya tidak perlu karena Kak Farrel sudah punya pacar waktu SMA ini. Jadi seharusnya Zera sudah tidak se takut dulu lagi. Sampai pada akhirnya dia kelas 12, iya akhirnya terbebas lagi dari manusia cengir cctv itu.

Bodo amat dah Zera sama tuh orang mau masuk kuliah mana dan dimana jurusan apa bodo amat ngga penting. Yang penting sekarang hidupnya tenang.


🧸


Beberapa bulan berlalu, Zera sudah melaksanakan ujian kelulusan dan syukurlah nilainya bagus. Dia termasuk siswa yang berprestasi saat SMA ini, jadi tidak usah diragukan lagi.

Karena nilainya yang cukup bagus, dia diterima SNMPTN alias jalur undangan di universitas yang ada di luar kota. Dengan nilai dan semua sertifikat yang Zera punya selama mengikuti perlombaan dan penghargaan yang dia terima, dia juga mendaftar di universitas yang ada di Australia, University of Melbourne dan alhamdulillah diterima.

Mama dan Papanya tidak menyetujui kalau Zera harus tinggal sendiri di luar negeri karena menurut mereka Zera masih anak-anak.

Karena ketidaksetujuan kedua orang tuanya membuat Zera murung di kamar. Padahal itu universitas yang dia inginkan.

Tinggal sendiri, di luar negeri, mencari ilmu, itu adalah hal yang sangat Zera dambakan sejak kecil. Karena sewaktu kecil hidupnya berada ditengah-tengah. Tidak kaya tidak miskin. Jadi untuk bersekolah di luar negeri dengan beasiswa tanpa dipungut biaya sepeserpun adalah suatu peluang untuk Zera bisa sukses.

Tapi sekarang apa? Mama dan Papanya tidak setuju?

Dan kata mereka, kali ini Zera harus menurut!

Hello, selama ini Zera emang ngga pernah nurut?!

Like? WTH




🥸



Tidak tahu ada acara apa, tapi seharian ini Mama Sekar sibuk masak. Sibuk merusak dapur alias membuat dapur seperti kapal pecah. Cabe, tomat, sampah sayur, semua berceceran dilantai.

Panci, wajan, semuanya ada semua dipakai. Ini sebenarnya ada apa?!

"Ma, mama kok dari pagi udah ribut. Jarang-jarang mama masak banyak gini, mau ada apa?"Tanya Zera sambil bengong melihat kondisi dapur yang seperti maha karya pelukis terkenal.

Mama Sekar tersenyum dan menjawab, "Mau ketemu calon mantu"

"Hah?!"Pekik Zera karena terkejut, calon mantu? Kak Zahra sudah nikah, oh mungkin tunangan Kak Putri alias kakak ke-2 Zera.

Sebentar, kalau tunangan Kak Putri? Eummm perasaan Mama ngga manggil gitu? Biasanya ya panggil aja gitu namanya. Ini kenapa pake embel-embel calon mantu?

"Tunangan Kak Putri?"Tanya Zera sambil membantu mamanya di dapur itu.

"Bukan dong"Jawaban Mama Sekar membuat Zera mengerutkan alisnya.

"Loh?!Terua siapa?"Tanya Zera yang semakin dibuat penasaran oleh mamanya.

"Calon suamimu"Jawab Mama Sekar santai membuat Zera terkejut dan pisau yang ia gunakan untuk mengiris wortel itu mengenai jari nya dan membuat jarinya berdarah. Ya meskipun tidak banyak, tapi siapapun bisa melihat kalau ada darah yang keluar.

Zera masih melamun karena memikirkan apa yang dikatakan Mama Sekar, ini maksudnya apa?

Kok Zera ngga paham?

Sebentar,

"Ini mama jodohin Zera?"Tanya Zera iseng sambil tertawa, "Kaya jaman dulu aja masih jodoh-jodohin HAHAHAHAHA"Ujarnya sambil membasuh lukanya dengan air, yang tadi berdarah supaya tidak iritasi.

"Iya"Jawab Mama Sekar sekali lagi membuat Zera naik pitam.

"MAMA APA-APAAN SIH?!"

"Apanya? Papa sama Mama mutusin buat ngelarang kamu kuliah di luar negeri dengan cara ini. Kamu pasti tidak bisa berkutik dan tidak bisa menolak"Ujar Mama Sekar ikut marah karena teriakan Zera barusan yang menurutnya kurang ajar.

"Mama kok ngga minta persetujuan dari aku dulu?!"

"Buat apa, emang kamu bakalan jawab "Iya ma, Zera mau asal mama dan papa bahagia" Engga kan?!"

"Tapi mama sama papa ya ngga bisa kaya gini dong?! Kak Zahra sama Kak Putri bisa milih jodohnya sendiri kenapa sama Zera kalian kaya gini?!"

"Karena kamu ngga bisa di atur!"Jawab Mama Sekar ikut emosi karena perkataan anaknya.

Memang sedari kecil Zera itu nakal, susah di atur. Jadi kebebasan sudah ada di diri Zera sejak kecil. Tapi Zera  tau batasnya kok bebas itu sampai mana. Zera ngga yang dipikirin mamanya. Memang semua itu serba salah di mata mamanya itu yang ngebuat Zera jadi anak yang nakal. Karena menurut Zera, semakin nakal dirinya semakin kuat mentalnya dimarahin mamanya.

Mamanya selalu membeda-bedakan dia dan kakak-kakaknya. Karena kedua kakaknya hidup saat mereka masih susah dan Zera hidup saat mereka sudah bisa makan, dan tinggal ditempat yang nyaman membuat Mamanya lebih membiarkan Zera alias tidak terlalu memperdulikannya.

Saat kakaknya minta bimbel, minta beli buku mahal, minta kuliah dimana dimana. Semua akan di setujui sama Mama dan Papanya. Tapi tidak berlaku untuk Zera, katanya sih karena sifat nakalnya.

Tapi menurut Zera dia berpandangan berbeda. Mamanya terlalu pilih kasih.

Ya itu yang membuat Zera susah diatur karena merasa tidak ada yang memperdulikan dirinya, buat apa dia harus minta izin dan lain-lain.

Kan toh semua perhatian menuju kakak pertama yang sudah punya anak dan kakak kedua yang sudah mau menikah. Mereka menikah dengan laki-laki pilihannya dan syukurnya mereka memilih laki-laki tajir yang membuat mama semakin menyayangi kedua kakaknya itu

"Zera kan bisa pilih jodoh Zera sendiri ma, ga gini dong caranya. Zera udah setuju ngga kuliah di luar negeri kenapa mama sama papa jadi kaya gini sama Zera?!"

"Emang ada yang mau sama kamu?!Mama ngga yakin ada yang mau sama kamu, orang kamunya aja kaya gitu. Perempuan buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya di dapur"

Mendengar perkataan mamanya yang meskipun sudah berkali-kali dia katakan kepada Zera tapi sama saja rasa sakitnya masih membekas.

Memang Zera tidak secantik dan sepintar kedua kakaknya. Tapi mamanya sama sekali tidak pernah mengapresiasi dirinya, berbeda dengan kedua kakaknya.

Seharusnya mereka senang dan support Zera bisa kuliah di luar negeri, nembus beasiswa. Bukan kaya gini caranya.

Dulu waktu masuk SMA dicegah mau sekolah di SMA biasa, dengan embel-embel uang tidak cukup padahal Zera tahu kalau mamanya itu punya uang. Cuman dia gamau rugi aja ngeluarin uang buat Zera.

Dan sekarang urusan kuliah?

"Kakak kamu kuliah di kota ini juga ngga ada masalah tuh, lulus dengan nilai tertinggi, dapat jodoh tajir, cucu mama yang pinter juga. Mereka ngga ribet dan rewel kaya kamu tuh"

Air mata Zera sukses menetes dan mengalir dengan deras, dia hanya diam tidak berkutik mendengarkan kata-kata, kalimat demi kalimat yang mamanya lontarkan.
















To be continued




Adore You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang