Kisah seorang Azzura Queensha Zemira biasa dikenal Zera, yang hidupnya selalu mengindari laki-laki bernama Farrel Emird Arsenio atau Farrel tapi keduanya justru selalu terikat. Keterikatan yang tidak bisa dihindari antara mereka membuat Zera frusta...
Saat tersadar dia sudah berada di suatu ruangan dengan aroma khas, obat-obatan. Sudah jelas ini rumah sakit. Zera menoleh ke kanan dan ada Papa Zayn disana.
"ZERAA!!!"Pekik Zayn terkejut karena melihat Zera sudah siuman dari pingsannya.
Zayn langsung menghampiri Zera yang terbaring brankar ruang rawat inap itu. Sedari kecil Zera hampir tidak pernah masuk rumah sakit, mungkin hanya sampai UGD tidak pernah sampai di rawat inap.
"Kak Farrel mana pa?"Pertanyaan pertama yang muncul dari bibir manis Zera. Menanyakan manusia yang tidak memiliki perasaan itu buat apa?
Oh karena ini Zera jadi tidak apa-apa.
"Farrel lagi tunggu Ayahnya di depan UGD"Jawab Zayn mengusap lembut kepala Zera.
Zayn tersenyum, "Apa ada keluhan nak?"Tanya Zayn dengan lembut.
"Udah ngga papa, cuman agak pusing aja. Ngga perlu panggil dokter"Jawab Zera sambil tersenyum berusaha tidak membuat Papa Zayn khawatir karena keadaannya.
Pintu terbuka lebar menampilkan Ayah Arsen dengan wajah paniknya dia berlari menghampiri Zera.
"Zera kenapa kok bisa pingsan?!"
"Apa Farrel menyakitimu?!"
"Ayo Zera cerita kenapa kok bisa, Farrel tidak memberimu makan?!"
Segudang pertanyaan terlontar dari bibir Ayah Arsen karena khawatir dengan kondisi Zera yang memang terlihat sangat lemas dan pucat.
"Raymond kau membuatnya takut! Mending diam saja kamu!"Omel Zayn tidak terima dengan Ayah Arsen yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan sebanyak itu.
Raymond sudah menatap Farrel dengan tatapan dingin. "Kok bisa terkunci di kamar mandi gimana?!"Tanya Ayah Arsen masih bersulut emosi.
Ekspresi Farrel terlihat ketakutan, Zera pun tersenyum menatapnya. "Zera minta tolong Kak Farrel buat beliin sesuatu di toko, terus waktu Zera ke kamar mandi kunci pintu eh pintunya rusak. Jadi ngga bisa dibuka dari dalam, harus nunggu Kak Farrel pulang baru bisa dibuka pintu kamar mandinya"Jawab Zera memberikan alasan yang masuk akal.
Masuk akal meskipun bukan itu kejadian sebenarnya.
"Papa tau kalau Zera trauma kekunci di kamar mandi jadi pingsan deh, padahal cuman 10 menitan ke kunci"Jelas Zera sambil tersenyum berusaha menenangkan amarah Ayah Arsen yang memuncak. Dia bisa memukul Farrel tanpa tahu tempat kalau seperti itu.
"Ayah"Panggil Zera lagi, "Ayah sudah janji ke Zera loh ya?"Ujar Zera menahan supaya Raymond tidak memukul Farrel lagi.
Raymond mengacak rambutnya frustasi. Dia akhirnya menghela nafasnya kasar, "Kalau memang benar itu yang dikatakan Zera, Ayah percaya. Zera kan anak baik, jadi tidak mungkin berbohong kan?"Tanya Ayah Arsen berusaha tersenyum meskipun terlihat sangat terpaksa.
Zera menjawabnya dengan senyuman tulus, "Tentu saja, Zera ngga pernah bohong".
Zayn dan Raymond pun tersenyum. "Mama kemana pa?"Tanya Zera, meskipun mereka sedang bertengkar tidak membuat Zera lupa dengan Mamanya.
"Mama gantiin Papa di toko nak"Jawab Papa Zayn
Iya Papa Zayn mengelola toko toserba yang cukup besar dan terkenal. Bahkan sudah memiliki beberala cabang di kota ini, kalau di Indonesia seperti Indoapril.
Zera pun mengangguk paham. "Zera mau lanjut tidur dulu, jangan rame ya"Ujarnya sambil memejamkan matanya. Itu semua alasan, dia hanya tidak mau menatap mata dan wajah orang-orang yang sedang ia bohongi sekarang.
Zera tidak mau terbawa suasana aneh ini. Dia memilih memejamkan matanya berharap saat ia membuka matanya semua akan kembali baik-baik saja.
🖤
Zera hanya menginap di rumah sakit itu 2 hari 1 malam. Hari ini dia sudah pulang.
Mereka sedang berada di mobil untuk perjalanan pulang. Mereka? Iya Zera dan Farrel.
Zera sedang asik menatap jalanan kota yang ramai pengendara motor dan mobil melalui jendela mobil milik Farrel. Dalam perjalanan dia berusaha menjernihkan pikirannya, tapi sekuat tenaga dia mencobanya tetap tidak bisa menjernihkan pikirannya.
Dia hanya diam dan bergelut dengan pikirannya.
"Ze"Panggil Farrel saat sudah sampai di depan rumah mereka. Zera tidak yakin rumah ini akan dia tinggali berapa lama lagi.
"Kak jangan bahas kejadian kemarin ya, Zera masuk dulu"Jawab Zera menatap Farrel sambil tersenyum tulus.
"Ahh iya"Ujar Farrel kikuk.
Zera membuka pintu mobil itu dan turun lalu berjalan memasuki rumah mereka. Menuangkan air di gelas kaca kesayangannya dan beranjak pergi memasuki kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun dari bibirnya.
Dia bahkan mengunci kamarnya.
Merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya setelah meneguk segelas air yang ia bawa tadi. Dia hanya melamun dengan posisi tubuh tengkurap sambil memeluk gulingnya dan menatap jendela kamarnya. Pemandangan yang dia lihat adalah silau matahari sore menuju malam terlihat sangat indah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zera terakhir kali menangis karena kucingnya meninggal, dan itu sudah 5 tahun lalu. Baru-baru ini dia menangis karena menonton drama korea. Zera hanya menangis karena alasan konyol.
Tapi kali ini? Ini lebih konyol dari pada melihat adegan pemain utama drama korea yang dia tonton meninggal karena penyakit kronis.
Sangat konyol sampai Zera ingin menangis seharian.
Tapi kalau dipikir-pikir, buat apa dia menangisi hal tidak berguna seperti ini? Dari awal seharusnya dia menyiapkan raga dan jiwa untuk hal seperti ini. Karena dia tahu kalau hal seprrti ini akan terjadi di masa depan.
Sudah kok, sudah menyiapkan raga dan jiwanya. Tapi kenapa masih terasa sakit ya?
Sakit? Bagian mana yang sakit? Di dada bagian kiri, itulah yang Zera pikirkan sekarang.
Bukankah ini artinya dia sudah jatuh cinta? Jatuh cinta? Dalam kamus Zera? Awalnya Zera hanya kagum, kenapa berubah menjadi cinta?
Zera tidak tahu apa itu cinta? Cinta seperti apa yang dimaksud? Apa cinta itu menyakitkan seperti ini? Menyakitkan karena melihat orang yang kita cintai sedang berhubungan intim dengan orang lain?
Mungkin, mungkin Cinta itu jawabannya.
Salah satu caranya supaya tidak tersakiti lagi adalah berhenti mencintainya. Bagaimana cara berhenti mencintai seseorang yang bahkan Zera sendiri tidak tahu kalau dirinya sedang mencintai orang itu?
Trauma masa kecilnya bahkan kembali saat dia harus berurusan dengan hal gila bernama cinta ini.
Wajah pembunuh orang tua kandung Zera. Dia bahkan tertawa mengingat ingatan masa kecilnya itu. Dia tertawa karena merasa kenapa semuanya bergantian datang di hidup Zera lagi.
Hal gila bernama cinta dan ingatan puluhan tahun lalu.
Ini waktu yang tepat untuk berhenti memikirkan semuanya dan tidur saja.