Part 44

133 8 6
                                    

Tidak semudah itu kewan-kewan :)

______________________________________

Karena merasa butuh hiburan Zera memutuskan untuk pergi ke Pulau Jeju. Di sana dia ingin menenangkan dirinya, akhir-akhir ini sangat stress semenjak kedatangan Farrel. Semoga saja laki-laki itu tidak mengikutinya sampai sini.

Sesampainya dia disana langsung menuju hotel yang sudah dia booking. Ponsel miliknya yang ia taruh di saku bagian kanan bergetar, siapa yang sedang menghubunginya?. Ternyata oh ternyata itu Salma dan Sita yang memberi kabar bahwa mereka sudah sampai di Jakarta dengan selamat. Lega mendengar berita bahwa mereka mendarat dengan selamat. Zera juga merasa bersyukur karena Sita dan Salma tidak mengkhawatirkan dirinya secara berlebihan.

Mereka tahu kalau Zera memang membutuhkan waktu sendiri, jadi mereka memutuskan untuk tidak mengganggu Zera saat ini. Bukan ingin sendiri tapi ingin melupakan semuanya meskipun hanya sesaat.

Dia sendiri tidak tahu bagaimana jalan hidupnya digambar dan bagaimana jalan hidupnya akan berjalan. Dari awal semuanya sudah tidak sesuai alur cerita, semuanya sudah berantakan. Tapi Zera bahkan tidak mengira kalau hidupnya semakin berantakan seiring berjalannya waktu.

Meninggalkan keluarga yang sudah merawat dirinya, meninggalkan semua teman-temannya, meninggalkan semua masa lalunya dan berusaha memulai hidup yang baru. Tapi hasilnya kembali lagi dari awal. Dia bertemu lagi dengan laki-laki yang pernah dia cintai, atau mungi=kin masih dia cintai? Zera sendiri tidak tahu tentang perasaan aneh yang merepotkan ini.

Menikmati angin sepoi-sepoi sambil duduk di atas pasir putih, hotel yang Zera booking kebetulan memiliki pemandangan pantai. Berjalan ke belakang hotel selama 5 menit, sudah sampai di pantai. Setelah menaruh kopernya di kamar, Zera hanya bersantai di pesisir pantai sambil menunggu matahari yang tidak lama lagi akan terbenam dan digantikan oleh bulan.

"Ternyata disini"Suara yang dia kenal. Farrel mengambil duduk di samping Zera, melepaskan jaket  miliknya dan melampirkan jaket itu di bahu Zera. Zera hanya bisa menghela nafasnya dan kembali melihat ke arah laut, menghiraukan Farrel.

Farrel hanya diam ikut menikmati suasana sore itu bersama Zera. Dia duduk di samping Zera hanya saja sedikit lebih ke belakang. Punggung Zera terlihat sangat cantik dari belakang. Ujung bibirnya naik tanda dia sedang tersenyum. Hanya melihat punggung Zera saja dia sudah bisa tersenyum.

Zera yang tadinya tenang-tenang aja berakhir meneteskan air matanya karena kedatangan Farrel yang membuatnya semakin sedih. Farrel yang mendengar Zera sesegukan segera menghampirinya.

"Ze?"Panggilnya.

"Kok nangis?"Tanyanya panik.

"Aku ngga ngomong apa-apa, kok nangis lagi?"

"Beberapa hari lalu kamu ketemu aku juga nangis, Ze?"

"Ze, jangan nangis"

Farrel berusaha menenangkan Zera dengan segala cara sampai perempuan itu berhenti menangis. Tapi bukannya semakin mereda justru semakin keras tangisannya, untung saja pantai itu sepi pengunjung. Kalau ramai bisa dianggap apa Farrel sama orang lain?

Alhasil Farrel mendekap Zera supaya lebih tenang, tangannya mengusap punggung Zera dengan lembut. "Maaf"Ujarnya.

Zera sudah muak mendengar kata itu, dia muak mendengar kata maaf yang selalu diucapkan Farrel akhir-akhir ini. "Telat tau ngga sih kak? Emang maaf bisa ngembaliin semuanya?!"Tanya Zera kesal memangis tersedu-sedu sambil memukul pelan Farrel karena merasa sangat kesal.

"Kenapa ngga dari dulu aja minta maafnya?! Kenapa baru sekarang?!"

Zera masih menangis di pelukan Farrel, "Aku tau, aku telat menyadari semuanya. Aku tau kalau permintaan maaf ini sudah terlambat. Aku- aku- aku- sudah tidak tau bagaimana caranya meminta maaf selain mengatakan kata maaf"Ujar Farrel sendu.

"Aku menemui Ayah dan Ayah menceritakan semua tentangmu. Bahkan Zera yang masih kecil dan Zera yang aku temui saat SMP dan SMA pun aku tidak bisa mengingatnya sedikitpun. Kalau Ayah tidak menceritakan itu semua, mungkin saja aku lebih terlambat meminta maaf. Mungkin aku juga akan kehilangan kamu, atau mungkin saja kamu sudah lupa sama aku karena perlakuanku kepadamu di masa lalu. Aku memikirkan banyak hal, aku berpikir "Bagaimana jika aku menemuinya dan dia membenciku?" lalu "Bagaimana jika aku menemuinya dan dia menghindariku?" "Bagaimana jika aku menemuinya dan dia menangis saat melihatku?" sesuai dugaanku, ini semua terjadi. Kamu sepertinya sudah membenciku, kamu menghindariku, dan kamu juga menangis saat melihatku.

Aku merasa berpikir selama 2 tahun sia-sia saat tahu semua yang aku takutkan itu benar-benar terjadi. Tapi aku bersyukur karena kamu masih mau menangis di pelukanku seperti sekarang. Itu artinya perjuanganku berpikir dan mencarimu selama 2 tahun ini tidak begitu sia-sia. Aku tahu kalau aku bodoh karena tidak cepat mencarimu meskipun aku tahu kalau aku menyesal. Diriku yang dulu memang sangat buruk, bahkan orang terdekatku tidak bisa menyadarkan bahwa semua yang aku lakukan salah"Ujar Farrel mengatakan keluh kesahnya.

"Salah?"Tanya Zera melepaskan pelukan Farrel dan menatap mata Farrel ternyata dia sedang menangis hanya saja tidak terlalu terdengar, mungkin takut Zera khawatir?

"Aku kacau, semuanya kacau, bahkan perusahaan hampir bangkrut karena kesalahanku. Aku berlarut dalam kesedihan yang cukup lama karena kamu memutuskan untuk benar-benar meninggalkanku. Sampai akhirnya aku mengatasi semuanya dan menyusulmu kesini. Membutuhkan waktu 2 tahun, memang cukup lama. Cukup lama buat kamu melupakan aku bukan? Waktu yang cukup untuk semakin membenciku?"

Zera menundukkan kepalanya, hubungan mereka terlihat semakin jelas.

"Kalau aku bertanya dan memohon untuk memberiku kesempatan satu kali lagi, Zera gimana?"Tanya Farrel menatap Zera dengan dalam.

Zera masih diam.

"Kakak bisa ngomong intinya aja nggak? Zera bingung"Ujar Zera membuat Farrel berhasil terkekeh dan tidak jadi menangis karena pertanyaan konyolnya.

"Ngga lucu"Ujar Zera kesal.

"Aku mencintaimu Azzura Queensha Zemira, will you marry me?"Tanyanya serius dan menatap Zera dengan dalam, tatapan penuh cinta yang baru saja dia berikan. Dia pernah memberikan tatapan itu, hanya saja tidak seserius sekarang.

"Jangan ngaco"Kesal Zera mengalihkan pandangannya dan kembali menatap ke arah lain.

Farrel menghela nafasnya, "Oke beneran sia-sia 2 tahunku ini"Keluhnya.

Zera menoleh dan menatapnya sinis.

"Tangisanku sangat percuma, hikss"Ujarnya berlebihan sambil mengusap air matanya yang masih tersisa di pipinya.

"Beri aku waktu"Ujar Zera kembali melihat laut.

"Berapa lama?Besok atau nanti malam? 6 jam lagi? Kapan?"Tanya Farrel antusias.

"Ck, ya udah ngga jadi mikir aku jawab aja hmppp"Tangan Farrel berhasil membungkam bibir Zera sehingga dia tidak bisa mengatakan jawabannya. Sejujurnya dia sendiri juga belum siap mendengar jawaban dari Zera.

"Iya aku tunggu, jangan jawab sekarang"Ujar Farrel pasrah. Zera menganggukkan kepalanya dan kembali menikmati matahari terbenam.

To be continued





Adore You || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang