. O5

186 37 11
                                    

" lu masih nekat ? gw saranin sih sadar diri sadar posisi "

Rio sebenarnya sudah mendengarkan pembicaraan dua orang ini sedari tadi, bahkan rasanya ingin sekali bergabung untuk mengobrol bersama, atau mungkin lebih tepatnya menghajar dua orang itu tanpa ampun. Cemburunya terlalu besar untuk hal sekecil itu, namun baginya apapun akan ia lakukan bila itu bersangkutan dengan Ren.

" selagi masih bisa gw dapetin, kenapa kagak ? "

Ok, kali ini Rio benar benar harus menahan emosinya, atau dia akan dipecat. Dia masih di agensi, dengan buku catatan yang berisi berbagai lirik musik dan juga berbagai rencana nya untuk membuat setiap musik yang ia bisa buat. Tangan nya sangat gatal ingin memukulkan buku catatan yang ukuran nya tidak kecil itu, gatal, serius. Ingin sekali rasanya memukul dua orang itu.

" dongo lu, serius dah "

Rio sudah habis kesabaran, dan tentu saja kalian bisa tebak apa yang dia lakukan. Tentu kali ini dia menghindari adu fisik, karena dia tak bisa mempertaruhkan pekerjaan nya hanya karena kecemburuan nya. Jangan hanya karena cemburu, dia terpaksa berhenti bekerja, lalu bagaimana nasib Ren kalau dia berhenti bekerja? Itulah alasan yang membuat Rio menahan emosinya, kalau tidak habis dia.

Ok, kali ini Rio benar benar menahan emosinya, meskipun dia masih kesal, Rio lebih memilih kembali ke studio musiknya, membuat Dev yang baru saja mengobrol dengan teman nya terkejut kala melihat Rio berjalan melewati mereka seakan tak melihatnya. Rio berharap pria seperti Dev itu jauh jauh dari kehidupan nya dan juga kehidupan istrinya. Mau bagaimana, Ren miliknya, hanya miliknya dan orang lain tak berhak memiliki nya. Apalagi bila Ren masih berstatus istrinya.

Skip

Rio baru saja pulang dari agensi, sesegera mungkin masuk ke rumah nya itu. Sesuai dugaan nya, Ren sedang duduk santai sembari menonton film kesukaan nya. Bisa ditebak, saking fokusnya Ren dia sampai tak sadar Rio sudah dirumah, bahkan sudah memeluk Ren dari belakang. Tangan Ren perlahan mengusap tangan Rio yang melingkar disekitar lehernya. Geli, karena tangan nakal itu bermain main di lehernya.

" Mas ih, nakal deh "

" Kok tau ini mas ? "

" Yang mesum nya kebangetan kan cuma mas, jadi ku tebak, ya siapa lagi kalau bukan mas "

Rio mendengus kesal, padahal niatnya mau langsung menerkam sang istri, tapi rencananya keburu diketahui sang empu yang memang sangat pintar soal urusan seperti ini. Terlalu mudah bagi Ren untuk mengetahui rencana suaminya ini, memang terlalu mudah dibaca gerak-gerik nya. Tapi sayang seribu sayang, Ren memang pandai menebak gerak-gerik suaminya, namun nyatanya dia tetap lah seorang submissive, mangsanya para dominan.

" Dek.. sayang "
Bisikan Rio berhasil membuat Ren tak fokus dengan film yang dia tonton.

Tangan nakal itu perlahan memasuki pakaian Ren, mengusap-usapi setiap inci bagian tubuh Ren membuat sang empu bergerak gelisah. Rio terus bermain-main dengan tubuh Ren, perlahan-lahan Rio menarik pelan dagu istrinya dan mencium bibir sang istri. Jelas Ren juga membalasnya, meskipun terkejut karena tindakan Rio yang tiba-tiba, tapi dia suka bibir itu.

Adegan panas mulai terjadi, Rio tak mematikan film itu sama sekali, dia membiarkan film nya berjalan meskipun tidak ada yang menonton nya, karena Ren maupun dirinya sedang sibuk bercengkrama. Setelah melepas lumatan pada bibir istrinya, Rio mengusapi leher Ren sensual, mengecup lalu meninggalkan bekas kemerah-unguan disekitar lehernya. Ren? Dia mati-matian menahan suara nya, atau Rio akan menerkam nya habis-habisan.

Din dong din dong

" Persetan ! "
Rio langsung berdiri refleks kala mendengar suara nada dering dari ponselnya.

Ren yang hampir saja menyebut nama Rio langsung menutupi wajahnya, malu sekali, padahal mereka baru akan melakukan adegan panas seperti itu, tapi malah ada gangguan yang tepat sekali membuat Ren sadar apa yang tengah ia lakukan. Rio kini tengah mencoba menahan kesalnya, di agensi sudah dibuat naik pitam, sampai rumah tak bisa tenang, sepertinya takdir sedang tak berpihak padanya.

" Apa sih ? Besok kan bisa, kenapa menganggu sekali ? "

" Sebagai produser utama, berita seperti ini memang seharusnya tahu lebih dulu Tuan, memang tadi Tuan sedang apa ? "

" Membuat adonan, puas ?! Sudah dulu, terima kasih berita dadakan nya "
Rio mematikan sambungan panggilan itu sepihak, sungguh menyebalkan baginya.

Melihat Rio sibuk mengatur emosinya, Ren memilih membawa barang suaminya ke kamar, dan tentu saja berlari menghindari sang suami yang sedang di emosi yang tidak stabil itu. Rio hanya bisa menghela nafas kesal, baru saja dia menyimpan ponselnya dia terkejut kala melihat ke sofa tadi dan sang istri sudah tak di tempat.

" Dek astaga, jatah ku "

Ren yang mendengar itu dari kamar hanya terkekeh kecil, biasanya dengan begitu Rio akan lebih rileks dan lupa dengan kesalnya, jadi memang sudah biasa. Biasa membuat suaminya tergoda dan tegang, lalu berakhir harus melampiaskan nya ke sabun, ya begitulah kehidupan sehari-hari mereka. Susah, senang, pertengkaran, semuanya adalah bumbu bumbu kehidupan, yang akan membuat kehidupan mereka lebih berwarna, dan mengajarkan mereka untuk jadi dewasa.

" Sayang ih, jatah ku "

" Mpht ! Ma-mas ih !  "

Ya begitulah.. hidup








































TBC

Gimana? Bahasanya udah cocok untuk chapter nc atau masih perlu perbaikan? Baru coba coba nulis kayak gini di Twilight, jadi susah susah gimana gitu. Semoga sesuai ekspektasi. Segini dulu ya, maaf kalau jarang update karena lagi sibuk-sibuknya.

Stay healthy !
See you next part !

Stay healthy !See you next part !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Kenzo

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang