. 39

93 19 21
                                    

" mas, mau kasih hadiah apa buat Dylan sama Victor ? "

" kondom "

" GOBLOK ! "
Rio langsung mengusak kepalanya yang di pukul Ren dengan kencang, bahkan saking kencangnya sampai beberapa pengunjung supermarket memperhatikan mereka.

Ren yang diperhatikan orang orang lebih memilih untuk mengikuti suaminya, dia benar benar malu, sial ketika berteriak suara nya kencang sekali, dia baru sadar itu. Setelah di ikuti, ternyata suaminya tidak main main, dia benar benar membeli beberapa buah pengaman saat hubungan intim tersebut. Ren hanya bisa tersenyum penuh arti, saking lelahnya dia sampai mau membuang suaminya itu.

" dek, bagusan durex atau fiesta ? "

" mana tau mana tau, aku kan yang di genjot, bukan yang ngegenjot "

Rio mengangguk mengerti, dia baru ingat istrinya kan sub, mana mungkin tahu yang pas yang mana. Dia tak mau memberitahu hadiah nya pada dua pasangan itu, jadi mau tak mau dia harus membeli semua merek yang dia lihat. Ren hanya bisa mengikuti suaminya itu, terserah dia lah mau beli apa, sekalian beli satu rak kondom pun terserah dia saja.

Rio yang terus berjalan segera mengambil beberapa kebutuhan mereka sendiri, tujuan mereka ke supermarket hari ini sebenarnya bukan untuk membelikan hadiah untuk Dylan dan Victor, mereka hanya ingin berbelanja kebutuhan bulanan, sayang otak Rio malah berinsiatif membelikan kondom untuk kedua sahabat istrinya itu. Ren hanya mengikuti sembari mendorong troli.

Ren yang mulai merasa kelelahan dengan segera memanggil sang suami, untungnya Rio sudah lebih peka, akhirnya bergantian lah mereka. Ren belum membicarakan soal anak baru dirumah mereka, Ren hampir saja lupa, seharusnya dia membicarakan itu dulu dengan Rio, tapi lagi dan lagi Rio lebih sibuk dengan ponselnya.

" tuan, selanjutnya "

" ah iya, maaf "

Nahkan, bahkan saat akan membayarkan belanjaan mereka Rio saja tidak fokus. Ren sebenarnya tidak berniat membeli testpack diam diam, tapi dia merasa membutuhkan nya akhir akhir ini, meskipun gejala kehamilan yang dia rasakan hanya mudah kelelahan dan juga mood yang berubah-ubah. Setelah membayarkan testpack nya secara terpisah, Ren mengikuti Rio yang sudah menunggunya.

Sejak kejadian beberapa waktu lalu saat mereka tengah melakukan panggilan video dengan pasangan Dev dan Nicho, setidaknya Rio sudah tidak terlalu cuek seperti sebelumnya. Dia jadi lebih memperhatikan Ren, bahkan saat pulang terlambatpun Rio akan membujuk Ren yang sedang dimood buruk, ada untungnya juga kejadian waktu itu.

Saat ini Rio dan Ren baru saja akan pulang, Ren sebenarnya setuju setuju saja karena dia juga kelelahan. Tapi yang Ren heran kan, tumben sekali Rio membawa banyak obat-obatan, meskipun hanya obat kecil. Saat Ren akan masuk mobil ke kursi penumpang nya, Rio terpergok baru selesai meminum obat lain. Ren tanya pun percuma, jawaban Rio selalu sama, daripada Ren lelah, lebih baik dia mengiyakan saja apa yang Rio katakan pada nya.

                              — Twilight —

" mas, boleh liat vitamin yang biasa mas minum ? "
Rio yang sedang menata barang-barang di sekitar dapur pun langsung melirik cepat ke arah Ren.

Hanya gelengan kepala Rio berikan, dengan cepat juga dia menyembunyikan obat obatnya. Ren yang bahkan baru akan menyentuh nya jadi terkejut, Rio terlalu bodoh menyembunyikan sesuatu. Seharusnya Rio panik karena dia akan segera terpergok, dia malah nampak tenang-tenang saja, memang apa yang dia lakukan.

" dasar.. ngomong ngomong mas "

" kenapa dek ? "

Setelah menyimpan jus yang baru saja mereka beli di meja makan, Rio memutuskan duduk di depan Ren, saat ini rencananya Ren akan membicarakan sesuatu dengan Rio, selagi Rio tidak pergi kemana-mana. Jevan dan Jojo saat ini sedang dirumah orang tua Rio, jadi mereka bisa dengan santai membicarakan soal ini.

Rio beberapa kali melirik ke arah lain saat Ren baru akan memulai pembicaraan mereka, mungkin dia akan beralasan lagi kalau tidak Ren cegah. Benarkan, Rio perlahan berdiri seperti hendak pergi meninggalkan Ren, dengan sigap Ren menahan tangan Rio, membuat sang empunya melirik ke arah Ren.

" aku gak akan tanya soal obat mas itu, kalau udah saatnya mas juga bakal cerita dengan sendirinya "
Rio menatap heran ke arah Ren, Ren hanya bisa menebak mungkin itu yang dipikirkan oleh suaminya sedari tadi, ya meskipun bukan juga, setidaknya Rio tak jadi pergi.

" kamu mau ngomongin soal apa ? "

Ren segera merogoh sakunya, dan tak lama dia mengeluarkan testpack yang baru saja dia beli tadi dan menunjukkan nya pada Rio, belum dia pakai, dia hanya ingin menunjukkan nya pada Rio. Rio lagi lagi menatap Ren dengan ekspresi bingungnya, sebenarnya dia yang tidak peka, atau memang begonya terlalu mendarah daging, jadi sulit untuk memahami apa yang Ren berusaha sampaikan.

" jadi gini mas, kalau kita nambah anak.. buat Jevan sama Jojo, kamu mau ? "

" ha ? kamu sanggup urusin nya ? "

" kan ada mas juga, masa aku urusin sendirian "
Rio mengangguk lalu mengusak perlahan rambut Ren.

" ya udah, kalau kamu sanggup, mas ngikut kemauan kamu aja "

Hanya perasaan Ren, atau memang dasar author hobi buat readers nya ngamuk, tapi nada bicara Rio, sangat tenang hingga membuat Ren sedikit curiga, tapi dia selalu berusaha untuk berpositif thinking pada suaminya itu.

" ke acara Dylan sama Victor kita gak usah bawa Jevan Jojo ya, mereka dirumah papa sama daddy aja "

" iya dek sayang "

                              — Twilight —

" tips malem pertama dong Ri "

" malam pertama cocotmu, gw ditinggal tidur anjir, kenapa malah minta tips sama gw ? "
Ren yang sedang melakukan panggilan video melalui laptop bersama Victor langsung melirik ke arah suaminya, mereka sepertinya sedang membicarakan rahasia pada seme.

" soalnya anak pertama aja lu dapet dua, gw mau gitu dapet 5 "

" the real suami puas istri tewas anjir "
Ren mencoba menulikan pendengaran nya, tapi dia sangat penasaran dengan apa yang para seme bicarakan.

" Ri, gw nikah 3 hari lagi, gw harap bisa liat lu disaat gw ucap janji suci "

" Dylan, gw emang bukan sahabat deket lu, malah tepatnya gw deket karna lu sahabat istri gw, gw cuma mau titip pesen aja sama lu, jaga baik baik Victor, dia rela nunggu lu bertahun-tahun baru di pinang kayak gini, jangan sia sia'in dia, bukan cuma lu yang mau dia, banyak seme diluar sana yang sebenernya secara jujur lebih baik dari lu, tapi dia tetep milih lu, jadi plis jangan di sakitin lagi Victor nya, dan lagi, gw usahain bisa datang sama Ren "
Ren terdiam mendengarkan semua kalimat suaminya.

Sangat mirip dengan kalimat seseorang, tapi siapa? Ren merasa tak asing, iya sih kata katanya sering dipakai orang-orang, yang dimaksud Ren itu, dia teringat seseorang pernah mengatakan hal serupa, tapi siapa orang itu? Setelah mengucapkan kalimat itu Rio terdiam, dia tak melanjutkan kalimatnya.

" bro... doain ya "

" Always Dylan, mending lu tidur dah, masa ntar penganten muka nya kacau "

" iya Ri, bawel bener "

Hanya kekehan kecil yang terdengar dari mulut Rio, tak ada ucapan terakhir apapun sebelum Dylan menutup sambungan panggilan itu. Kebetulan sekali setelah Rio selesai, Ren juga selesai dengan panggilannya. Melihat sang suami diam, Ren memutuskan untuk duduk disamping suaminya, menyenderkan kepalanya di dada bidang sang suami, tempat ternyaman untuknya menangis, bahagia, atau bahkan kesal juga, Rio perlahan mengusapi kepala istrinya, rasanya sangat hangat.

" dek, makasih udah jadi keajaiban terindah yang terjadi di kehidupan mas "

" mas bilang apa sih, harusnya aku yang makasih, mas suami terbaik yang pernah ada di dunia "

" mas harap.. kamu selalu bahagia dek "
























TBC

gimana gimana? siapa yang nungguin nih? aduh, ada suprise nih buat para readers, bilang gak ya bilang gak ya? ya gak lah, nanti aja, wlee. segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang