. 43 (FB • O2)

72 17 7
                                    

skip (ini hanya flashback !)

hampir setahun umur pernikahan Samudra dan Adre, dan pada saat itu juga sosok Samudra dikabarkan akan segera menjadi seorang ayah. Ya benar, Adre sedang mengandung anak mereka. Sebenarnya Adre sedikit ragu dengan kondisinya, dia takut merepotkan suaminya, namun nyatanya tidak seperti yang di pikirkan.

Iya memang awalnya sosok Samudra tidak menerima kenyataan itu, dia bahkan terlihat semakin tidak menyukai Adre. Setelah ditegur Tuhan beberapa kali, tapi akhirnya sosok Samudra bisa jadi selembut ini padanya. Saat ini Samudra dan Adre sedang menghabiskan waktu bersama, rencananya sih Samudra ingin membeli banyak kebutuhan Adre dan juga calon anak mereka.

Sengaja tak membawa mobil, Samudra ingin merasakan suasana kota sebagai sosoknya yang sebenarnya. Sedari tadi tangan mereka berpegangan dengan erat, canda tawa terdengar bersahutan. Jalanan tidak begitu ramai, mungkin kebanyakan orang lebih memilih berliburan dirumah. Bahkan mobil yang berlalu lalang saja bisa dihitung jari jumlahnya.

" kak, mau es krim dong.. "
Samudra melirik ke arah istrinya, sejak hamil kebiasaan makan es krim istrinya itu meningkat.

" ya udah, nanti saya belikan, kita cari tempat duduk dulu "
Adre hanya mengangguk mengikuti saran suaminya.

Mereka sekarang berhenti dipinggir jalan, tepat di hadapan mereka ada jalanan besar dengan zebra cross didekat mereka. Adre sempat terkejut saat Samudra melepaskan genggaman tangannya, ternyata suaminya hanya membetulkan tali sepatunya. Tanda hijau di salah satu rambu menunjukkan bahwa mereka sudah bisa menyebrang, Adre memutuskan menyebrang lebih dulu saat dia sampai di ujung jalanan, ternyata sang suami masih berada di sebrang jalan lainnya.

" de- eh ? "

" kak, aku disini "

Samudra langsung berlari ke arah Adre, tanpa mempedulikan tanda penyebrangan masih berwarna hijau atau sudah berubah menjadi berwarna merah. Adre hanya menunggu suaminya di sebrang sana, seharusnya dia berjalan bersama, akhirnya jadi menyusahkan suaminya seperti ini. Belum juga Samudra sampai ke sebrang, tiba tiba Adre berlari ke arahnya, ada apa?

Pandangan Samudra melirik ke arah samping nya, ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya dan Adre. Tepat saat Adre menabrakkan dirinya ke tubuh Samudra bertepatan dengan tabrakan mobil itu ke tubuh Adre. Semua seakan terjadi hanya sekitar sepersekian detik, dan semua nya terjadi begitu saja.

Punggung Samudra langsung menabrak aspal dengan keras, kepalanya ikut terluka, tapi dia lebih merasa terluka saat melihat tubuh istrinya yang berada tak jauh didekatnya. Tangan lemah Samudra berusaha menggapai tubuh Adre, hatinya berdenyut nyeri, benturan Adre bukan hanya mengenai kepala atau tubuhnya, tapi perutnya juga, darah dimana-mana, tapi Samudra berusaha menjaga kesadaran nya.

" dek.. "

" kak.. sa-sakit "
Tidak! Samudra ingin rasanya memeluk Adre saat itu juga, Adre menolongnya dengan mengorbankan nyawa nya dan nyawa anak mereka, sakit rasanya melihat belahan jiwa nya kesakitan seperti ini.

Suara teriakan orang panik dimana-mana, beberapa orang malah berusaha menelepon ambulans untuk datang ke lokasi kejadian tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya tangan Samudra bisa menggapai Adre. Kesadaran mereka seperti nya mulai hilang, tapi Samudra berusaha untuk tetap sadar, dia tidak boleh kehilangan Adre.

" dek, maaf, maaf, maafkan saya "
Adre menggeleng, tangan lemahnya juga terulur untuk membalas genggaman tangan suaminya.

" gak ada yang perlu dimaafin, maaf aku belum bisa jadi istri yang kakak harapkan.. bahagia selalu ya "

" AMBULANS DATANG ! "
Setelah suara teriakan itu terdengar, kesadaran Samudra benar benar hilang, yang dia ingat hanya senyuman kecil yang terukir di bibir istrinya.

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang