" mas kalau lembur atau ada suatu hal bilang dulu kek.. bikin khawatir aja "
" tadi mepet banget sayang, aku gak sempet bilang apa apa "
" segitunya ya.. sampe gak bisa bilang apa apa ke aku "
" aku keluar kota sebentar kok, secepatnya aku pulang, kamu jaga diri di sana ok "
" iya, mas juga "
Tak lama panggilan telepon itu terputus begitu saja, Ren hanya bisa menghela nafas nya. Memang bukan sekali-dua kali Rio pergi keluar kota, tapi biasanya saat Rio pergi dia melakukan banyak persiapan, sedangkan kali ini dia pergi begitu saja, bahkan tidak pamit pada Ren sama sekali.
Setelah minum minum bersama teman satu agensi, Ren pergi ke ruangan Rio, karena sedari tadi dia tak melihat pria itu di antara teman temannya. Tapi saat dia sampai, ruangannya kosong, tak ada Rio disana. Sang sekretaris hanya bilang Rio pergi dengan beberapa tim anggota nya ke anak perusahaan agensi di luar kota.
Tanpa pemberitahuan dan tanpa salam, tiba tiba Rio pergi begitu saja, jelas membuat Ren khawatir bukan main, tak biasanya Rio seperti itu. Tapi dia ingat, dia punya kehidupan lain selain bersama suaminya, yaitu mengurusi anak anaknya. Bergegas Ren mengambil barang-barang dan mencari taksi untuk menjemput anak anaknya.
Dan benar saja, ketika dia sampai anak anaknya telah menunggu nya bersama Sunny di ayunan di depan sekolah mereka. Melihat Ren ada di sekitar sekolah, dua anak itu yakin itu sudah saatnya mereka pulang, segera mereka mengambil tas mereka dan berlari ke arah Ren. Sayang seribu sayang, mereka jadi sedih karena hanya Ren yang menjemput mereka.
" papa lagi sibuk kerja sayang, pulang sama mama dulu ya "
Jevan sih ok ok saja, dia menuruni sikap Rio yang cuek terhadap sesuatu yang menurutnya tidak penting, Rio orang penting baginya, tapi selagi dia masih mendapat kabar soal papa nya, ya Jevan merasa tenang tenang saja. Berbeda dengan Jojo, dia jelas kesal dan lebih memilih marah pada Ren dan juga Rio, sifatnya memang pundungan.
Jevan dengan segera membujuk Jojo, Ren merasa bersyukur bujukan Jevan selalu berhasil untuk Jojo, dia juga kesal seperti Jojo kalau dia perlu mengutarakan perasaannya. Rio tak pamit sama sekali padanya, bagaimana mungkin dia bisa tenang? Dan setelah matahari tampak kelelahan dengan dunia, Rio baru mengabarinya.
Setelah makan malam, biasanya Jevan Jojo akan pergi belajar bersama Rio dan Ren, tapi karena Rio sedang "sibuk bekerja", jadi mau tak mau mereka belajar hanya bersama Ren. Jevan dengan cepat menyelesaikan pekerjaan rumahnya, berbeda dengan Jojo yang harus di bujuk dulu dengan permen baru mau belajar.
" kalian itu.. nurun banget kayak papa "
" gak lah, jelas gantengan Jevan "
Nahkan, bahkan Jevan menuruni sikap kepedean Rio, meskipun jujur kalau disuruh mengakui, suami dan anaknya memang tampan, wajar sih. Jojo dan Jevan memang anak kembar, sayang kalau di lihat sekilas mereka tampak bukan seperti anak kembar, terkadang Ren pun bingung.
Sebenarnya ketika dia hamil, dia kan ngidam aneh aneh, itu kah alasan kenapa Jevan Jojo terlahir begitu "unik"? Dibalik Jojo yang selalu menangis dan lebih banyak diam, Jojo anak yang sehat, sedangkan Jevan, dia memiliki sedikit keistimewaan, dan Ren bersyukur meskipun Jevan seperti itu, dia anak yang penurut.
Seperti saat ini, setelah belajar dan makan camilan, Jevan sudah meminum obatnya, Jojo terkadang iri dan bilang ingin minum obat itu juga, dia ingin apa yang Jevan rasakan dirasakan dia juga. Tapi Jevan memang dasarnya benih Rio, jelas dia overprotektif pada Jojo, selayaknya Rio pada Ren.
" gak, gak boleh ! Jojo gak boleh ngerasain ini "
" ta-tapi Jojo nda mawu yyiat Jevan cakit "
" Jevan gak sakit Jojo, Jevan minum itu biar jadi makin ganteng "
pedenya Rio banget sih ini mah, Ren menggelengkan kepalanya merasa heran dengan tingkah anaknya, mau heran tapi mereka anak anaknya.
" IH PEDE BANGET KUTIL BADAK "
Setelah mengatakan itu, Jojo pergi meninggalkan Jevan ke kamar, seperti yang perlu di ingat, Jevan memang copy paste nya Rio, dia langsung khawatir bukan main melihat Jojo berlarian seperti itu, jadi dia langsung menyusul Jojo, meninggalkan Ren sendirian dengan lamunan nya.
Ren masih heran dan bertanya-tanya, kenapa sejak dua tahun belakangan, banyak hal aneh terjadi pada Rio, dan semua semakin aneh sejak Rio bertemu lagi dengan Jace. Ingin negatif thinking kalau mereka ada sesuatu, tapi tidak mungkin. Eh mungkin saja sih, nahkan Ren over thinking.
Saat Jevan dan Jojo pergi, Ren jelas bisa mencurahkan semua yang dia tahan dari tadi, dia ingin menangis rasanya, perubahan Rio terlalu mencurigakan, dia khawatir terjadi sesuatu pada suaminya. Dia terkadang merasa aneh juga, kenapa dia bisa punya kekhawatiran sebesar ini?
Mungkin besok Ren harus ke psikolog, dia perlu berkonsultasi meskipun Rio tak mendampingi nya, dia harus tetap sehat untuk anak anaknya, dia tak boleh menyerah, bila dia sehat, anak anaknya pun akan sehat, dan jelas Rio akan lebih bersemangat melewati hari nya.
Rio terlalu peduli pada keluarganya, sampai sampai dia bekerja sekeras ini, berbeda dari Rio yang dulu. Apakah karena mereka sudah punya anak jadi Rio bersikap berbeda? Ah, Ren benar benar merasa dia berbeda saat tak ada Rio, bahkan dia menangis seperti ini, bahkan hanya karena mengkhawatirkan pria bermarga Bagaswara itu.
" sialan Rio.. tolong, jangan siksa gw perlahan kayak gini "
TBC
hdh, bapak Rio hobinya bikin anak orang nangis mulu, tabok nie ?.g becanda :(
maaf ya kalau gak sesuai ekspektasi, segini dulu yaStay healthy !
See you next part !- Kenzo
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight [ END ]
Romance[ FEEDBACK AFTER READING PLEASE !!! ] Hanya kisah kecil yang tidak terlalu romantis, tapi inilah kisah sempurna yang pernah di tuliskan Tuhan untuk mereka. Sebuah kisah kecil tentang lika liku dari kehidupan dua orang lelaki yang telah melangsungkan...