. 47

110 18 7
                                    

Setelah Rio di pindahkan ke ruang inapnya, beberapa sahabatnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, mengurusi diri mereka. Ren setia menunggu hingga dokter mengizinkan pihak keluarga untuk mendampingi Rio di ruang inap. Kondisinya sudah lebih baik sejak terakhir kali. Ren sudah memberitahu Jevan Jojo juga, anak anaknya hanya belum tahu kalau papa mereka dirumah sakit, hanya tahu kondisinya sedang kurang baik. Ren langsung masuk ke ruangan Rio begitu mendapat izin.

Ren sedari tadi menggenggam tangan suaminya, Rio masih begitu tenang tertidur seperti itu, seakan tidak ada yang terjadi padanya. Dibalik wajah tenang itu, banyak hal telah terjadi padanya. Ren sebenarnya ingin mengatakan banyak hal pada suaminya, dia sangat ingin mengatakan hal itu. Ren terus berusaha menjaga pikiran nya agar tidak kosong tiba-tiba, bisa bisa dia jadi stress karena itu.

" eung.. dek "

" eh mas, udah mendingan ? bentar ya, ku panggilin dokter dulu "
Rio mengangguk pelan membiarkan istrinya keluar ruangan untuk mencari sang dokter.

Rio terdiam, dia merasakan sesuatu diperut bagian bawahnya, sebuah bekas sayatan, tepatnya itu sayatan karena operasi. Rio terkekeh miris meratapi nasibnya, dia sudah banyak ingat soal kejadian di masa lalu, sejak dia di rumah sakit, dia tak bisa meminum obat apapun yang bisa menahan ingatan sialan itu untuk tetap bias, dia juga tak bisa memaksakan dirinya untuk melupakan lagi kejadian itu, kejadian itu kini melekat dalam ingatan nya.

" dek.. "

" kak.. sa-sakit "

" kakak harus tetep hidup "

" Adre.. maaf, maaf, maaf saya mengkhianati kamu separah ini, maaf "
Ren terdiam di ambang pintu ruangan suaminya begitu mendengar perkataan Rio. Mungkin suaminya sudah teringat banyak hal soal masa lalunya. Ren perlahan masuk ke ruangan suaminya, membuat Rio melirik ke arahnya.

" bagaimana tuan derio ? sudah lebih baik atau ada keluhan lain ? "
Rio menggelengkan kepalanya, dia tidak merasakan apapun, semuanya baik-baik saja.

Ren terkekeh melihat suaminya nampak seperti anak kecil yang sedang ditanyai ibunya. Ren segera duduk kembali di samping Rio, menggenggam kembali tangan suaminya yang langsung dibalas tak kalah erat oleh sang empunya. Dokter memeriksa kondisi Rio pasca operasi, kalau dilihat lihat dokter hanya melakukan pemeriksaan kecil.

Setelah selesai, dokter langsung mengisi beberapa berkas lain. Sebenarnya Ren cukup ngeri juga melihat berkas suaminya, berkas suami nya sudah banyak dirumah sakit itu. Tidak terbayangkan isinya apa saja. Dokter menyimpan berkas Rio di nakas khusus yang hanya bisa dibuka olehnya dan pihak rumah sakit. Ren dan Rio memperhatikan dokter dengan seksama.

" jika dilihat dari kondisi tuan derio, saya perkirakan waktu untuk operasi selanjutnya itu sekitar 1 bulan lagi, semangat tuan derio, hanya sebentar lagi "
Rio hanya terkekeh membalas perkataan dokter, dia tak berminat mengeluarkan suaranya.

" terima kasih telah berkenan memeriksa suami saya ya dokter, dia mungkin masih lelah jadi agak sulit di ajak bicara "

" tidak apa, saya bisa memaklumi, kalau begitu saya permisi dulu "
Setelah melihat dokter keluar ruangan, Rio menghela nafasnya lega.

Ren hampir saja mengamuk, kalau saja ia tak ingat suaminya baru saja selesai operasi. Rio melirik Ren, menyakinkan sesuatu dalam hatinya. Merasa diperhatikan, Ren melihat ke arah suaminya yang tepat sekali langsung membuang muka darinya, berarti benar tadi suaminya memperhatikan dia. Ren terkekeh sembari mengusapi kepala suaminya.

" mas kayak anak kecil tau, huh "

" aku udah gede "
Lihat, sudah besar dari mananya? Bahkan setelah mengakui dirinya sudah dewasa, Rio malah mengerucutkan bibirnya membuat Ren gemas melihatnya.

" avv, pasturi lagi ngapain "
Rio mendengus kesal mendengar suara Jace menganggu momentnya berdua-duaan dengan Ren.

Ren juga hampir saja jantungan, bila dia tak ingat Jace dan dirinya sedang hamil, mungkin dia sudah memukuli Jace hingga mampus. Ternyata Jace datang membawakan makanan, dia tahu Ren pasti belum makan. Ren tentu saja lebih memilih makan lebih dulu, Rio masih belum menerima apapun dulu, dirinya harus membiaskan diri tanpa lambung, lambungnya baru saja di angkat dokter tadi karena kanker yang menggerogoti organnya tersebut.

Memperhatikan Ren makan, membuat Rio tersenyum kecil, dia merasakan lagi hawa hawa orang yang sangat dia cintai, dan jahatnya dia telah menyakiti hati orang tersebut, dan juga hati Ren. Cara Ren makan, saat Ren antusias, saat Ren panik, khawatir, marah dan kesal, semuanya mengingatkan dia dengan sosok yang saat ini tak lagi berada di dunia, iya kah?

" kakak kalau pulang telat selalu bawa es krim.. gak adil ah ! masa aku gak jadi ngambek terus "

" mas jangan melamun, nanti kesabet setan gunung Sinabung lho "
Lamunan Rio buyar begitu mendengar Ren berkata demikian, sungguh malunya dia ketahuan melamun seperti itu.

" mana ada "

" ngaku aja napa Ri "

Rio hanya mengusak rambut nya merasa malu, bisa bisanya. Tapi melihat Ren tertawa bebas, membuatnya merasa tenang. Rio merasakan aliran kebahagiaan yang Ren rasakan, hanya karena hal kecil saja Ren bisa sebahagia ini. Jace, Naren, Juna, Zergan, Vero, Varo, Dev, Nicho, Victor, Dylan.. sahabat sahabatnya pasti akan menjaga Ren untuknya.

Bahasa asing selalu sulit untuk dipahami
Namun dibalik kalimat asing itu, akan selalu ada artinya
Sebuah tindakan memang hanya terlihat sekilas
Namun percayalah, itu juga tetap memiliki arti

Seperti kehilanganmu
Seperti saat kamu pergi
Semua punya arti
Sekalipun itu asing sama sekali

Bila aku harus kehilanganmu untuk tahu artinya bersyukur
Maka aku tidak ingin tahu artinya
Karena saat bersamamu
Semuanya terasa familiar, sekalipun itu asing dan tak berarti

Karena kau lebih berarti dari apapun

Derio Vanca Mahardika Bagaswara — Twilight

                             — Twilight —

Ren melihat tubuh suaminya, tatapan mata itu kini tertutup dengan tenangnya. Rio tertidur begitu nyenyak, namun Ren sama sekali tidak bisa tidur. Dia merasa seperti sudah kehilangan banyak waktu untuk melihat suaminya. Apakah dia harus memberitahu suaminya bahwa dia sangat mencintai Rio, mencintai pria posesif nan bawel itu? Sosok yang dulu sangat tidak peka, bahkan sekarang pun masih sama.

" saya gak tau lagi ada orang bodoh yang mikirin kesamaan orang lain selain kamu, seperti nya emang cuma kamu "

Ren terkekeh mengingat itu, dia merasa malam ini terasa begitu tenang. Wajah tenang Rio meyakinkan nya bahwa semuanya masih dan akan baik-baik saja. Rio akan kembali padanya, pada keluarganya dan tentu saja anak anaknya juga. Tangan Ren perlahan terulur untuk mengusapi tangan Rio, tangan kekar itu sudah lebih kurus dari sebelumnya.

mas.. aku harap semuanya baik baik aja ya




















TBC

no komen, think. segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang