. 48 (( ENDING ! ))

188 20 16
                                    

Ren berjalan santai menuju ruangan Rio, dia baru saja dari ruangan dokter kandungan tadi, dia ingin menunjukkan hasil usg pertamanya. Ya meski memang agak lama, dia meninggalkan Rio hampir beberapa jam, selain mengambil barang-barang nya yang dirumah, dia juga harus mengisi perutnya. Dengan perasaan senang tak terkira, Ren masuk ke ruangan Rio.

Saat dia masuk, ruangan itu begitu sunyi, tak ada siapapun selain Rio yang tertidur begitu tenang. Ren menghampiri suaminya, menepuk perlahan pipi Rio yang membuat sang empu langsung membuka matanya, melirik lemah ke arah Ren, akhirnya orang yang dia tunggu-tunggu datang juga. Ren mendudukkan dirinya di samping Rio.

" gimana mas ? masih sakit ? "

" kamu kemana aja.. aku nunggu lama "
Ren sempat terdiam, kenapa suara suaminya sangat lemah?

Tapi Ren tidak mau merusak moment bahagianya sendiri, jadi dia memutuskan untuk menunjukkan hasil usg pertamanya. Rio terdiam melihat foto usg itu, matanya menunjukkan kebahagiaan, Ren bisa merasakan nya. Perlahan tangan besar Rio mengusapi perut Ren, membuat Ren tertegun, tangan nya menahan tangan Rio sembari mengangguk pelan seakan mengiyakan pertanyaan suaminya.

" iya, ini Dede cebong, dia udah gede lho "

" mas harus kuat ya, bertahan sampe bisa ketemu Dede cebong "
Rio melihat ke arah Ren, entah kenapa rasa bersalahnya semakin menjadi.

Rio merasa jahat, dia benar benar tak bisa lepas dari sosok Adre hingga dengan konyolnya dia menikahi Ren hanya karena memiliki vibes dan persamaan yang sangat mendominan seperti sosok Adre. Rio ingat, tak seharusnya dia melakukan itu. Tapi dia memang merasakan jiwa Adre selalu berada disekitarnya, meskipun dia baru sadar siapa Adre.

Rio menggelengkan kepalanya, perlahan kembali menidurkan kepalanya yang terasa sangat berat. Ren melirik jam di tangannya, bukankah ini saatnya Rio makan untuk pertama kalinya? Sebentar lagi Rio akan sembuh, dia harus terus menemani Rio. Saat Ren akan berdiri dari tempatnya, saat itu juga lah Rio menahan tangannya, membuat Ren kembali duduk.

Mata Rio menunjukkan rasa bersalah yang amat dalam, berbeda saat dia tadi dia melihat foto usg anak mereka. Apakah Rio mengalami banyak perubahan hanya karena ditinggalnya beberapa jam? Baik Ren maupun Rio sama sama diam, tidak ada yang kembali berbicara.

Rio menarik perlahan wajah Ren, mengingat wajah itu sebanyak-banyaknya dalam ingatan nya. Ren masih diam, membiarkan Rio melakukan apapun padanya. Tatapan Rio, tatapan yang sangat dalam. Perlahan Rio mencium lembut bibir Ren, dia sangat merindukan istrinya itu, lebih daripada apapun. Ren hanya membalas ciuman itu, membiarkan mereka berdua sama sama larut dalam perasaan rindu yang mendalam itu.

" maaf.. aku jahat Ren "
Ren menggeleng-gelengkan kepalanya.

" mas.. mas bilang apa sih ? "

Rio mulai menangis, terdiam dalam perasaan bersalah nya sendirian. Ren langsung memeluk suaminya, tak biasanya Rio seperti ini. Nampak seperti anak kecil yang sangat takut kehilangan orang tuanya. Setelah beberapa menit mereka saling larut dalam perasaan masing-masing, tiba tiba Rio menarik tangan Ren.

" dek.. sampai kapanpun itu, aku bakal selalu mencintai kamu, dengan segenap jiwa raga ku, segenap hidup dan matiku.. maaf, aku mencintaimu dengan cara sejahat ini "

Ren mulai panik kala kondisi Rio semakin lemah. Ren harus memanggil dokter, dengan cepat dia menekan tombol merah yang ada di dekat ranjang Rio. Rio hanya tersenyum kecil, menampakkan kebahagiaan sekaligus rasa sakit yang dia alami.

" mas kok bilang gitu sih ? mas tolong, bertahan dulu, aku gak mau kehilangan kamu "

" suatu saat.. kamu harus belajar merelakan ok ? jangan kayak aku. dan kamu harus bahagia terus, jaga Jevan Jojo juga Dede cebong, bilang sama mereka, aku sayang mereka lebih dari apapun, dan aku bersyukur ketemu kalian dalam hidup aku "
Kini Ren yang mulai menangis, kenapa kata kata Rio sangat menyayat hatinya?

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang