. 24

106 21 22
                                    

" Ri, lu gak mau makan gitu ? "

" kondisi Ren simpang siur gini, mana mungkin tenang gw ngelakuin apapun "
Mungkin berbeda dengan Jace, Clara lebih mudah menyerah.

Ketimbang si gadis pembuat masalah itu, Jace jelas lebih unggul dalam banyak hal. Dia jugalah yang telah membantu Ren dan Rio melewati banyak hal, dia bukan tipe orang yang mudah menyerah, meskipun tampak selalu dibayar untuk melakukan apapun yang Rio minta, sebenarnya dia ikhlas saja melakukan nya, toh itu sahabatnya sendiri.

Ren adalah istri Rio, semua tahu itu, dan bagi Jace, Ren sudah seperti saudara nya. Melindungi nya, mengawasinya, bukan lagi pekerjaan yang ogah ogahan dia lakukan. Jelas, Jace melakukan nya bukan karena bayaran yang Rio beri, dia hanya ingin Ren aman. Ya, meski begitu, tak ada yang menyangka dengan kejadian malam kemarin yang baru saja menimpa Ren dan dirinya.

Flashback

Rio masih tetap di posisinya, terdiam melihat Ren di bopong Jace, sebenarnya apa yang terjadi. Clara, gadis itu pasti dalang nya, Rio sudah sangat curiga padanya. Jace jelas takut, bukan takut Rio akan memutuskan hubungan pertemanan mereka, yang dia takutkan adalah kondisi Ren, kondisi Ren saat itu sedang hamil, tapi karena suatu hal, pada malam itu Ren pulang dalam keadaan mabuk cukup parah, jelas, emosi Rio tak bisa di kontrol.

Posisinya, Rio juga sedang lelah dengan pekerjaan nya. Ditambah keadaan Ren seperti itu, jelas membuatnya semakin emosi. Dia bukan kesal karena Ren mabuk, yang dia kesalkan kenapa bisa Ren keluar rumah dan melukai dirinya dengan cara minum alkohol seperti itu. Sesuai dugaan nya, ini semua ulah Clara, dialah dalangnya.

" maksud lu ngajak Stevani kesini buat apa ? ngerusak kebahagiaan Ren ?! "

Stevani? Ok, emosi Rio tak tertahankan sekarang. Dia benar benar siap meledak-ledak. Rio mendekat ke arah Clara, jelas itu membuat Clara ketakutan, apalagi tatapan itu, Rio menusuknya dengan tatapan tajamnya, perlahan tangan nya ditahan Rio, Rio siap kapanpun membantingnya, bersyukurlah dia, Rio masih punya kewarasan, mengingatnya seorang perempuan dan saudaranya sendiri.

" mana Stevani ? "

Seketika semua terdiam dan melihat ke arah Rio, mengejutkan sekali tiba tiba dia menanyakan dimana ex-tunangan nya itu. Efek mabuk Ren sudah tidak separah sebelumnya, dia sudah bisa mengatur kata katanya sendiri, tidak merancau tidak jelas layaknya orang mabuk, dia kuat. Clara sebagai point utama masalah itu jadi takut membalas pertanyaan Rio.

" dimana gw tanya ! jawab gw ! "

" gw gak tau ! "

" pembohong ! "
Setelah mengatakan itu Rio segera melepaskan tangan Clara.

Rio merogoh saku nya, mencari hand sanitizer, lalu menyemprotkan cairan itu ke tangan nya. Tanpa mempedulikan Clara, Rio menghampiri Ren, Ren mulai sadar mungkin pengaruh alkohol tidak terlalu berefek padanya. Jace segera melepas tubuh Ren begitu Rio membopong Ren.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Rio membawa Ren ke dalam rumah mereka. Jace dengan siaga mengikuti, jaga jaga terjadi suatu hal pada Ren ataupun Rio. Clara jelas tersenyum merasa menang karena hampir, hampir, merusak hubungan adik sepupunya, meskipun belum hancur seperti yang dia mau.

Ren jelas sadar apa yang Rio lakukan, Rio membiarkan nya merebahkan diri di ranjang, sedangkan Rio sendiri diam dengan tatapan yang tidak berpindah ke sisi manapun. Ren tidak benar benar tidur, dia memilih duduk disana tanpa berusaha menghampiri Rio, kondisi emosi Rio pasti sedang tidak baik.

" maaf, gak bisa jaga kamu "
Suara Rio membuat Ren berbalik melihat ke arahnya.

Rio, mungkin dia sadar Ren belum tertidur. Ren jadi merasa bersalah, tiba tiba Rio minta maaf padanya begitu, padahal Rio tak 100% salah dalam kejadian itu. Dia mabuk murni karena sedang stress, dan itu tidak ada sangkut-pautnya dengan Rio, bukan tidak ada, tapi tidak 100% ada sangkut-pautnya.

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang