Sesuai janji semalem, hari ini update lagi 😬
Semoga suka ya, silahkan kalo ada kritik saran yang membangun. Boleh banget comment apa dm 😊
Suka banget kalo ada yang mau feedback story-nya 🥺
Oke cus ke story..
Maap kebanyakan bacot wkwkSekitar jam 9 pagi, Jennie dan Jisoo sarapan di restoran hotel. Dua pemuda yang berlibur bersama mereka masih berkutat dengan mimpinya. Jennie mengaku cemas mengingat J-hope susah dibangunkan apalagi kalau sedang lelah, ia takut pemuda itu akan merepotkan Jewoon yang terkenal sangat perfeksionis dan disiplin dalam berbagai hal. Benar saja, tak lama Jewoon menghubungi Jisoo meminta bantuan membangunkan J-hope yang belum bangun juga padahal Jewoon sudah berulang kali membangunkannya. Padahal J-hope sudah berjanji akan mengajak mereka jalan-jalan ke pantai. Jennie meminta tolong pada Jisoo untuk menyuruh Jewoon sarapan, sedangkan ia yang akan membangunkan J-hope. Tak selang beberapa menit kemudian, Jewoon datang dengan senyuman manis. Pemuda itu datang tepat saat Jennie dan Jisoo sudah menghabiskan sarapannya. Jadi Jennie bisa langsung pergi, sedangkan Jisoo menemani Jewoon sarapan.
Jennie melangkah menuju kamar J-hope, ia menggesek kartu kunci di depan pintu. Tak selang beberapa detik, pintu terbuka. Langkah Jennie terhenti saat melihat kondisi kamar yang berantakan. Jennie menggeleng pelan melihat J-hope masih terlelap di tempat tidur. Ia mendekat dan mendapati stick ps, pasti dua pemuda itu begadang semalaman karena bermain game. Yah Jennie yakin akan hal itu. Bisa-bisanya mereka membawa peralatan game saat berlibur. Tanpa pikir panjang, Jennie merapikan stick ps dan beberapa snack yang berserakan di depan TV. Baru kemudian memfokuskan perhatian gorden. Jennie membuka gorden besar itu, meski kesulitan namun ia berusaha sekuat tenaga. Jennie membukanya dengan benar hingga sinar matahari bisa masuk ke kamar. Saat Jennie mengagumi pemandangan di luar sana. Tiba-tiba tangan seseorang melingkar di perutnya. Tak lama, kepala orang itu diletakkan di bahunya. Jennie berbalik dan menangkup wajah pemuda dibelakangnya dengan menggunakan kedua tangan. Sontak saja apa yang Jennie lakukan membuat wajah pemuda itu terlihat seperti bayi. Dalam keadaan seperti ini pemuda itu sangat menggemaskan.
"Kenapa kau cemberut? Hm?" tanya Jennie sembari menjauhkan tangannya dari wajah J-hope, karena ia pikir J-hope kesal dengan perlakuannya.
"Semalam aku mendapat kabar." gumam J-hope membuat Jennie penasaran kabar apa yang J-hope dengar hingga membuatnya terlihat gelisah seperti ini.
"Kabar apa itu? Katakan!" desak Jennie sembari mengalihkan pandangannya pada J-hope. J-hope masih diam sembari menatap wajah Jennie yang terlanjur penasaran.
"Isu kencan kita sudah tersebar." sahut J-hope sembari menunduk lemas. Jennie lantas tersenyum manis. Ia agak khawatir namun tidak bisa berbuat apapun untuk saat ini.
"Jangan dipikirkan! Kita disini untuk berliburkan? Itu artinya kita harus bersenang-senang." sahut Jennie dengan santainya. Ia tak ingin membuat J-hope semakin terbebani.
"Aku mengkhawatirkanmu." gumam J-hope menatap Jennie penuh arti. Mendadak J-hope merasa bersalah karena menempatkan Jennie dalam masalah.
"Aku kan bersamamu. Jadi untuk apa khawatir? Aku jauh mencemaskan mu." ujar Jennie tersenyum meyakinkan pemuda di depannya. J-hope tersenyum kemudian memeluk Jennie.
"Yak! Aku belum mendapatkan morning kiss." rengek J-hope sembari membuat ekspresi aneh dan manja.
"Tapi kau kan sudah bangun. Jadi untuk apa?" ledek Jennie sembari melipat kedua tangan di depan dada.
"Ya sudah aku tidur lagi." ancam J-hope membuat Jennie terkekeh. Dengan cepat Jennie menarik tangan pemuda itu, dan menjinjit supaya bisa mencium pipi J-hope.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...