Seperti hari-hari sebelumnya, Jennie masih menemani J-hope melakukan serangkaian perawatan. Kini semua hal terasa aneh karena apa yang dulu J-hope benci kini jadi ia sukai dan sebaliknya. Namun apapun yang terjadi, Jennie tetap menemani J-hope melakukan kegiatannya selama di rumah sakit. Mengingat tidak setiap hari manajernya bisa menemani karena dia punya kehidupan sendiri dan tanggung jawab di kantor. Hari ini selepas konsultasi dengan dokter, Jhope duduk manis di taman bersama Jennie. Mereka menikmati es krim di tangan masing-masing sembari mengamati orang yang lalu lalang. Suasana mendadak sangat sunyi karena keduanya fokus menghabiskan es krim.
"Apa kita benar-benar teman?" tanya J-hope membuat Jennie refleks menganggukkan kepalanya. "Lalu kenapa kita hanya saling diam?" lanjutnya membuat Jennie kebingungan. Entah hal konyol apalagi yang kini terlintas dalam pikiran J-hope.
"Katakan, apa yang harus ku lakukan agar kau percaya kalau kita berteman." ujarnya dengan santai membuat J-hope menunjuk sepasang manusia yang tak jauh darinya.
"Bicaralah padaku seperti mereka." ujar J-hope dengan polosnya membuat Jennie tersenyum manis. Dia memang sangat menggemaskan, itulah yang Jennie pikirkan setiap kali melihat tingkah J-hope.
"Ahh kau ingin ngobrol." sahut Jennie manggut-manggut mengerti apa yang Jhope inginkan. "Kalau begitu mari melakukannya." ujarnya bergegas menghabiskan es krim ditangannya.
"Ayoo.. " sahutnya bersemangat. Dia tampak sangat bahagia hanya dengan hal sederhana. "Mulai dari mu dulu."
"Baiklah. Aku akan bertanya padamu." ujar Jennie mengundang senyuman J-hope.
"Cepatlah aku tidak sabar." ujar J-hope dengan penuh semangat.
"Katakan, dimana pertama kali kita bertemu?" tanya Jennie membuat J-hope berpikir keras menemukan jawabannya.
"Rumah sakit?!" pekiknya dengan ragu mengundang anggukan Jennie. Hanya itu yang bisa Jennie lakukan agar J-hope senang. "Yeay! Aku benar. Kau harus memberikan ku es krim lagi besok." sahutnya disertai anggukan Jennie.
"Aku akan membelikan mu es krim sampai kau tahu jawaban sebenarnya.. " gumam Jennie lemas seketika saat mendengar jawaban itu.
Kalian disini..
"Ada apa?" tanya Jennie saat melihat Jewoon datang menghampirinya dan J-hope.
"Hi bro!" sapa Jewoon disambut senyuman manis J-hope. Mereka sudah berteman dekat membuat Jennie lega.
"Hi dokter!" balas J-hope.
"Pergilah ke ruangan prof Kim." bisik Jewoon.
"Apa ada masalah?" tanya Jennie penasaran.
"Kurasa begitu."
"Baiklah aku pergi. Titip dia dulu."
"Siap."
Jennie melangkah menuju ruangan prof Kim untuk mengetahui apa yang ingin dia bicarakan dengannya. Benar saja prof Kim meminta bantuannya untuk menggantikan salah seorang dokter bedah yang tidak bisa datang hari ini. Padahal sudah ada jadwal operasi. Meski tidak yakin, Jennie mengiyakan karena pastinya prof Kim sedang bingung mencari pengganti. Entah kapan operasi akan berakhir yang jelas Jennie meminta Jewoon untuk mengawasi J-hope selama dia tak bisa mendampingi. Tak ada yang bisa Jennie percaya untuk menjaga sahabatnya. Jennie masuk ke ruang operasi selepas berdoa agar semua lancar dan tidak ada kendala di dalam sana. Terlebih semua keluarga pasien menatapnya dengan penuh harap.
Sekitar 1 jam berkutat di ruang operasi akhirnya semua tim medis bisa beristirahat. Jennie minta ijin pada prof Kim untuk pergi dulu karena ia harus memastikan J-hope baik-baik saja. Prof Kim hanya mengiyakan padahal rencananya ia akan mengajak Jennie makan malam bersama namun mau bagaimana lagi, saat ini dia sedang sibuk merawat sahabatnya yang sedang sakit bahkan semua orang sudah tahu itu. Jennie buru-buru pergi ke kamar J-hope karena khawatir kalau Jewoon kewalahan mengatasinya. Benar saja, ternyata J-hope sedang tidur. Jewoon sendiri asik memainkan game sembari berbaring di sofa. Dia tampak kaget melihat kedatangan Jennie yang sudah jelas terlihat mengkhawatirkan Jhope. Cukup lama memang namun Jewoon tak bisa protes karena Jennie ada urusan dengan prof Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Hayran Kurgu"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...