Karena ambyar liat tiga cogan, akhirnya aku up chapter ini lebih cepet 🌝
Gimana ga ambyar coba liat beginian 😭 mas Jamal kek fakboi lagi 🙄 apalagi si Juki huaaa
Kalo tetet soft banget 🌚 jadi makin Cinta heheKan jadi bingung oi mau pilih siapa!
Cuss ke storynya..
Jam masih menunjukkan pukul setengah 2 siang namun Jennie sudah berada di depan loker untuk bersiap pulang. Hari ini mood-nya sedang bagus. Sesekali ia bersenandung kecil sembari merapikan semua barang-barangnya. Prof Kim yang tak sengaja lewat dan melihat itu langsung mendekat. Prof Kim menatap Jennie diam-diam sembari tersenyum manis. Entah mengapa semenjak Jennie bergabung dalam tim-nya semua terasa lebih membahagiakan sekalipun ia masih saja dicurangi oleh tim lain. Ada banyak hal yang membuat prof Kim menyadari bahwa tidak seharusnya ia berlarut-larut dalam menghadapi masalah. Dan Jennie yang telah menyadarkannya.
"Mau langsung pulang?" tanya prof Kim membuat Jennie terkejut. Bukannya menjawab Jennie justru menggeleng pelan sembari cengengesan. "Lalu kemana kau akan pergi? Kelihatannya buru-buru sekali." tanya prof Kim untuk kedua kalinya berharap mendapat jawaban dari rekan satu tim-nya.
"Ah saya akan pergi ke suatu tempat dulu sebelum pulang." sahut Jennie dengan kekehan kecilnya. Dia benar-benar terlihat sangat bahagia hari ini. "Saya pamit." lanjut Jennie.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati." ujar prof Kim disertai anggukan kecil Jennie. Dia berlarian seperti anak kecil di lorong rumah sakit. Prof Kim hanya menggeleng pelan melihatnya.
Setelah menunggu 10 menit, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tanpa basa basi Jennie segera meminta taxi mengantarnya ke salah satu gedung saluran TV nasional. Beruntung taxi sampai sebelum siaran debut J-hope dimulai. Tak ingin terlambat sedetikpun, Jennie bergegas masuk ke gedung. Jennie bisa bernapas lega ketika berhasil masuk meski berada di antara lautan penggemar J-hope dan para kru TV yang sibuk sendiri. Hatinya berdebar saat mendengar konser debut akan segera dimulai. Jennie merasa orang paling beruntung sekaligus paling bahagia di dunia karena bisa melihat akhirnya sang sahabat bangkit dan kembali mengukir prestasinya.
Srtttt
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...