Hari ini Jennie bersiap pergi ke tempat kerja barunya. Tak banyak yang ia siapkan kecuali mental. Yah jujur Jennie terlalu malas membeli itu hanya karena alasan first impression. Jadi biarkan ia tampil apa adanya. Setelah siap Jennie keluar kamar untuk sarapan. Seperti biasa, bibi Kim menyambutnya dengan senyum hangat, Jennie melirik sekilas ke arah meja makan firasatnya mengatakan bahwa Jungkook pasti sudah berangkat pagi-pagi sekali tanpa memberitahunya seperti biasa. Yah bahkan ia sudah hafal masalah ini dan tidak menjadikannya masalah. Untuk mendapat jawaban dari rasa penasarannya sekaligus memastikan, Jennie menanyakan langsung pada bibi Kim.
"Apa Jungkook sudah berangkat?"
"Iya nona. Tuan muda berangkat pagi tadi."
"Ah begitu." sahut Jennie dengan nada kecewa.
Bibi Kim langsung menyajikan makanan kemudian melangkah menuju dapur untuk membersihkan beberapa perabotan dapur. Disisi lain, Jennie sarapan dengan pemikiran yang tertuju pada nasib pernikahannya yang kian memburuk. Entah mengapa semakin hari rasanya jarak antara Jungkook dan dirinya semakin jelas, saking jauhnya sampai terasa hampir berhenti ditengah jalan. Jennie tidak tahu apa yang harus ia lakukan disaat dua pihak sama sekali tidak ada usaha untuk memperbaiki hubungan ini. Semua terlalu rumit baginya. Saat ia sudah berniat memperbaiki justru Jungkook terlihat sama sekali tak peduli.
Usai sarapan, Jennie pergi ke rumah sakit dengan naik kendaraan umum. Di sepanjang perjalanan Jennie teringat pada Jungkook, entah bagaimana reaksi lelaki itu saat mengetahui kalau dirinya sudah menyerahkan surat rekomendasi diam-diam tanpa meminta ijinnya. Yah, terlalu lama duduk manis di rumah membuat Jennie bosan hingga memberanikan diri untuk memutuskan semuanya sendiri tanpa persetujuan Jungkook. Bukan tanpa alasan, Jennie melakukan ini karena tidak betah bermalas-malasan di rumah. Sesampainya di halte dekat rumah sakit, dengan segera Jennie melangkah menuju rumah sakit dengan penuh semangat. Jennie sendiri langsung menuju ruangan prof. Kim. Tanpa disadari kehadiran Jennie mengundang perhatian beberapa staf rumah sakit bahkan juga pengunjung. Jennie tak tahu mengapa semua orang menatapnya seolah ada yang aneh. Padahal tidak ada yang salah pada dirinya.
Belum saja sampai di ruangan prof. Kim, lelaki itu menyuruh Jennie menuju ke kantin untuk berkenalan langsung dengan rekan satu tim-nya. Saat Jennie datang, semua orang yang ada di kantin menatap kedatangannya tanpa berkedip. Bagaimana tidak? Mereka heran karena gadis itu berani keluar dari rumah tanpa polesan make up sedikitpun. Padahal di Korea sendiri make up adalah hal terpenting terlebih untuk perempuan. Hal lain yang menarik perhatian adalah rambut panjangnya yang digerai begitu saja tanpa diberi pola apapun. Bukan hanya semua orang, namun prof. Kim juga takjub karena untuk pertama kali melihat seorang gadis yang keluar dari rumah tanpa menggunakan make up. Senyum Jennie perlahan memudar saat melihat semua dokter yang akan prof. Kim kenalkan padanya justru menatapnya tak berkedip. Akhirnya Jennie menyenggol bahu prof. Kim yang juga ikut menatapnya. Begitu lelaki itu tersadar, dia menegur semua anggota tim-nya yang terlihat sangat antusias dengan kedatangan anggota baru mereka.
"Kau yang kemarin malam kan?" tegur salah satu dokter cantik.
"Berhentilah sok tahu." sahut pemuda disebelah gadis itu.
"Sudah jangan berdebat." ujar prof. Kim menengahi. "Kenalkan dia anggota baru tim kita yang tadi ku bicarakan. Silahkan perkenalkan dirimu."
"Ah tapi.. "
"Oh iya, dia belum menguasai bahasa kita sepenuhnya. Jadi biar aku yang mewakili." ujar prof. Kim tersadar. "Kalian bisa memanggilnya Jennie dari New York."
"Woah.. "
"Omoya dari Amerika."
"Jennie perkenalkan yang paling pojok Hyejin, disebelahnya Jewoon, yang tadi menyapamu adalah Jisoo dan yang terakhir adalah Seokjin." Jennie tersenyum sembari memberikan bow pada mereka sebagai sapaan pertama.
Sebagai penyambutan anggota baru, prof. Kim mentraktir semua anggota tim di kedai makanan langganan mereka. Setelah semua setuju, prof. Kim mengajak Jennie pergi ke ruangannya. Untuk hari ini prof. Kim berniat membantu Jennie menyelesaikan administrasi yang harus ia penuhi serta serangkaian prosedur sebelum bertugas. Jennie sendiri tak hentinya berterima kasih pada prof. Kim yang dengan tulus membantunya. Saat keduanya melangkah menuju ruangan staf, tak sengaja mereka berpapasan dengan dokter ternama di negeri ini. Jennie sendiri terbelalak melihat pria yang berbincang dengan Jungkook sedang bersama direktur rumah sakit ini.
"Siapa dia?" tanya pria itu penasaran.
"Iya benar, aku tidak pernah melihatnya." timpal direktur.
"Dia adalah anggota tim saya."
"Apa dia orang baru?" interogasi pria itu.
"Iya dia baru datang kemarin."
"Ah baiklah. Selamat bekerja." ujar direktur mengajak pria itu berlalu.
Tak ingin memperpanjang masalah, Jennie hanya membalas ucapan direktur dengan senyum manis kemudian mengekor di belakang prof. Kim. Kebahagiaan Jennie terpancar jelas saat mendapat jas putih kebanggaan dan id card impian. Setelah pengurusan administrasi berjalan dengan lancar, untuk sementara waktu prof. Kim memberikan Jennie materi pada Jennie tentang apa yang akan mereka kerjakan dibalik misi tim. Belum saja prof. Kim memberikan keseluruhan materi. Jewoon datang untuk meminta bantuan prof. Kim menangani pasien yang tiba-tiba mengalami kejang. Pada akhirnya Jennie mempelajari semuanya sendiri. Terlalu semangat belajar membuat Jennie ketiduran di sofa ruangan prof. Kim. Pemilik ruangan kembali saat hari sudah gelap, lelaki itu terkejut melihat Jennie terlelap di sofa dalam keadaan buku yang menutupi wajahnya. Saat akan mengambil buku itu, Jisoo tiba-tiba datang untuk menagih janji. Seakan mengetahui kalau profesor tampan itu tak tega membangunkan Jennie, dengan ide konyolnya Jisoo berteriak seolah ada kebakaran. Benar saja Jennie langsung terduduk kaget, bahkan ia hampir saja lari kalau tidak melihat prof. Kim berdiri dengan tenang. Jujur Jennie sedikit kesal namun ia mencoba menahannya karena ini adalah hari pertamanya. Prof. Kim mempersilahkan Jennie membersihkan wajah lebih dulu sebelum berangkat.
Mereka pergi naik kendaraan umum, sayang mereka pergi makan malam dengan formasi tidak lengkap karena Hyejin harus pulang lebih awal dengan alasan neneknya berkunjung ke Seoul. Meski begitu mereka sama sekali tidak masalah dengan ketidakhadiran Hyejin karena gadis itu memang jarang bersedia ikut berkumpul bersama rekan satu tim-nya. Hal itu jelas membuat anggota lain bertanya-tanya darimana prof. Kim menemukan Hyejin kemudian mengajaknya bekerja sama. Padahal gadis itu terlihat tidak punya gairah untuk bekerja.
Setelah sampai kedai makanan, prof. Kim memesan makanan seperti biasanya. Di saat semua orang minum soju, Jennie hanya diam dan melihat satu persatu dari mereka yang mulai mabuk dan merancau tidak jelas. Namun sebenarnya perhatian Jennie tertuju pada prof. Kim yang sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mabuk seperti yang lainnya. Melihat itu, sontak mengingatkan Jennie pada Jungkook. Mungkinkah prof. Kim juga peminum seperti Jungkook? Buktinya dia sangat tahan pada alkohol. Bahkan ia tampak sangat menikmatinya. Di sisi lain, prof. Kim tersenyum saat tersadar kalau Jennie mengamatinya. Prof. Kim menawarkan minuman pada Jennie namun gadis itu menolak karena alasan takut mabuk seperti yang lainnya. Sebenarnya prof Kim tahu kalau Jennie belum pernah menyentuh alkohol karena terlihat jelas dari gerak-geriknya yang seakan mengamati bagaimana cara teman-temannya yang lain dalam meneguk minuman.
Udah lama banget ga up karena lagi mager ahahahah..
Btw semoga suka dengan chapter pendek ini 💜Borahae 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...