Akhirnya setelah perjalanan jauh, pasangan baru itu sampai di negara tujuan. Mereka menuju tujuan akhir dengan menggunakan mobil pribadi. Entah siapa sebenarnya identitas pemuda itu namun yang jelas gadis yang kini berstatus sebagai istrinya itu hanya bisa diam tanpa menanyakan apapun perihal fasilitas mewah yang mereka dapatkan selama di pesawat maupun saat akan pergi ke tempat tujuan utama. Gadis itu hanya bisa menikmati semua hal yang ada saat ini tanpa mengeluh ataupun meminta lebih karena ia pikir semua lebih dari cukup.
Rupanya Jungkook sudah mempunyai rumah pribadi tidak seperti yang Jennie bayangkan sebelumnya. Mengingat dalam drama hampir seluruh orang kaya di Korea memilih tinggal di apartemen bukan hunian berupa rumah. Namun ternyata dugaan Jennie salah. Sesampainya di rumah, bukannya mempersilahkan istrinya istirahat, Jungkook justru meminta Jennie membaca dan menandatangani sebuah berkas. Saat gadis itu membacanya, ia menautkan alis karena berkas tersebut berisi beberapa peraturan yang menurutnya aneh, konyol dan lebih tepatnya tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Jungkook membuat surat seperti kontrak yang menyatakan beberapa larangan dan hal-hal yang tidak ia sukai, yang paling menarik perhatian adalah poin dimana Jennie tidak boleh masuk ke kamar Jungkook tanpa ijin dan juga larangan memberi pertanyaan apapun pada Jungkook saat ia pulang ke rumah. Karena kebingungan dengan dua poin itu, Jennie menanyakannya secara langsung pada Jungkook meski ia tahu kalau mungkin Jungkook tidak menyukai pertanyaannya.
"Kebetulan di rumah ini ada 5 kamar, kau bisa tidur di kamar yang kau mau. Tapi tidak dengan satu kamar, yaitu kamarku."
"Ah, lalu bagaimana dengan poin kedua yang ku tanyakan?"
"Poin kedua..." ujar Jungkook mendesah sembari beranjak dari duduknya. "Aku jarang di rumah. Aku hanya akan pulang 2 minggu sekali. Jadi selama aku pulang jangan ganggu aku dengan pertanyaan bodohmu. Kau dengar?" Jennie hanya mengangguk pasrah. "Bagus. Sekarang pilihlah kamar yang kau mau. Aku akan keluar dulu." Pamitnya mendapat anggukan dari Jennie.
Sebelum pergi, Jungkook memberitahu Jennie supaya meletakkan kontak itu di meja kecil depan kamarnya karena mungkin ia akan keluar cukup lama. Lagi-lagi Jennie hanya mengangguk karena memang tidak ada lagi yang bisa ia katakan mengingat semua keputusan ada di tangan Jungkook selaku pemilik rumah. Usai mengingatkan Jennie, pemuda itu berlalu begitu saja. Dengan berat, Jennie menandatangani kontrak tersebut lalu meletakkannya di tempat yang Jungkook maksud. Setelah ia rasa urusannya dengan kontrak usai, Jennie berkeliling rumah untuk mencari kamar. Entah mengapa Jennie merasa semua ini akan berat. Bahkan ia tidak punya uang dan akan sulit untuknya berbicara dengan Jungkook mengenai hal ini. Jangankan uang, bahkan sepertinya Jennie tidak punya ruang untuk sekedar berbincang dengan Jungkook sebagai teman. Padahal di rumah ini hanya akan ada mereka berdua. Meski terlihat sulit namun Jennie menyemangati dirinya sendiri karena mulai besok ia akan bekerja dan pasti akan mendapat banyak teman di tempat kerja barunya.
Di sepanjang jalan, Jennie tak hentinya terkagum-kagum melihat keindahan interior rumah Jungkook. Ada perpaduan antara nuansa modern, tekno dan elegan. Pasti pemuda itu adalah pengusaha atau politisi yang punya banyak uang sehingga mampu membangun rumah se-mewah ini di kota besar seperti Seoul. Saat Jennie mencari dimana letak kamar yang Jungkook maksud, tak segaja Jennie berpapasan dengan wanita paruh baya yang menyambutnya dengan senyuman hangat. Wanita itu membungkukkan badan 90 derajat untuk memberi salam, sontak saja hal itu membuat Jennie merasa tidak enak. Jennie meminta bibi itu tidak melakukan itu lagi di depannya. Yang lebih mengejutkan adalah saat dimana Jennie mengetahui bahwa bibi itu juga bisa bahasa Inggris sepertinya.
"Annyeong!" sapa wanita itu.
"Annyeong!" balas Jennie kaku karena belum terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...