39

411 79 28
                                    

Mari siapkan camilan supaya lebih nikmat bacanya 😁
Mari cuss ke story 👀























Tak hentinya Jungkook meruntuk dirinya sendiri karena tidak menyadari bahwa selama ini Jieun hanya mempermainkannya. Seokjin tersenyum miring saat melihat Jungkook mulai terpancing. Entah dia maupun Jieun sejak tadi hanya tebar senyuman manis seolah kemenangan sudah ada di depan mata. Saat Jungkook tengah mengendalikan emosi, tiba-tiba terdengar suara pukulan benda tumpul yang lumayan keras hingga menggema di ruangan. Semua orang refleks menengok ke sumber suara termasuk Jungkook. Dia terbelalak saat melihat tubuh J-hope ambruk setelah mendapatkan pukulan keras di bagian belakang kepala. Tongkat baseball di tangan salah satu anak buah Seokjin itu berhasil membuat J-hope ambruk dalam sekali pukulan. Refleks Jungkook ikut terduduk dalam keadaan kepala J-hope yang berada di pangkuannya. Ini benar-benar di luar dugaan mereka. Target utama justru diselamatkan oleh seseorang.

     Di kejauhan, Jennie terpaku dengan air mata yang menetes di pipinya. Jennie menggeleng pelan melihat kondisi J-hope yang masih sempat-sempatnya tersenyum pada Jungkook di saat seperti ini. Jelas dia tak kuasa menahan tangis. Bahkan untuk mendekat saja tak mampu. Semua ini terlalu mengejutkan untuknya. Bagaimana mungkin J-hope yang tidak ada kaitannya dengan masalah ini justru menjadi korban. Saat polisi masuk, Seokjin dan Jieun telah berhasil kabur dengan beberapa anak buahnya yang selamat dari Jungkook. Polisi membantu Jennie keluar dari gedung untuk mencari tempat aman. Meski berulang kali menolak namun polisi tetap memaksa Jennie untuk pergi agar tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk.

"Hyung, kenapa kau melakukan ini?" tanya Jungkook meraba wajah J-hope yang mulai pucat. Tangan dan suara Jungkook gemetar. Bahkan dia tak mampu menahan air matanya. "Seharusnya kau biarkan saja mereka membunuh ku." gertaknya mengundang senyuman tipis J-hope. Dia menggeleng pelan seolah tak setuju dengan ucapan Jungkook.

"Jungkook-ah." gumam J-hope membuat Jungkook tak bisa berkata-kata. Panggilan itu sangat dia rindukan. Entah kapan terakhir kali dia mendengarnya. "Jangan menangis." ujar J-hope dengan terbata-bata. Lantas Jungkook menahan tangis sebisanya. "Mian, karena sudah menyalahkanmu atas semua." lanjutnya menguatkan dirinya sendiri.

"Aniya. Ini bukan salahmu, hyung. Semuanya sudah direncanakan oleh Seokjin." ujar Jungkook. "Wanita itu. Dia sudah merusak segalanya." papar Jungkook mengusap air matanya kasar. Dia tak ingin terlihat lemah di mata hyung-nya.

"Seharusnya kita sadar lebih awal." sahut J-hope sempat-sempatnya tersenyum manis. Tak peduli pada Jungkook yang panik saat melihat darah yang keluar semakin banyak.

"Kumohon bertahanlah, kita bisa memperbaiki semua dan memulainya dari awal." ujar Jungkook disambut senyuman J-hope.

"Jungkook-ah. Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya J-hope seolah sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Tentu katakan saja." ujar Jungkook.

"Mian karena aku mencintai istrimu." gumamnya membuat Jungkook membeku beberapa saat. Selang beberapa menit, Jungkook mengangguk pelan.

"Tidak masalah, hyung." sahutnya mengeratkan genggaman tangannya.

"Jaga dia karena aku tidak bisa lagi melakukannya. Sekali lagi maafkan aku karena sudah mencintainya." ujar J-hope terbata-bata, Jungkook mengangguk mengundang senyuman J-hope.

"Kita bisa menjaganya bersama, jadi ku mohon bertahanlah." gumam Jungkook tanpa sadar meneteskan airmata. "Jika kau tidak mau bertahan untuk ku, bertahanlah untuknya. Kumohon." lanjut Jungkook.

"Gomawo karena telah mengijinkan ku mencintainya. Tapi sekarang waktunya kau yang menjaganya." ujar J-hope membuat Jungkook menggeleng cepat. "Aku mengantuk, biarkan aku tidur sebentar." gumam J-hope membuat tangis Jungkook pecah. Pemuda itu menangis sembari memeluk kepala J-hope.

Married Without Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang