Jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi, Jennie bergegas keluar dari kamar untuk mencari Jungkook. Belakangan ini dia takut sendiri di rumah. Bukan karena takut kalau saja Seokjin kembali menculiknya, namun Jennie takut terjadi sesuatu pada Jungkook apabila pergi tanpanya. Sudah cukup Jennie kehilangan sosok yang sangat membantunya bertahan hidup di tempat ini, Jennie tak ingin kehilangan seseorang lagi dalam hidupnya. Jennie melambatkan langkahnya saat melihat ternyata Jungkook tengah berbincang dengan seseorang di ruang tengah. Bukan pembicaraan penting, mereka terdengar sedang membicarakan makanan membuat Jennie semakin penasaran siapa yang datang. Jennie membeku tak percaya melihat Jisoo dan Jewoon berkunjung ke rumahnya. Mereka terlihat akur meski Jewoon lebih banyak cemberut karena bukan rahasia lagi kalau sejak dulu pacarnya mengidolakan Jungkook. Wajar kalau dia merasa tak nyaman selama di dekat Jungkook.
"Eoh kau sudah bangun." tegur Jungkook dengan senyuman manisnya. Jennie hanya mengangguk pelan sembari mendekat ke arah mereka.
"Kemarilah." panggil Jisoo disertai kekehan kecilnya. Dia terlihat bersemangat. Tentu, setiap kali ada makanan Jisoo akan semangat.
"Ahh iya-" gumam Jennie tak tahu harus beraksi apa. Jennie memilih duduk di samping Jungkook. Dia masih tak percaya bisa mengalami hal ini, dimana dia bisa mengajak Jungkook berbaur bersama teman-temannya seperti pasangan lainnya.
"Coba ini." ujar Jewoon berniat menyuapi Jennie ayam pedas manis. Sepertinya dia berniat membuat Jisoo cemburu. Namun belum saja Jennie menerima suapan dari tangannya, Jisoo lebih dulu menepisnya. "Ada apa denganmu?" omel Jewoon dengan nada kesal yang dibuat-buat. Jungkook dan Jennie hanya menatap keduanya bergantian dengan tatapan aneh.
"Kau tidak lihat? Jungkook ada disampingnya kenapa kau harus repot-repot menyuapinya?" omel Jisoo mengundang kekehan pasangan pemilik rumah. Sepertinya usaha Jewoon untuk membuat Jisoo cemburu berhasil.
"Ingin saja. Anggap saja suapan untuk sahabat." ujar Jewoon dengan polosnya. Jungkook menahan tawa mendengar jawaban konyol Jewoon. Dia memang punya selera humor yang aneh. "Memangnya kenapa? Tidak boleh?" tanya Jewoon menatap Jisoo penuh tanda tanya.
"Ck! Menggelikan sekali." sindir Jisoo sembari menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Jewoon. "Sekarang kalian tahu kan, kenapa kadang aku malu pergi bersamanya?" ujar Jisoo dengan gamblang memberitahu Jungkook dan Jennie.
"Jadi kau malu pergi bersama ku?" tanya Jewoon dengan nada meninggi. Jennie menggigit bibir bawahnya saat mendengar Jisoo tak sengaja keceplosan mengatakannya di depan Jewoon.
"Sudahlah kenapa kalian jadi bertengkar?" ujar Jennie menengahi keduanya yang belakangan ini terlalu banyak memperdebatkan hal sepele. "Lihat, aku bisa makan sendiri." lanjut Jennie dengan senyuman manisnya.
"Wah lihatlah, dia mandiri sekali." ledek Jungkook sembari menepuk pelan puncak kepala Jennie. Dia seperti seorang ayah yang memberikan pujian pada putrinya.
"Apa maksudmu? Selama ini kan aku juga begitu." gerutu Jennie menatap Jungkook bingung. "Apa aku pernah meminta seseorang untuk menyuapi ku?" omelnya mengundang kekehan Jisoo.
"Iya-iya." balas Jungkook dengan ekspresi aneh. Lantas Jennie menatapnya bingung karena menurutnya itu terlihat seperti raut wajah ejekan.
"Ck! Ada apa dengan wajah mu?" tanya Jennie disambut gelengan kepala Jungkook.
"Apa terlihat lebih tampan?" goda Jungkook membuat Jennie berdecak lidah.
"Tampan apanya?" runtuk Jennie memilih untuk menghabiskan ayam ditangannya daripada menanggapi ocehan Jungkook yang tiada habisnya.
"Lihatlah baik-baik, semua orang mengatakan aku tampan." sahut Jungkook dengan percaya diri. Jisoo menahan tawa melihat interaksi mereka yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...