Hari ini trotoar sangat padat. Banyak orang yang menggunakan payung karena sejak pagi hujan belum berhenti. Berbeda dari kebanyakan orang di sekitarnya, Jennie hanya menggunakan hoodie untuk menutupi kepalanya supaya tidak basah terkena gerimis yang perlahan mulai menjadi hujan. Di sepanjang perjalanan Jennie mendengarkan lagu favoritnya lewat headset jadi ia tidak mendengar suara apapun di sekitarnya yang kebanyakan membicarakan orang lain dan idol. Jennie tidak punya cukup waktu untuk mendengarkan pembicaraan tak menarik itu.
5 menit kemudian, Jennie berdiri di tepi jalan bersama beberapa orang kantoran dan siswa untuk menyebrang jalan. Namun tiba-tiba seseorang memeluk Jennie dari belakang kemudian membalik posisinya. Semua orang disekitar mereka terkejut dengan kejadian itu. Bagaimana tidak? Kejadian itu sangat tiba-tiba dan terkesan dianggap romantis oleh semua orang yang satu persatu mulai menyebrang jalan, terlebih para siswa yang kehidupannya belum bisa dipisahkan dengan drama.
"Aish kenapa kau melakukan ini. Lihatlah sekarang bagaimana keadaanmu." Omel Jennie saat mengetahui Prof Kim sudah menyelamatkannya dari cipratan kubangan air. "Aigoo pakaianmu kotor. Aku berjanji akan menggantinya setelah gaji pertamaku turun." ungkap Jennie tak enak hati.
"Kenapa kau sangat berlebihan. Santai saja." ujar prof Kim memejamkan mata sembari menjauhkan Jennie darinya.
"Kau memang yang terbaik." Gumam Jennie sangat bahagia karena prof Kim telah menyelamatkan dirinya bahkan mengorbankan jaketnya hingga basah dan kotor.
"Apa kau mengatakan sesuatu?"
"Aniya." Sangkalnya.
"Kalau begitu ayo cepat menyebrang atau kau akan terlambat."
"Ah tentu."
Keduanya berjalan menuju rumah sakit. Kebersamaan seorang professor dan dokter baru di teamnya ini menimbulkan kesalahpahaman di antara dokter dan staf lain karena saking dekatnya mereka sampai dikabarkan punya hubungan lebih dari sekedar rekan kerja. Sesampainya di rumah sakit, mereka naik lift bersama dengan Jennie yang terus mengekor di belakang prof Kim seperti biasa. Hanya ada mereka di dalam lift sehingga suasana menjadi sangat canggung, terlebih prof Kim terlihat lelah dan lesu seakan tidak punya nafsu untuk hidup. Sehingga Jennie sungkan mengatakan sepatah katapun.
"Tumben kau tidak mengatakan apapun."
"Apa aku boleh mengatakan sesuatu?" tanya Jennie sumringah begitu mendengar prof Kim mengawali pembicaraan.
"Jangan katakan apapun atau ku lempar kau dari sini." Ancam prof Kim membuat Jennie bergidik ketakutan setelah melihat ke bawah.
"Ijinkan aku bertanya satu hal."
"Jangan menawar."
"Kumohon.." rengek Jennie seolah minta balon pada ibunya. "Jebal."
"Baiklah-baiklah. Katakan!"
"Apa kau baik-baik saja?"
"Menurutmu bagaimana?"
"Wah, apa dugaanku benar? Kau sedang sakit? Aigoo seharusnya kau tidak usah datang ke rumah sakit. Biar aku yang.."
"Aigoo. Kenapa kau ini sangat berisik?" potong prof Kim karena tidak kuat mendengar ocehan Jennie.
Kling..
Pintu lift terbuka, Jennie langsung diam dan mengekor di belakang prof Kim seperti biasa. Di lorong menuju ruang dokter, tak sengaja keduanya berpapasan dengan tim dokter Bogum yang sedang menuju ruang rapat. Sepertinya mereka sedang menyusun rencana untuk bisa menjatuhkan prof Kim di kompetisi kali ini. Yah, mereka menjadikan operasi cucu ketua menteri sebagai kompetisi. Bukan tim prof Kim, tapi sepertinya tim Bogum yang memang ingin merusak nama baik prof Kim sejak awal, setelah merebut pasien prof muda itu bertubi-tubi sehingga prof Kim sempat mendapat SP dari direktur. Kini Bogum ingin reputasi prof Kim lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...