Sudahi gabutmu, mari baca next story bersama ku 😎
Niat hati mau ikutan tren, tapi yaudah lah cus ke story aja 😂Pagi ini rumah terlihat lengang. Bibi Kim melangkah menuju ruang tengah untuk membersihkan kaleng-kaleng beer yang berserakan. Wanita itu membeku di tempat karena dikejutkan dengan pemandangan yang sangat asing dimana pasangan pemilik rumah sedang tidur di sofa dalam keadaan Jungkook yang menyandarkan kepalanya pada bahu Jennie. Hati bibi Kim terasa damai saat melihat keduanya bisa akur dan bersama seperti ini. Bahkan bibi Kim berdoa semoga setiap hari akan seperti ini. Karena pemandangan ini sangat membahagiakan. Meskipun kebersamaan mereka membuat berantakan rumah. Bibi Kim menggeleng pelan sembari memutuskan untuk menunda niatnya membersihkan ruang tengah karena takut membangunkan keduanya.
Ketenangan itu hilang saat Jieun datang dan membangunkan Jungkook dengan paksa hingga Jennie ikut terbangun dari tidurnya karena keributan yang terjadi. Entah apa yang membuat Jieun datang sepagi ini. Dia benar-benar sangat mengganggu ketenangan rumah ini, bagaimana juga tak ada yang bisa bibi Kim lakukan. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah gadis itu tampaknya sedang bahagia. Terbukti dari raut wajah dan senyum yang masih mengembang meski Jungkook belum benar-benar bangun dari tidurnya. Jieun tak hentinya memeluk Jungkook sembari melompat-lompat kegirangan seakan baru saja menang lotre ratusan juta dollar.
"Chagiya, aku hamil."
Deg
Jungkook, Jennie dan bibi Kim refleks menengok ke arah Jieun yang tersenyum bahagia sembari mengelus perutnya yang masih datar. Jungkook maupun Jennie masih terpaku, sedangkan bibi Kim melangkah ke dapur saat mendengar perintah Jieun yang ingin jus buah. Seperti biasa, Jieun mencium Jungkook dengan bahagia. Melihat itu, Jennie beranjak dan menuju ke kamar. Entah mengapa hati Jennie sangat sakit saat mendengar kalau Jieun hamil. Secara tidak langsung mengisyaratkan kalau Jennie telah kalah. Rumah tangganya sudah hancur tak tersisa. Jennie segera mengemasi semua pakaian dan barangnya. Apapun yang terjadi, Jennie tidak ingin tinggal satu rumah dengan Jieun. Itu membuatnya tidak nyaman mengingat dia sangat merepotkan. Setelah mengemasi semua barangnya, Jennie menyembunyikan koper dan tasnya karena ia berniat pergi saat tidak ada siapapun di rumah. Sebelum mandi, Jennie menyempatkan diri menghubungi J-hope untuk meminta bantuan mencarikan hunian sederhana kalau tidak sebuah apartemen kecil yang sekiranya bisa ia gunakan selama kabur dari rumah.
Siang harinya, bibi Kim sedang belanja bulanan sedangkan Jungkook dan Jieun pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan Jieun yang mulai menipis. Melihat suasana cukup aman, Jennie melakukan rencananya untuk pergi dari rumah. Jennie rasa rencana kali ini akan berhasil karena tidak ada siapapun di rumah yang bisa menahan kepergiannya. Beruntung J-hope bersedia untuk mengantarkan Jennie ke apartemen yang ia maksud, jadi Jennie tidak perlu memesan taxi lebih dulu. Jennie hanya perlu memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah kabur dari rumah Jungkook. Untuk saat ini hanya itu yang perlu ia pikirkan.
"Ada masalah?" tanya J-hope saat menyadari kalau sekarang ia sedang membantu Jennie kabur dari rumah Jungkook. Jennie hanya tersenyum sembari menyandarkan kepalanya pada bahu J-hope. Jujur saja Jennie tak ingin membahas semua ini saat sedang bersama J-hope.
"Semua sudah hancur." gumam Jennie membuat J-hope penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya diantara Jennie dan Jungkook. "Aku bingung harus apa.. "
"Peluk saja aku. Biar kau tak bingung lagi." Ujar J-hope dengan polosnya mengundang kekehan Jennie.
Sesampainya di apartemen yang J-hope maksud, Jennie menganga begitu mengetahui bahwa apartemen yang J-hope carikan untuknya tidak ada unsur sederhana sama sekali di dalamnya lebih tepatnya apartemen ini terlalu mewah untuk Jennie yang punya uang tak seberapa. Lantas Jennie langsung memikirkan berapa uang sewa yang harus ia keluarkan setiap bulannya. Melihat Jennie yang hanya tercengang di ambang pintu, J-hope menegur gadis itu dan mengajaknya masuk. Saking tak percayanya, Jennie terduduk di lantai. J-hope menemaninya membuat Jennie refleks menggenggam tangannya erat. Hal itu jelas membuat J-hope kaget karena Jennie sama sekali tidak pernah melakukan itu. Tak hanya itu, Jennie menyandarkan kepala pada bahu J-hope seakan itu adalah tempat ternyaman untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...