Usai shooting acara variety show di kawasan sekitar sungai Han, manajer mengantar J-hope ke sebuah tempat untuk menemui Jennie yang kebetulan sedang jogging di sana. Mereka selalu saja dipertemukan dalam ketidaksengajaan sehingga terkadang membuat keduanya kebingungan. Seperti biasa, J-hope meminta manajer meninggalkannya dan tak ada pilihan lain kecuali membiarkan mereka menghabiskan waktu berdua. Namun manajer tetap mengawasi mereka dari jauh. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka hanya membeli tteokbokki dan jajanan lain yang berjejer di jalan kemudian berkeliling sungai Han sembari sesekali bercanda seperti anak muda pada umumnya. Manajer khawatir kalau saja ada orang yang mengenali J-hope, mengingat kawasan Sungai Han adalah tempat umum. Terlebih sekarang dia bersama seorang gadis. Kalau ada seseorang yang menyadari keberadaannya pasti masalah besar akan muncul dan tentunya semua itu akan mengancam karir J-hope yang masih seumur jagung.
"Wah ini tteokbokki paling enak yang pernah ku rasakan." ujar Jennie dengan mata berbinar membuat J-hope terkekeh pelan. Ekspresi Jennie saat merasakan makanan terlihat sangat menggemaskan baginya.
"Kau selalu mengatakan itu setiap kali mencoba makanan di tempat baru. Apa tidak ada kata lain?" sahut J-hope sembari menggelengkan kepala pelan membuat Jennie tertawa. Rupanya J-hope sudah hafal pada kebiasan sang sahabat. Melihat respon Jennie, J-hope mengacak-acak rambut gadis itu gemas. "Mau coklat?" tawar J-hope mengundang senyuman manis Jennie. Saat mendengar kata coklat, Jennie maupun J-hope teringat pada awal pertemuan mereka.
"Kurasa kau sudah tahu jawabannya. Kenapa harus bertanya?" celetuk Jennie dengan bibir manyun yang berhasil membuat J-hope tertawa.
"Hahaha aku hanya memastikan." sahut J-hope sembari memberikan wink seolah sengaja menggoda Jennie. Melihat itu, lantas Jennie memukul J-hope. Dia berpura-pura kesal karena ledekan J-hope sama sekali tak lucu baginya.
"Berikan aku coklatnya." ujar Jennie dengan polosnya menadahkan tangan, menagih coklat yang J-hope tawarkan. Lantas J-hope menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Tunggu sebentar aku harus membelinya dulu." sahut J-hope membuat Jennie mendengus kesal. Dia benar-benar menyebalkan karena menawarkan sesuatu yang tidak ada.
"Aish menyebalkan sekali." gerutu Jennie mengundang kekehan J-hope. Jennie berpura-pura mengambil ancang-ancang memukul J-hope untuk yang kedua kali.
"Mian, aku hanya menawari mu." ujar J-hope dengan nada menggemaskan membuat Jennie kesal karena dengan itu ia tak bisa marah pada J-hope. "Jangan marah padaku, aku akan lakukan apapun tapi janji jangan marah." ujar J-hope dengan santainya mengatakan itu pada gadis jail seperti Jennie.
"Kau benar-benar mau melakukan apapun?" tanya Jennie disambut anggukan J-hope. "Kalau begitu, ajak aku ke studio mu." ujar Jennie membuat J-hope kebingungan.
"Wah kenapa tiba-tiba sekali?" tanya J-hope curiga. Pasalnya tak biasanya Jennie bersemangat pergi ke studionya. Bahkan Jennie seringkali kesal diajak ke sana dengan alasan tempat itu terlalu membosankan.
"Aku rindu dengan pemandangan agensi mu." ujar Jennie dengan jujur. J-hope masih saja tak percaya dengan jawaban Jennie.
"Aku tidak bisa mempercayainya semudah itu." ungkap J-hope membuat Jennie menggigit bibir bawahnya. Dia tampak ragu-ragu mengatakan alasan sebenarnya ingin pergi kesana.
"Baiklah, aku rindu saat-saat melihat semua trainee tampan di agensi mu." ungkap Jennie membuat J-hope langsung merangkulnya sembari sesekali mencubit hidungnya. "Sudah lama aku tidak cuci mata." lanjutnya dengan polos membuat J-hope semakin gemas padanya.
"Aish dasar nakal!" ledek J-hope mengundang kekehan Jennie. Seperti itulah percakapan penuh canda mereka.
Sudah lama tidak berkunjung ke kantor agensi J-hope, Jennie merengek supaya J-hope mau mengajaknya ke tempat itu. Ia merindukan suasana agensi yang dipenuhi para staf dan trainee tampan. Terlebih suasana studio pribadi J-hope yang sangat nyaman digunakan untuk bersantai. Melihat Jennie merengek, J-hope mengiyakan permintaan gadis itu karena dirinya paling tidak bisa melihat Jennie merajuk padanya. Meski sudah pernah berusaha menahan namun pada akhirnya J-hope menyerah karena ia tidak bisa dan mungkin tak akan pernah bisa. Ia memutuskan mengajak Jennie ke kantor agensi meski tahu ada banyak kemungkinan yang mengancam mereka berdua. Usai mengurus pekerjaannya, J-hope pamit pada manajernya untuk pergi ke agensi. Sang manajer hanya mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Without Love [COMPLETE]
Fanfiction"I accept you to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." tanpa sadar...