Part [16]

12.1K 858 246
                                    

Freya tersenyum senang saat melihat Rezel makan masakannya dengan lahap. Saat ini mereka berdua tengah duduk dikantin fakultas. Suasana kantin yang tak begitu ramai membuat keduanya memilih tempat itu.

"Lo daritadi liatin gue terus, mau?" Freya menggeleng saat Rezel mendorong kotak makan kearahnya, "buat Mas Zel aja. Makan, habisin. Biar nanti ngga usah jajan."

Rezel mendelik singkat, "lo kira gue bocah?"

"Ngga sih, Mas Zel udah cocok jadi Papa dari anak-anak kita."

Uhuk!

Rezel tiba-tiba terbatuk, dan Freya dengan sigap membuka tutup botol air dan memberikannya pada Rezel, "minum dulu."

"Lo kalo ngomong bener-bener ya Frey."

"Bener-bener? Maksudnya? Bener kejadian? Waaaah. AAMIIN!!!"

Rezel membelalak saat Freya berteriak dengan kencang, hingga membuat orang-orang yang berada disekitar mereka menoleh.

"Astaga," Rezel mengurut hidungnya, "masih pagi ini Frey. Ngga usah bikin orang naik darah."

"Mas Zel naik darah? Mending naik pelaminan aja sama Peya, abis itu kita bisa kuda-kudaan, terus--"

"Diem, atau gue pergi?"

Freya langsung mengatupkan bibirnya, lalu Rezel melanjutkan acara sarapannya.

"Nanti lo pulang duluan aja, atau minta jemput abang lo."

"Mas Zel ada kegiatan? Kalo gitu, ngga papa, Peya tungguin sampe selesai."

"Lo pulang aja. Bukannya tadi pagi lo ngeluh masih ngantuk gara-gara nemenin gue balapan?"

Rezel benar, semalam Freya baru tiba dirumah pukul dua dini hari. Acara balapan yang diikuti Rezel ternyata sangat mengurangi tenaganya. Bagaimana tidak, Freya terus meneriaki nama Rezel untuk mrnyemangatinya. Bahkan Freya tak mempedulikan tatapan sinis dari penonton lain yang risih dengan tingkah anehnya.

Untung saja, setelah selesai balapan, Rezel langsung membawanya pulang. Padahal, teman-teman yang lain mengajaknya party untuk merayakan kemenangannya. Tapi cowok itu dengan tegas menolak dengan menjawab, "next time ya bro. Gue bawa cewek. Kasian dia, capek. Kalian lanjut aja. Biar bill-nya gue yang bayar."

Bahkan kalimat semalam itu masih terdengar hangat ditelinga Freya. Ia tau kalau Rezel adalah sosok lelaki yang bertanggungjawab.

"Gue udah selesai makan, dan lo masih asyik senyum-senyum, Frey?"

"Eh, udah selesai ya? Kenyang ngga?"

"Hm, makasih ya. Masakan lo ... enak."

Blush.

Freya tersenyum dengan mata yang berbinar cerah, "sama-sama, sayangku."

Rezel hanya menanggapinya dengan gelengan, "bukannya kelas lo bentar lagi mulai?"

"Loh, kok Mas Zel tau? Perhatian banget sih. Sampe inget jam matk--"

"Ya inget lah, tadi lo yang bilang sendiri kalo matkul nya jam setengah sembilan, kan? Dan ini udah jam delapan lewat."

Freya menepuk jidatnya. Iya ya, tadi kan gue yang ngomong sendiri. Gimana sih lo Pey??? Ah pikun!

"Santuy aja ah, Peya masih mau nemenin Mas Pacar disini. Eh, ngomong-ngomong, Mas Zel liat muka Peya deh. Ada yang berubah ngga?"

Kening Rezel mengernyit, memperhatikan wajah Freya secara menyeluruh. Bukannya merasa aneh, Rezel malah melihat kalau cewek itu semakin ... cantik, shit!

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang