Part [49]

5.7K 445 50
                                    

Rezel langsung terduduk lesu, saat mendengar penuturan Freya yang berhasil membuat kedua kakinya langsung tak bertenaga. Sorot frustrasinya terlihat jelas dikedua iris matanya yang sayu. Freya tak lagi menjadi objek yang ia tatap, karena fokusnya sudah hilang entah kemana.

Freya menahan diri untuk tak iba saat melihat Rezel yang begitu nampak terpukul akan pengakuannya.

"Setelah gue bilang gini, gue harap Lo ngga mengacaukan secuilpun rencana gue."

"Dia anak gue, Frey," nadanya kali ini terdengar sangat pelan seperti bisikan. Bahkan Rezel masih tak menatap Freya saat mengatakannya. "Kenapa harus orang lain yang ada diposisi itu? Harusnya gue."

"Memang. Harusnya Lo." Freya mengangguk lalu tersenyum sinis sambil bersilang tangan, "kalau aja Lo ngga ngerusak semuanya."

"Sesulit itukah buat Lo bisa nerima gue, Frey?" Rezel bangkit dari duduknya, kini atensinya kembali penuh menatap Freya, "sesulit itukah Lo buka pintu maaf buat gue?"

Freya menipiskan bibirnya, "ngga. Gue bisa aja maafin Lo. Gue bisa aja nerima Lo. Ngga susah, sama sekali. Tapi ... gue ngga mau, ngelakuin keduanya. Jadi ... berhenti. Jangan ganggu gue lagi setelah ini. Jangan bikin gue tambah muak buat lihat Lo. Silahkan Lo lanjutkan hidup Lo, bersama dengan Ciara. Lo ngga perlu sok merasa membutuhkan anak ini, karena Lo udah punya anak lagi dengan perempuan lain."

"Lo bener-bener mau lihat gue menikah sama Ciara, Frey?"

"Ya, jelas. Karena dengan begitu, Lo ngga akan bisa ganggu gue lagi."

Rezel terkekeh, "sayangnya gue akan mengajukan syarat untuk itu."

Kening Freya mengernyit, dan Rezel menangkap sorot bingung dari wajah perempuan itu, "gue akan menikahi Ciara, kalau ... Lo, ngga berusaha menjauhkan gue dari ... dia," Freya menyadari tatapan Rezel yang mengarah ke perutnya. "Kalau Lo tetep kekeuh, fine," Rezel menggedikan bahu, "gue ngga akan peduliin Ciara. Sama sekali."

"Lo gila." Freya menggeleng tak percaya, "Lo pikir ancaman Lo bisa mempengaruhi gue? Ngga sama sekali."

"Oh ya?" Rezel menelengkan kepalanya, menatap Freya semakin intens.

"Ya, karena pilihan Lo sama sekali ngga akan mempengaruhi hidup gue kedepannya. Look, Rezel," Freya mengangkat tangan, mengisyaratkan Rezel untuk memperhatikan ucapannya, "gue tetap ngga akan ngizinin Lo buat ikut campur lagi dengan hidup gue. Sama sekali. Mau Lo milih buat nikahin Ciara atau ngga pun, itu terserah Lo. Gue ngga peduli. Itu masalah Lo sama Ciara, ngga ada sangkut pautnya sama gue. So, ancaman Lo sama sekali ngga akan mengubah apapun dari keputusan gue, understand?"

Rezel mengangguk sambil mencebikkan bibirnya, "oke, kita lihat nanti..." Rezel mendekatkan wajahnya ke telinga Freya, "my naughty girl, Freya."

Bulu kuduk Freya langsung meremang saat Rezel melewatinya begitu saja dengan seringai tipis yang tercetak di wajahnya.

***

Rezel menatap datar ponselnya saat Ciara terus berusaha menghubunginya untuk yang kesekian kali. Rezel mengabaikannya dengan kembali meminta bartender untuk mengisi gelas slokinya yang kosong. Lalu menenggak minuman itu hingga tandas tak tersisa sambil mengernyitkan dahi saat merasa kepalanya sedikit tipsy.

"Alone?"

Rezel menoleh sekilas kearah samping. Dimana ada seorang wanita berbalut pakaian seksi tengah duduk bertumpang kaki, memegang gelas, sambil menatap kearahnya dengan sorot ... sensual.

"Fuck off, Bitch. Don't disturb me."

"I'm not Bitch, as your said. Gue juga tamu, sama kayak Lo."

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang