Part [35]

8.8K 615 38
                                    

"Kak Rezel, jahat." Rezel jelas sudah menduga respon Ara akan seperti apa saat dirinya berkata demikian.

"Ra--"

"Kak Rezel mau bunuh anak ini, kan?"

"Kok Lo bisa sampai mikir kesana? Gue mana mungkin tega nyakitin dia yang ngga berdosa, Ra."

"Tapi dengan Kak Rezel kekeuh buat lakuin tes DNA, secara ngga langsung Kak Rezel membahayakan dia. Kak, dia bahkan belum tumbuh dengan sempurna. Dan apa? Kak Rezel dengan teganya mau nyakitin dia."

"Sama sekali ngga, Ra. Kita bisa cari dokter terbaik buat lakuin ini sesuai dengan prosedur yang berlaku di dunia medis. Gue percaya, mereka bakal melakukan yang terbaik buat pasiennya."

"Tapi jelas itu ada resikonya kan? Ara ngga bodoh bodoh banget, Kak. Seaman apapun, hal itu tetap ada resikonya walaupun kecil."

"Justru itu, kita cari dokter terbaik, rumah sakit yang bagus. Supaya resikonya minim. Ra, mereka ngga mungkin membahayakan pasien, semua pasti udah disiapkan dengan matang."

"Ara ngga mau."

Rezel menghembuskan napas frustrasinya, "fine. Gue juga ngga mungkin lakuin ini tanpa persetujuan Lo. Andai gue bisa ngelakuinnya sendiri, gue ngga akan susah payah ngebujuk Lo. Karena mau gimanapun, janin itu ada diperut Lo."

Ciara menatap kepergian Rezel dengan mata berairnya. Ia lalu menumpahkan tangisnya sendirian dengan mendekap lututnya sendiri.

"Poor you, Ciara." Tubuh Ciara langsung menegang saat wajahnya menoleh dan mendapati sepasang mata laki-laki itu.

***

Morning sickness sialan!

Freya menahan umpatannya di tenggorokan, saat rasa mual hebat kembali melandanya tanpa jeda pagi ini.

"Sumpah ya Pey, muntahan Lo ganggu banget, Njir. Magh Lo separah itu emangnya?"

Mengatur napasnya, Freya mengangguk pelan, "ya gue juga capek kali Bang, harus bolak balik kamar mandi terus. Kayaknya iya, udah parah."

"Udah mirip cewek bunting aja Lo. Umi juga yang benerang bunting ngga separah Lo muntahnya. Udah diminum belum obat yang dari dokter?"

Gue emang bunting, Bang Pau! Dan sialannya anak ini banyak tingkah.

"Habis ini gue minum."

"Beneran Lo minum kan? Kok gue curiga bakal Lo buang sih obatnya."

"Adeknya lagi sakit aja Lo suudzonin, Bang. Istighfar!"

"Astaghfirullah. Udah noh. Tapi masih aja suudzon. Gimana tuh?"

"Serah Lo!"

"Elah ngambekan amat jadi cewek," Freya memekik kesal saat Fauzan meraup wajahnya dengan telapak tangannya yang besar.

"Tangan Lo bau oli! Ih! Lo rese banget sih jadi orang! Gue udah cuci muka malah Lo kotorin pake tangan!"

"Weh weh, santai santai. Gue kan cuma bercanda. Tegang amat Lo Pey. Noh liat, urat-urat di leher Lo sampe keliatan."

"Gue males bercanda sama Lo! Lo bikin gue jengkel tau Bang!"

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang