Part [64]

5.9K 386 32
                                    

Hari demi hari, Minggu demi Minggu bahkan bulan demi bulan telah berlalu, dimana kondisi Freya sudah sepenuhnya pulih dan ia tak perlu lagi sering sering kerumah sakit untuk mengecek kondisinya. Dokter hanya memberitahunya agar ia tak melakukan aktivitas yang terlalu berat dan membuat tubuhnya kelelahan. Dokter juga menyarankan agar Freya rutin melakukan olahraga ringan, seperti jalan santai atau jogging kecil.

Seperti halnya sekarang ini misalnya. Tubuh Freya sudah dibanjiri keringat karena ia baru saja selesai jogging di area lapang kompleks. Untungnya, suasana lapang tengah sepi, tak terlalu banyak orang-orang yang berlalu lalang, maupun anak-anak yang berkeliaran. Alasannya karena hari ini bukan hari weekend. Jadi, kemungkinan besar mereka sibuk dengan rutinitasnya, seperti kerja dan sekolah.

Setelah menyeka keringat, Freya langsung menenggak air didalam botol dengan posisi duduk dikursi teras sambil menyandarkan punggungnya. Tatapannya bergerak menyapu kehalaman rumah depan milik Rezel. Dimana suasana rumah itu terbilang sepi tak berpenghuni.

Sontak, Freya bertanya-tanya dalam hati.

Dimana dia?

Freya langsung menggelengkan kepalanya, mengenyahkan rasa ingin tahu yang menggebu dalam dadanya. Namun, hal itu tak juga hilang. Apalagi akhir-akhir ini Freya sama sekali jarang bahkan hampir tak melihat Rezel, baik dikampus maupun di area kompleks rumahnya. Pertemuan terakhirnya dengan Rezel yaitu pada saat laki-laki itu mengantarkan pizza untuknya, walaupun harus ada sedikit drama diantara mereka.

"Ck, Pey, come on, Lo ngga seharusnya mikirin dia." Freya mengetuk kepalanya berulangkali.

"Lo kenapa sih Pey?" Freya sedikit tersentak saat mendapati Fauzan yang baru saja tiba dan hendak masuk kedalam rumah dengan jaket jins belel kesayangannya. "Punya kepala cuma satu doang juga, pake dipukul-pukul. Patah terus ngegelinding kebawah tahu rasa Lo."

"Ck, diem Bang. Gue lagi pusing!" Gerutunya, "gue pengen nanya sesuatu sama Lo. Tapi Lo jangan ngerasain atau ngejek gue."

"Yaudah, apaan?"

"Temen Lo kok udah jarang banget keliatan sih sekarang-sekarang?"

"Hah?" Kening Fauzan mengernyit, disusul oleh raut bingung yang teramat jelas diwajahnya, "temen gue? Siapa?"

"Ya ... temen Lo lah, yang ... itu," Freya  mengangkat sedikit dagunya untuk ia arahkan ke area depan, berharap Fauzan paham akan maksudnya.

"Siap--oh ... si kunyuk Rezel maksud Lo?"

Freya hanya menjawab pertanyaan Fauzan dengan deheman pelan. Nampak raut salah tingkat terukir jelas diwajahnya.

"Kenapa emang? Kangen Lo?"

"Bang!" Freya berdecak kesal, "udah gue bilang kalo gue cuma tanya doang. Lo--"

"Dia sama nyokapnya pindah rumah Pey. Jadi mereka udah ngga tinggal disini."

"Hah? Pindah? Kemana?"

Fauzan menahan senyumnya saat melihat ekspresi cengo diwajah adik perempuannya itu. "Ya ke tempat lain lah. Untuk alamat jelasnya, mending Lo tanya langsung aja sama orangnya. Gue juga belum sempet mampir kerumah baru yang dia tempatin sekarang."

"Ya ngga bisa gitulah!"

"Ngga bisa apanya sih?"

"Y-ya, kenapa dia tiba-tiba pindah? Kok gue ngga denger ada orang angkut-angkut barang buat pindahan?"

"Emang ngga ada acara angkut-angkut barang. Barang-barang mereka dirumah ini masih pada stay, ngga ikut pindah. Rumah ini juga ngga dijual, masih punyanya si Rezel. Setau gue, dia sama nyokapnya pindah karena ada yang harus diurus."

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang