"Ciara beneran ngga bilang apa-apa sama kamu kalau dia mau pergi kemana, Ran?" Tanya Fauzan dengan nada panik saat laki-laki itu baru saja sampai dirumah Rania.
"Ngga, Zan. Kalau dia bilang, aku ngga akan sepanik ini."
"Iya juga sih," Fauzan menggaruk kepalanya, "chat nya belum dibales sampe sekarang?"
Rania menggeleng sambil menghembuskan napas gusar, "gimana dong Zan? Aku khawatir banget sama Vio. Mana dia lagi hamil, dan pikiran dia lagi kacau."
Fauzan tertegun, berusaha berpikir akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, "atau mungkin Ara lagi nemuin Rezel di rumah sakit?"
"Tapi Zan, aku belum sempet ngasih tau Vio tentang kondisi Rezel kok. Dia bisa tahu darimana coba kalau gitu?"
"Y-ya mungkin pas kita telponan dia denger obrolan kita." Fauzan meraih ponselnya dari saku celana, "bentar deh, aku telpon Rezel dulu."
Setelah dering keempat, Rezel baru mengangkat panggilannya, "Zel, Ara lagi disitu ngga?"
"Ngga Zan. Kenapa?"
"Beneran ngga ada mampir kesitu? Sama sekali?"
"Ngga ada. Kenapasih emang? Ada apa?"
"Oh ngga. Gue cuma tanya do--"
"Ara ngga ada dirumah?"
Fauzan mendengus, "ya kalau ada mana mungkin gue nanya Lo sekarang."
Terdengar helaan napas berat disebrang sana, nampaknya Rezel tengah ikut-ikutan bingung dan khawatir, "apa mungkin dia nemuin Januar, Zan?"
"Hah? Ngapain? Buat apa dia nemuin si Januar?" Saat Fauzan menyebutkan nama laki-laki itu, wajah Rania langsung berubah panik, namun satu tangan Fauzan bergerak mengusap punggung kekasihnya itu, berusaha menenangkannya.
"Ya ... kan gue bilang ... mungkin. Secara kan Ara baru bilang jujur tentang ... Januar ke gue."
"Yaudah, thanks Zel. Gue sama Rania bakal cari Ara dulu."
"Kabarin gue kalau ada apa-apa Zan."
Fauzan berdecak, "buat apaan? Gerak aja Lo masih kesusahan."
"Ck, pokoknya kabarin gue kalau ada apa-apa. Oh ya gimana soal ... Freya? Dia dimana sekarang?"
"Adek gue aman. Lagi tidur dirumah."
"Oke kalau gitu. Bisa Lo bujuk Freya biar dia mau balas chat gue, Zan?"
"Banyak mau banget sih Lo. Iya nanti gue coba ngomong ke dia. Tapi ngga sekarang, karena gue mesti nyari Ara dulu."
"Oke."
Setelah sambungan telpon terputus, Fauzan kembali memusatkan atensinya pada Rania yang kini tengah terduduk lemas disofa sambil memijit pangkal hidungnya. Fauzan berjongkok didepan perempuan itu, lalu menggenggam kedua tangannya, "jangan panik dulu, okay? Kita cari Ara sama-sama. Kamu tahu dimana rumah Januar kan?" Rania mengangguk lesu, "kalau gitu kita kesana sekarang. Mungkin aja apa yang dibilang Rezel bener, kalau Ara lagi sama Januar, Ran."
Keduanya langsung mendatangi rumah Januar. Dengan gerak tak sabaran, Rania berulangkali menekan bel rumah besar nan mewah milik keluarga Januar itu, "Zan kayaknya dia ngga--"
"Ngga sabaran banget sih," omel Januar yang baru saja membukakan pintu, dimana wajah laki-laki itu terlihat seperti orang yang baru bangun tidur. Januar menatap Rania dan Fauzan bergantian, setelah mengucek matanya, laki-laki itu berdehem pelan, "sorry barusan gue--"
"Dimana Vio?!"
Kening Januar mengernyit bingung, "Vio?" Januar terkekeh, "ya mana gue tahu, Ran. Kok tanya gue? Kan Lo kakaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA : MY NAUGHTY GIRL
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Hurt Series : 2nd Spin Off : JINOVAR -- Freya Kinandhita, seorang cewek narsis dan eksis di dunia maya maupun realita. Mempunyai wajah cantik, tubuh sexy, dan dikenal banyak orang membuat para lelaki rela meng...