Part [30]

12.1K 820 327
                                    

Rezel memperhatikan punggung Freya yang bergetar beriringan dengan suara tangisannya yang terdengar lirih.

Freya tengah terduduk di samping ranjang milik Rezel, tubuh polosnya hanya tertutup oleh selimut tebal. Dari posisinya, Rezel bisa melihat dengan jelas jejak-jejak kemerahan hasil karyanya beberapa jam lalu di tubuh Freya.

Jejak yang ia ciptakan tanpa persetujuan pemiliknya, dengan kata lain, Rezel melakukannya atas sebelah pihak, dan tentu itu sangat merugikan Freya.

Tangisan Freya adalah bukti dari kebrengsekan Rezel yang mungkin akan jadi boomerang di kemudian hari.

Rezel menghela napas, ia menghampiri Freya dan berjongkok didepan wajah gadis--yang pada kenyataannya sudah tidak gadis lagi, karena ulahnya.

"Freya, gue minta maaf. Bener-bener minta maaf karena udah terlalu lancang sama lo. Tapi satu hal yang perlu lo garis bawahi, gue ngga nyesel atas apa yang udah gue lakuin semalam. Gue ngelakuin itu dalam keadaan sadar seratus persen. Gue ngga mabuk, dan gue masih inget dengan jelas kalau--"

Ucapan Rezel terhenti saat matanya menangkap netra Freya yang sudah memerah. Sorotnya terlihat sedih dan juga marah secara bersamaan, bahkan bibir Freya bergetar. Freya mencoba berdiri, namun dengan sigap Rezel membantunya.

"Lepas! Jangan pegang-pegang!"

"Biar gue bantu lo buat mandi ya?"

Dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, Freya mendorong dada Rezel cukup kuat, lalu melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam kamar mandi.

Freya terduduk lemas diatas kloset, menumpahkan tangis yang nyatanya belum habis ia keluarkan. Kejadian semalam tentu tak pernah sekalipun ada didalam benaknya. Kejadian yang menurutnya mengerikan saat diingat.

Freya membenturkan kepalanya berulangkali kekaca yang menjadi penghubung antara kloset dengan bath up, kali ini tangisnya disertai jeritan pilu yang menjadi bukti teriakan luka dihatinya.

Rezel yang mendengar kegaduhan dari dalam kamar mandi langsung masuk, untungnya, Freya tak sempat mengunci pintu, jadi hal itu memudahkannya untuk langsung bisa melihat keadaan.

"Frey..." walaupun hatinya berteriak marah atas kelakuan bejatnya sendiri, Rezel berusaha memadamkan rasa bersalah itu, walaupun tak sepenuhnya berhasil, karena air mata Freya adalah bukti nyata dari hasil kebrengsekannya.

"Keluar." nada dingin itu berhasil menusuk kedua gendang telinga Rezel. Namun kali ini Rezel tak beranjak, ia malah mendekat kearah Freya, menggendong tubuh polos itu dan mendudukannya didalam bath up yang sudah terisi air dan busa sabun.

Tubuh Freya gemetar saat jemari Rezel bergerak mengusap bahu polosnya. Tidak, Freya tidak menangis, namun tubunya refleks merespon lain saat merasakan sentuhan Rezel.

Setelah selesai membantu Freya membersihkan diri, ia kembali mengangkat tubuh Freya yang terbalut handuk ke tepi ranjang.

Freya segera mengenakan pakaiannya setelah dirasa tubuhnya perlahan membaik. Kedua mata Rezel dengan setia memperhatikan pergerakan Freya.

"Udah selesai? Gue anter ke rum--"

"Ngga perlu!" kali ini Freya menatap Rezel dengan sorot tajam, "ini pertemuan terakhir kita."

"Frey--" Rezel menghela napas saat melihat Freya berlalu meninggalkannya. Rezel tak berniat mengejar Freya, ia akan memberikan Freya waktu untuk sendiri.

Saat memasuki rumah, Sahilla menghandang Freya yang hendak masuk kedalam kamarnya. "Darimana Pey? Kok baru pulang? Kenapa Umi sama Abi telponin, hp kamu ngga aktif?"

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang