Part [59]

6K 478 20
                                    

Empat bulan kemudian.

Sudah empat bulan berlalu, Freya masih tak menunjukan tanda-tanda akan segera siuman. Hanya gerakan kecil jemarinya yang kerap kali tertangkap oleh orang-orang yang tengah menungguinya.

Dan selama itu pula Rezel terlihat semakin kacau. Penampilan laki-laki itu semakin berantakan. Dimana rambutnya ia biarkan gondrong sampai setengah leher, lalu bulu-bulu tipis disekitaran rahangnya tak ia cukur sama sekali. Fauzan yang kerap kali menegurnya pun tak ia hiraukan. Rezel tak memedulikan apapun lagi selain kondisi Freya. Ia bahkan kerap kali bolos jam kuliah hanya untuk menunggu Freya dengan duduk sambil bertopang dagu untuk menatap wajah perempuan itu lamat-lamat.

Seperti saat ini misalnya. Rezel masih betah memaku wajah yang terlihat semakin tirus. Matanya kemudian bergulir ke ponsel Freya yang akhir-akhir ini selalu ramai oleh notifikasi chat atau DM dari orang-orang yang kebanyakan dari mereka adalah penggemarnya.

Pihak keluarga, khususnya Fauzan lah yang selama ini menghandle hal tersebut. Dimana Fauzan yang memutuskan untuk memberitahu para penggemar Freya akan kondisi Freya yang sebenarnya saat kebanyakan dari mereka bertanya-tanya akan sosok Freya yang sudah lama tak muncul di sosial media. Rania juga kadang ikut membantu untuk memberitahu kondisi terbaru Freya ke mereka melalui akun sosial media pribadinya. Karena sebagian besar pengikutnya juga merupakan pengikut dan penggemar Freya.

Terdengar suara pintu yang dibuka, tak membuat Rezel menoleh untuk mengetahui siapa yang datang, lebih tepatnya, ia sendiri sudah tahu siapa pelakunya. Tak lain dan tak bukan adalah Fauzan. "Sini Lo, makan." Terdengar gerakan Fauzan yang mengeluarkan sesuatu dari kresek yang ia bawa. "Ngga usah bilang 'ngga' ya, hargain gue lah yang capek-capek ngantri buat beliin Lo makan."

"Gue ngga nyuruh Lo," walaupun berucap demikian, Rezel tetap bangkit dari duduknya, setelah mendaratkan bibirnya di punggung tangan Freya sambil membisikan sesuatu di telinga perempuan itu, "gue makan dulu ya, cantik. Sebentar kok, ngga akan lama." Setelah itu, Rezel duduk di sofa yang sama dengan Fauzan dan mulai menyuapkan makanannya. "Thanks, Zan."

"Hm," Fauzan melirik sekilas kearah Rezel, yang mana laki-laki itu terlihat malas untuk mengunyah makanan dimulutnya. "Yang semangat kek, seenggaknya kasih tunjuk kalo tu makanan enak." Setelahnya, Fauzan menatap kearah Freya, "ya walaupun gue tahu, seenak apapun makanannya, tetep aja kerasa hambar pas tahu kalau dia belum juga bangun sampai sekarang."

Terdengar helaan napas berat Rezel, dimana kepala laki-laki itu tertunduk dalam untuk beberapa saat, kedua tangannya bergerak menaruh kembali kotak makanan tersebut. "Lo jelas tahu, kan, Zan?"

Fauzan mengangguk, "tahu banget lah gue. Tapi yang si Peya butuhin itu semangat dari kita, Zel."

"Gue selalu semangatin dia buat--"

"Tapi Lo sendiri ngga semangat atas hidup Lo. Lo pikir dia ngga bisa ngerasain keputusasaan Lo?"

Rezel berdecak, "bilang aja Lo mau protes tentang penampilan gue lagi, Zan. Udah gue bilang berapa kali, gue ngga sempet buat mikirin penampilan gue. Buat gerak aja rasanya males. Kalau bukan karena gue takut kalau Freya nyium bau badan gue, buat mandi aja ogah banget rasanya."

Mendengar itu, Fauzan langsung mendengus, "si kampret! Untung Lo masih ketolong muka Lo yang cakep. Kalo ngga, Lo udah mirip gembel di lampu merah depan tahu ngga?"

"Ngga. Merhatiin penampilan sendiri aja gue ngga sempet apalagi merhatiin gembel dilampu merah depan."

"Ngeselin banget Lo bangsat." Geram Fauzan sambil mengayunkan tangannya hendak memukul kepala Rezel. Namun pukulannya hanya mengapung diudara, karena didetik berikutnya, Fauzan langsung menarik tangannya lagi saat ponselnya bergetar. "Dari Umi." Ucapnya setelah menaruh ponselnya dimeja.

FREYA : MY NAUGHTY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang