#2

15 9 0
                                    

Kalau mengingat kejadian seminggu yang lalu, Ais merasa berdiam diri di rumah adalah pilihan yang jauh lebih baik.

Rebahan santai, bisa ngemil camilan, wifi syukurnya lancar jaya, tapi dengan bodohnya Ais menerima ajakan Sang kakak.

Salahnya, Ais akui.

Diiming-imingi akan diajak berburu makanan, alias kulineran dengan Aarav yang membayar sepenuhnya, siapa yang menolak? Haha! Ais mana bisa menolak kalau makanan gratis sudah di depan mata?

Maka di sini lah Ais. Duduk di depan kedua insan yang saling melempar canda. Mengabaikan eksistensi dirinya yang terlihat seperti jomlowati yang mengenaskan.

Tidak ada lagi Marfin yang bisa menolong. Sahabat satu-satunya itu sedang sibuk-sibuknya belajar sambil dipantau oleh sang bunda.

Harusnya, Ais tahu akhirnya akan seperti ini.

Ais mencondongkan badannya ke arah Aarav. "Bang, ini kita kapan pesennya, sih?" katanya yang tidak mendapat balasan.

Hmm... Ais terkacangi.

"Sekali lagi kena kacang, Ayis gebrak meja mampus kalian berdua terkaget-kaget," Ais menggumam. Wajahnya sudah masam sedari tadi, tapi dua muda-mudi di depannya seakan tidak ingin peka.

Ais pelototi juga belum di respon. Gerak sana-sini, Ais masih diabaikan.

Masalahnya, mereka sudah tiba sejak 10 menit lalu. Bukannya pesan makanan, Aarav dan Anis justru memilih berbincang seru tanpa mengajaknya.

"Bang, Ayis udah laper banget ini," katanya yang sekali lagi diabaikan.

Kacang-kacang! Batin Ais menjerit kesal.

"Abang, ih! Ayis pesen sendiri aja kalo gitu, ya? Sekalian buat kalian berdua?"

Ais baru beranjak dari duduknya setelah Aarav menyetujuinya dengan mengibaskan tangan ke arah Ais tanpa menatap ke arahnya.

Kepergian Ais memesan makanan diiringi dengan wajah masam yang kentara jelas.

Mengabaikan seorang cowok yang menertawakannya, Ais tetap berjalan malas ke arah penjual. Menyebut pesanannya, dan berbalik arah kembali duduk tanpa semangat.

Ting!
Ting!
Ting!

Ais berdecak. Dengan malasnya ia membuka hp dan menatapnya dengan kerutan kentara.

+62-882-1327-0572
|Haha!
|Jones banget duduk di situ
|Apa gk eneg jdi nyamuk?
|Liatin hpnya gk usah segitunya kali
|Noleh kanan coba

Ais menoleh sesuai instruksi hanya untuk mendapati Navenㅡteman kelasnyaㅡ melambai dengan wajah meledek.

Dengkusan Ais keluarkan dengan keras, memperbaiki posisi duduknya dan memilih memblok kontak Naven untuk sementara waktu.

Ais badmood, tidak ingin diajak bercanda, tidak ingin diganggu. Ais pokoknya pengen mogok bicara dulu.

Sama seperti memblok kontak Naven, aksi mogok bicaranya juga hanya bersifat sementara tapi tidak tahu kapan berhenti.

"Ini pesanannya,"

Ais mengangguk selagi mulutnya menggumamkan kata terima kasih.

Tapi belum ada satu suap masuk ke dalam mulut, Ais sudah kembali menyimpan sendoknya. Menatap dingin dua sejoli di depannya, sambil berkata, "mau sampai kapan kalian cerita? Gak pengen makan?" diakhiri dengan dua kali ketukan meja dari Ais.

Aarav dan Anis menoleh kaget, bahkan aroma makanan yang tersaji nikmat di depan mereka sama sekali tidak tercium kalau saja Ais tidak menegur.

Ais tersenyum kecut, dalam hati berbisik, "perkacangan macam apa ini wahai dunia?"

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang