#19

6 5 0
                                    

Ais mondar-mandir di dalam rumah. Sekitar sepuluh menit yang lalu, ia sudah sampai di rumah.

Tapi masih dalam ketakutannya, ia berakhir terus mondar-mandir hanya untuk memeriksa tidak ada orang di depan rumahnya.

Drrtt...

"Halo, fin?" suara Ais terdengar serak. Karenanya, ia berdehem sebentar.

"Sorry, Yis, tadi gue lagi di kamar mandi makanya telpon lo gak gue angkat."

"Gak pa-pa. Lo dimana sekarang?"

"Mau balik ke rumah sakit, sih. Kasian Key gak ada yang jagain di sana. Kenapa?"

Ais baru membuka suaranya ketika ia tiba-tiba menggeleng dan berkata, "enggak, gak pa-pa. Nanya aja, sih." dan berakhir ia dipenuhi peluh hingga menjelang jam 10 malam, waktu dimana Sang kakak tiba di rumah.

Melihat adiknya yang duduk dengan mata memejam gelisah, Aarav mendekat dengan panik.

"Loh, Is? Lo kenapa?"

Ais membuka mata cepat dan tanpa Aarav duga, Ais menegakkan duduknya dan memeluk pinggangnya erat.

Kepala Ais terbenam di perutnya hingga Aarav bisa mendengar isak tangis yang keluar dari bibir Ais.

"Kenapa, kenapa? Ada apa, Is?" Aarav mengusap lembut pundak Ais yang bergetar hebat.

Tidak tega melihat Ais dalam keadaan kalut, Aarav bergerak duduk di samping Ais. Menarik lembut Ais untuk ia bawa kembali ke dalam peluknya.

"Bang, adek takut. Abang kemana aja?" masih dengan sisa tangisnya, Ais mendongak untuk melihat Aarav yang raut wajahnya terlihat khawatir.

"Gue dariㅡ"

"Bang, bisa gak gaya bicara abang diganti jadi kayak dulu aja? Adek gak terbiasa."

"Oke. Tapi ... emang dulu gaya bicaranya gimana?"

"Kayak adek gini. Manggilnya abang-adek."

Hati Aarav tiba-tiba mencelos. Batinnya berkata, "betah amat gue dulu manggil Ayis adek disaat gue tau kalo dia tunangan gue. Ah, yaudah deh biarin aja."

"Adek kenapa? Cerita sama abang."

Aarav mengernyit. Kembali membatin, "kok jadi kayak buaya gitu, ya, kata-kata gue?"

"Bang, tadi ... waktu mau balik ke sini, adek di kejar sama orang asing. Gak tau niatnya apa, tapi pokoknya dia kayak mau jahatin adek."

"APA?"

Ais menarik Aarav kembali duduk saat kakaknya itu tiba-tiba berdiri dengan tidak santai. Setelah menarik nafas dalam, Ais pelan-pelan mulai menetralkan jantungnya yang berdetak kencang.

Selain karena ia masih takut, posisinya sekarang ia sedang di dekat Aarav. Duduknya dekat dengan orang yang ia sukㅡ Ais! Gak boleh, inget! Jangan mulai, oke?!

"Adek takut, bang."

"Sstt... gak paㅡ loh? Kok malah menjauh, dek?"

Ais meringis lalu setelahnya tersenyum kikuk saat Aarav melongo peluknya justru tidak berbalas dan sebagai gantinya, si adek justru memundurkan sedikit duduknya.

Padahal, yang memeluk duluan juga Ais tadinya.

"Mau ke kamar, bang. Adek mau mandi, bau nih abis lari-larian."

Aarav terkekeh lantas mengangguk. Tapi saat Ais akan berjalan, suara Aarav kembali terdengar dan menginterupsi langkahnya.

"Kalau ada apa-apa, kasi tau abang aja, ya? Usahain buat kasi tau abang aja, gak usah orang lain. Di jaman sekarang, orang-orang gak ada yang bisa dipercaya."

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang