#33

3 0 0
                                    

Malam harinya, Ais bertandang di rumah Marfin. Mengambil tidur tengkurap dengan laptop di depannya.

Matanya memancar harap. Beberapa detik kemudian menutup untuk mengucap doa penuh penghayatan.

Melihat itu, Marfin di sampingnya ikut menutup mata. Membisikkan doa dalam hati, berharap doa yang kembarnya itu panjatkan bisa dijabah oleh Tuhan.

Ais membuka mata, menarik dan menghembuskan nafas pelan, lalu detik selanjutnya menggerakkan tangannya di atas laptop.

"Fin, gila. Gue gugup banget, udah berasa habis dilamar bang Aarav," gumam Ais yang dibalas Marfin dengan jitakan pelan.

"Fokus, gak usah fangirlingan dulu. Sekarang buka emailnya, lihat hasilnya," kata Marfin.

"Iya-iya. Tunggu bentar," ucap Ais lalu akhirnya menekan satu pesan email yang masuk beberapa detik lalu.

"Marfin! Aaaaa!"

Ais bangkit dari tengkurapnya. Berdiri, memasang wajah syok sebelum akhirnya melompat kegirangan.

"Gue keterima, Fin! Ihh seneng banget!" Ais menarik Marfin untuk ikut berdiri. Mengajaknya untuk melompat bersama sembari tertawa bahagia.

"Bahagia banget kayaknya anak-anak bunda?"

Kepala Ais menoleh cepat dan mendapati Sang bunda tengah berdiri di ambang pintu dengan senyum simpulnya.

Ais mendekat. Menarik bunda masuk ke dalam peluknya. "Bunda-bunda!"

"Kenapa, sayang?"

"Ayis keterima!"

"Wah ... selamat sayang. Duh, anak bunda bakal pergi jauh ninggalin bunda." Ais kembali memeluk Sang bunda.

"Kalau gitu, Ayis mau makan apa? Biar bunda bikinin khusus buat Ayis," tambah bunda.

"Kalau gitu ... Ayis mau kue brownis buatan bunda aja. Soalnya habis ini Ayis mau nonton sama Marfin."

"Oke, brownisnya siap dibuat! Tunggu, ya, anak-anaknya bunda."

°°°

Ais menoleh menatap Marfin jengah, lalu beralih menatap Naven malas yang berbaring di atas kasur, tepat di belakang mereka berdua sembari terus memasukkan brownis ke dalam mulutnya.

"Lo ngundang?" kata Ayis.

Kepala Marfin menggeleng. "Enggak, lah! Ini kan quality time khusus kita berdua, ngapain gue ajak dia."

"Terus itu...?"

"Jangan gitu, lah. Gini-gini gue juga pernah berjasa di hidup kalian berdua," kata Naven dengan mulut penuh, tepatnya masih mengunyah.

Ais dan Marfin kompak membuang pandangan dengan dengkusan ringan. Memilih tidak peduli, mereka akhirnya memutar film.

"Eh-eh, gue udah pernah nonton potongan scenenya di tiktok. Katanyaㅡ"

"Ssttt diem!"

Naven menutup mulutnya rapat saat Ais memberi peringatan dengan tegas. Lalu di seperempat pemutaran video, Naven kembali angkat bicara.

"Katanya, tuh, ya di scene inㅡ"

"Bacot! Diem, gak?"

Naven mengerjap. Kali ini Marfin yang memberi peringatan hingga menoleh tajam ke arahnya.

"Padahal filmnya sedih-sedih, mereka berdua kok emosinya malah marah-marah, ya?" gumam Naven.

"Lo ngomong lagi, gue lempar dari balkon, ya, Ven," kata Ais memperingati.

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang