#37

1 0 0
                                    

Sebagai perayaan kelulusannya, Ais mengajak seluruh keluarganya untuk berkumpul di taman dekat Sungai Han.

Ditemani oleh sapuan angin malam yang berhembus berhasil meningkatkan rasa kekeluargaan yang ada.

Sejujurnya, jika dalam situasi seperti ini, Ais tidak akan pernah melupakan sosok Aarav. Biasanya, yang paling berisik jika sedang berkumpul adalah Aarav sendiri.

Cowok itu memang selalu pandai mencairkan suasana. Entah dengan bercerita kesehariannya, dengan mengeluarkan suara merdunya, atau justru menjaili Ais hingga menggoda kedua orangtuanya.

Melihat tak ada sosoknya di sekitar, Ais tiba-tiba merasakan moodnya menurun. Ada kesedihan yang diam-diam merayapi hatinya, membuat raut wajahnya tanpa sadar menjadi murung.

"Mau video call sama Naven, gak? Tadi dia chat katanya kangen sama lo," kata Marfin sembari mengambil duduk di sebelah Ais.

Ais hanya mengangguk setuju. Lalu dalam beberapa detik, wajah Naven muncul di layar hp.

"Ayissss..." Sapa Naven heboh.

Ais sedikit tertawa. Membalas lambaian tangan Naven di seberang sana.

"Ayis ... kangen, huhu... btw lo makin cakep aja. Jadi pacar gue mau gak?"

Lagi, Ais terkekeh bersama Marfin di sebelahnya.

"Naven ... kangen juga ... btw lo makin cakep juga, Ven. Belajar jadi buaya dari mana?"

Naven mendengkus geli sementara si kembar terkekeh bersama.

"Oh, iya, Yis. Selamat, ya! Sumpah lo lulusnya gak ngajak-ngajak. Gue aja masih nyusun skripsi di sini."

"Makanya belajar tuh, ya, belajar materi kuliah. Bukannya malah belajar jadi buaya," kata Ais.

Marfin menggeleng pelan sebelum akhirnya menepuk pundak Ais pelan. "Eh, Yis. Gue ke sana dulu, ya. Lo ngobrol aja dulu sana Naven." Tatapan Marfin beralih ke layar hp. "Ven, gue tinggal dulu, ya?"

"Yoi."

Setelah mendapat persetujuan keduanya, Marfin pergi. Meninggalkan Ais dan Naven yang kembali berbincang seru bersama.

Tidak ayal mereka kembali bernostalgia bagaimana kelakuan buruk mereka saat masih duduk di bangku SMA.

"Yis, keliling dong. Kemana, kek, gitu. Gue juga mau liat pemandangan korea kek gimana."

Seperti kata Naven, Ais menyetujui. Beranjak dari duduknya dan berjalan-jalan kecil di sekitar sungai han. Mengatur menjadi kamera belakang, Ais memperlihatkan kepada Naven bagaimana pemandangan sekitar sungai han dimalam hari.

"Eh, ada Bang Aarav. Gue udah lama gak ketemu abang lo." celetuk Nanta tiba-tiba.

"Hah? Apaan? Jangan ngaco! Dia gak ada di sini."

"Apaan anjir, mau ngibulin gue, ya, lo?! Orang gue liat sendiri tadi. Lo putar lagi deh kamera lo ke arah kiri, tadi gue liat dia di bagian situ."

Ais tidak tahu kenapa mendengar kalimat Naven, jantungnya berpacu cepat. Ada secercah harapan, tapi juga rasanya tidak ingin bertemu.

Ragu-ragu, Ais memutar badannya. Menghadap ke arah yang Naven katakan sebelum tiba-tiba Nanta datang dari belakang dan merangkulnya.

"Sendiri aja, neng? Hehehe."

Ais memukul cukup kencang lengan Nanta. "Ngagetin tau, gak?! Serem amat tiba-tiba ada yang ngerangkul dari belakang!"

"Hellow? Yis, kenapa?"

Ais sedikit tersentak. Mengatur kamera hpnya agar kembali menjadi kamera depan dan menampilkan wajah kaget Naven yang terlihat konyol.

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang