#21

4 5 0
                                    

Ais melambai semangat pada Keysha yang berjalan ke arahnya. Baru ingin berjalan mendekat ke arah sahabat barunya itu, Marfin sudah lebih dulu menarik tasnya hingga membuat Ais hampir jatuh kalau saja Marfin tidak dengan cepat menahannya.

"Udah lama nunggunya?" Keysha menarik senyum lebar saat pijakannya sudah berada tepat di depan keduanya.

"Oh, nggak, kok. Kita jugaㅡMarfin, apa, sih?!"

Ais menoleh galak pada Marfin yang merangkulnya erat. Saat ingin disingkirkan, rangkulan Marfin justru semakin mengerat.

Mau tidak mau, Ais pasrah dan hanya memasang senyum kikuk pada Keysha yang terlihat sedikit kaget.

"Mau terus ke kafe aja apa mau pulang ganti baju dulu?" tanya Keysha menghalau keterkejutannya.

Ais menggeleng. "Ke kafe aja langsung. Keburu males kalo harus pulang ganti baju dulu."

"Yaudah, yuk! Kayaknya Naven udah ada di gerbang depan," lanjut Ais dengan seruan semangat.

Ais, Marfin, dan Keysha baru akan berjalan ketika suara Naven terdengar dari jauh menyerukan nama Ais dengan sangat keras.

Beberapa siswa sampai harus menoleh kaget dan berakhir menatap protes pada Naven.

"Wow ... wow ... hati-hati. Entar lo nabrak Ayis," kata Marfin sembari mengambil tempat di depan Ais, menjaga agar Naven tidak sampai menabrak Ais.

Naven menunduk memegang lututnya. Menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menetralkan kembali jantungnya yang berdetak kencang karena harus berlari dari gerbang belakang hingga menuju lobi utama.

"A-ayiss... Hah... Hah..."

"Tenangin dulu diri lo," Ais menepuk pundak Naven, lalu membuka tasnya. Mengeluarkan botol minumnya lalu disodorkan pada Naven yang dengan cepat meraihnya.

Marfin mendengkus geli. "Kenapa lagi lo? Udah kayak abis ketemu penjahat aja," kata Marfin yang dibalas jentikan jari oleh Naven setelah mengembalikan botol minum pada Sang pemilik.

Keysha yang disampingnya sedikit tersentak kaget. Reaksi Naven terlalu tiba-tiba dan selalu berhasil membuat orang disekitarnya jadi tersentak.

"Lah, beneran?" Marfin melongo.

"Enggak, bukan gitu. Tapi kayaknya cuman prediksi gue doang, deh." Naven menoleh ke arah Keysha, menatapnya sebentar lalu kembali menatap pada Marfin.

Di sebelah Marfin, Ais sudah sedari tadi menaruh atensi pada Naven, ingin tahu ada apa yang terjadi.

Tapi nyatanya, kedua cowok itu justru memilih menjauh dan hanya berdiskusi berdua saja.

Ais mencebik. Meraih bahu Keysha, merangkulnya, dan memilih membawa diri untuk duduk di kursi yang tersedia.

"Ceritain cepet!"

"Sabar, kek, sabar!" Naven menoleh pada Ais yang ternyata tengah memantau keduanya dengan mata memicing curiga.

Setelah bergidik merasa tatapan Ais terlalu menyeramkan untuk ia tatap lebih lama, Naven akhirnya berbicara. "Di depan, ada yang lagi cariin Ayis. Gelagatnya aneh, dan gue ngerasa dia bukan keluarga Ayis, deh."

"Ciri-ciri?"

"Pakai jas ala-ala pebisnis gitu, gak tua, tapi gak muda juga. Pokoknya kayak orang penting gitulah, Fin!"

"Bokapnya kali?" cetus Marfin.

Naven menggeleng. "Enggak mungkin bokapnya. Orang dia nanya-nanya informasi pribadi Ayis."

"Informasi kayak gimana?"

"Masa dia nanya Ayis ini anaknya Mahendra atau bukan? Nanya juga tentang alamat rumah Ayis, minta foto Ayis. Eh, tapi bukannya nama bokap Ayis itu Sastranagara, ya?"

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang