#23

4 5 0
                                    

Marfin tidak pernah lelah berpikir sebelumnya. Dicocoli banyak hal pelajaran memusingkan selalu bisa berakhir ia tuntaskan dengan baik.

Tapi malam ini, ia bergelung dengan pikiran berkecamuk.

Bertemankan coklat panas buatan Sang bunda yang sudah dingin akibat didiamkan terlalu lama, Marfin mengistirahatkan badannya di balkon kamar. Membiarkan dirinya diterpa angin malam yang cukup dingin.

Kepalanya jadi berpikir, beranda-andai bagaimana jadinya jika ia serumah dengan Ais? Bagaimana kalau Ais tahu mereka ini kembar?

Bagaimana seandainya kalau sejak awal Ais tahu kalau mereka ini saudara kembar? Apakah saat ini Ais akan ikut duduk menemaninya?

Apakah akan ada malam-malam dimana Ais bercerita tentang bagaimana kesehariannya, bagaimana dengan kisah cintanya, bagaimana ia menghadapi dunia?

Walau nyatanya, Marfin tetap mendengar semua itu, meski dalam status sebagai seorang sahabat.

Beberapa kali Marfin ingin egois. Ingin memberitahu pada Ais kalau mereka ini adalah saudara kembar.

Tapi Marfin tahu, kalau ada alasan dibalik kenapa bunda tidak ingin Marfin memberitahukan hal ini kepada Ais. Dan diam-diam, Marfin mulai mengerti.

Semua tidak segampang itu. Masih ada misteri dibalik kenapa Papa dan Mama tidak ada selama ini.

Cukup dengan sebuah penjelasan kecil dari bunda siang tadi, "papa dan mama kamu sebenarnya dibunuh, dan bunda bersama sahabat papa mama kamu mencoba untuk mengungkap hal itu. Kamu tunggu sebentar lagi, ya? Semuanya akan berakhir dan kembali normal." Marfin jadi sadar sesuatu.

Ada alasan kenapa ia dan Ais dipisahkan.

Drrrttt...

Marfin mengambil hpnya yang tergeletak di atas meja dan mendapati nama Gibran tertera di layar hp.

Setelah berdehem sebentar, Marfin pun menekan tombol hijau.

"Halo, om?"

"Halo, Marfin. Om mau sampaikan sesuatu terkait nomor yang kamu kirimkan sama Om. Emm ... nomor yang kamu kirimkan itu terdaftar dengan nama Keyshaㅡ"

"Shit! Ouh! Maaf, om kelepasan."

"Gak pa-pa. Biasa, anak muda. Oke, om lanjut. Om cari tau soal informasi lebih dalam tentang dia, dan ternyata dia pernah jadi pasien di salah satu klinik psikiater milik teman om, dan katanya dia mengidap penyakit erotomania."

"Kemungkinan besar, dia terobsesi dengan kamu. Dan ada beberapa faktor yang kamu lakukan sehingga membuat dia berpikir kalau kamu juga suka sama dia, itu yang mendorong kuat anak yang bernama Keysha ini untuk melakukan tindakan seperti itu."

"Seperti itu?"

"Ayis. Dia meneror Ayis karena merasa Ayis mengganggu dia untuk dekat dengan kamu. Ayis mengganggu hubungan kalian berdua."

"Sebaiknya kamu jaga Ayis lebih ketat lagi, karenaㅡ" Samar-samar, Marfin mendengar ada percakapan di seberang telpon. "Marfin! Kamu cari Ayis sekarang!"

"Kenapa, om?!"

"Mamanya datang melapor kalau Keysha hilang, enggak, tapi dia kabur."

"Sialan!"

Marfin mengumpat tepat setelah sambungan terputus. Dengan cepat ia berlari keluar dengan hp yang menempel di telinganya.

Sambungan pertama, Marfin menghela nafas saat suara Aarav terdengar dari seberang sana.

"Ayis sama lo, kan, bang?"

"Gak salam dulㅡ"

"Bang, jawab cepet!"

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang