#13

7 6 0
                                    

Ais dan ketiganya berakhir diangkringan memakan bakso.

Karena hanya makan bakso, Ais berinisiatif akan meneraktir mereka alih-alih Marfin yang bayar seperti rencana sebelumnya atau bayar sendiri-sendiri.

Tapi Naven ini sepertinya benar-benar spesies dikasi hati minta jantung.

Naven sudah mangkuk kedua. Ais jadi merasa kesal sedikit khawatir dengan perut Naven. Pasalnya, seporsi bakso ini isinya tidak main-main banyaknya.

Ais saja sampai kewalahan menghabiskannya. Ya, kecuali kalau perut Naven memang semuat itu menampung banyak makanan.

"Anak kelas berapa, Key? Kok gue gak pernah liat lo sebelumnya?" Ais beralih menatap Key yang makan dengan kepala menunduk setelah mendorong mangkuk baksonya yang tersisa sedikit.

"Ipa 3, Is."

Ais tertawa mendengar namanya disebut. Rata-rata, orang baru memang akan memanggilnya Is.

"By the way, Key. Gue lebih suka dipanggil Ayis atau Yis dibanding Is." Senyum Ais tertarik saat Keysha menatapnya.

Kenal sejak sejam yang lalu, Ais bisa menilai kalau Keysha ini tipe cewek yang pemalu, pendiam, pasif diantara orang berkelompok dan ciri-ciri introvert lainnya.

Ais jadi harus pandai-pandai mencari topik kalau mereka bersama.

Hampir menginjak tiga tahun bersekolah di SMA, Ais tidak pernah benar-benar berteman dengan teman kelasnya yang cewek. Dan mengintili Marfin adalah hal yang selalu ia lakukan sejak dulu.

Sebenarnya, bukan ia yang mengintili Marfin. Tapi sahabatnya itu yang suka tiba-tiba menarik atau mengajaknya ke sana kemari berdua saat Ais tengah bersama teman kelasnya yang lain.

Mereka jadi berfikir, Ais dan Marfin ini berpacaran. Hah! Kalau Marfin membuka acara perekrutan cewek yang bisa diajak berpacaran, Ais tidak akan pernah ikut. Dan lagi-lagi, Marfin yang akan memaksanya.

Bukan Ais, loh, yang bilang. Tapi sahabatnya sendiri.

Katanya, Marfin tidak butuh pacar. Dan Ais juga tidak butuh teman cewek, karena Marfin bisa jadi apa saja untuk Ais.

Memang rada-rada aneh kelakuan sahabatnya itu.

Ais melempar tatapan pada Marfin yang sudah selesai makan. Mengode cowok itu untuk berbasa basi ditengah kesunyian yang melanda ini.

Marfin menghela nafas saat mengerti kode dari Ais. "Lo ranking berapa di kelas, Key?"

Ais menepuk jidatnya kencang hingga menarik perhatian Naven yang sedari tadi sibuk menghabiskan baksonya.

"Ngapain lo nanya gituan dodol?! Woey, ah!" Batin Ais menjerit. Menyayangkan pertanyaan Marfin yang sangat-sangat tidak etis untuk dipertanyakan.

Tapi anehnya, Keysha justru menunduk menahan senyum. Lalu saat kepalanya menegak, ia berkata, "gue di kelas ranking 1."

Ais jadi melongo. "Wah, gak asik nih kalo tiba-tiba mereka war memperebutkan tahta terpintar. Atau parahnya kalo ngumpul bawa buku terus biar bisa belajar bareng, gak bisa-gak bisa."

Ais memasang wajah kikuknya sedikit tertawa. "Ahahaha, guys, jangan bahas ranking bisa, gak? Kita kalo ngumpul enaknya lupain sekolah aja, deh, ya."

Marfin terbahak, sementara Naven tersedak saat baru akan tertawa. Ais pikir, ia sudah lebih cepat menyodorkan minum. Tapi tangan Keysha ternyata lebih cepat tanggap menyodorkan air ke arah Naven.

Sayangnya, Naven justru menerima air pemberian Ais. Membuat Ais tidak enak hati dan menatap ragu pada Keysha yang menarik mundur tangannya.

Marfin buru-buru mengambil gelas di tangan Keysha. Sadar akan sekikuk apa suasana nanti kalau ia tidak bertindak.

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang