#25

5 2 0
                                    

Keysha sudah dipulangkan, Naven juga sudah diantar ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya. Dan keduanya kini sedang berkumpul di rumah Marfin bersama seluruh anggota keluarga.

Semuanya tengah duduk di ruang tengah. Merenung tentang kejadian hari ini hingga membuat keheningan justru lebih mendominasi.

"Ada yang bisa jelasin maksud kejadian hari ini?" Ais akhirnya angkat bicara setelah merasa muak menunggu penjelasan yang tak kunjung ia dapatkan.

"Semua yang Ayis gak tau, bisa dijelasin?" lanjut Ais.

Mata Ais bergerak menyusuri satu persatu orang-orang yang duduk di ruang tengah.

Pukul 2 dini hari.

Ais baru mendengar semua penjelasan yang harusnya sejak dari dulu ia ketahui.

"17 tahun lalu, kedua orangtua kamu terbunuh karena telah mengusut kasus bisnis ilegal yang dijalankan oleh Arga Pramono, orang yang menculik kamu. Dua minggu setelah kamu dan Marfin lahir, Mama kamu menyiarkan berita mengenai bisnis ilegal tersebut dan berhasil membuat masyarakat tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Karenanya, papa kamu berhasil membuka sidang untuk menuntut Arga dengan menyerahkan bukti-bukti yang ia dapat ke kejaksaan."

"Naasnya, Arga berhasil menyogok beberapa petinggi kejaksaan dan kepolisian. Tiga minggu setelahnya, papa dan mama kandung kamu kecelakaan dengan memakan 5 korban. Setelah papa dan mama selidiki, mobil orangtua kamu ternyata telah disabotase dan dibuat seakan-akan kecelakaan tersebut adalah kecelakaan lalu lintas. Tapi kami terlambat untuk tau fakta itu. Kasusnya telah kadaluarsa, dan sopir yang menabrak orangtua kamu telah dijatuhi hukuman hanya dua tahun penjara."

Papa mengambil nafas. Ada sendu di kedua matanya yang terlihat. "Setelah keluar dari penjara, supir mobilnya tiba-tiba menghilang hingga sekarang. Dugaannya, Arga mengasingkan supir tersebut dengan memberikan jaminan hidup."

Mama di sebelah Ais mengelus pundak Sang anak. Tatapan matanya juga ikut menyendu seiring dengan Ais yang setia bungkam.

"Ayis, mama tau kamu pasti bakalan kecewa denger ini. Tapi, mama harap kamu mengerti."

Ais menatap kilatan mata mama yang semakin sendu. "Kamu dan Aarav sebenarnya bukan adik kakak, Yis, tapi dijodohkan. Tepat sehari sebelum mama kamu menyiarkan berita mengenai kasus tersebut, kedua orangtua kamu datang dan memberitahukan pada kami untuk menjaga kamu yang masih berada di rumah sakit. Kedua orangtua kamu tidak lagi bisa menjaga kamu karena resikonya terlalu berbahaya."

"Dan fakta kedua yang harus kamu tau, kamu dan Marfin sebenarnya saudara kembar."

Ais tidak bisa memberi banyak reaksi selain nafasnya semakin memberat seiring dengan fakta mengejutkan yang terus ia dengar.

"Ayis? Kamuㅡ"

"Ma, aku izin ke luar sebentar. Aku ... butuh sendirian dulu sekarang."

°°°

Terpaan angin tidak membantu sama sekali untuk menjernihkan pikirannya. Meski begitu, setidaknya, angin segar berhasil membuatnya kembali bernafas normal.

"Lucu, ya, Fin. Ternyata kita saudara kembar?" Ais membuka suara setelah Marfin mendudukkan dirinya tepat di sebelah Ais.

"Kalo fakta itu, gue udah tau dari awal."

"Apa?! Jadi lo udah tau?!" Tatapan Ais memprotes.

"Kenapa gak bilang?" Ais memukul paha Marfin kencang hingga membuat Sang korban mengeluh kesakitan.

"Bunda bilang, gue gak boleh kasi tau lo sebelum waktunya tiba. Dan gue sekarang sadar, emang ada baiknya lo gak tau kalau kita ini saudara kembar."

Ais memicing curiga. Dengan telunjuknya yang menunjuk Marfin, ia berkata, "lo malu, ya, punya suadara kembar kayak gue?"

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang